Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
KABUPATEN Pinrang, Sulawesi Selatan memiliki potensi budidaya udang windu yang besar. Diperkirakan potensi budidaya udang sekitar 15.026,20 hektare yang tersebar dari Kecamatan Suppa, Lanrisang, Mattiro sompe, Cempa, Duampanua dan Kecamatan Lembang.
Menurut Kepala Dinas Kelautan Provinsi Sulawesi Selatan, Sulkaf S Latief, Kabupaten Pinrang merupakan daerah yang menempati urutan teratas produksi terbanyak udang windu. Meski secara keseluruhan produksi udang windu Sulsel beberapa tahun terakhir mengalami penurunan.
"Target kita 6.000 ton per tahun. Padahal produksi udang windu tahun 2018 silam baru tercapai 2.874,6 ton," ungkap Sulkaf, Senin (2/12/2019).
Karenanya, 26 Desember mendatang, Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdulah akan panen udang windu di Kabupaten Pinrang.
Tenaga Ahli Gubernur Bidang Prikanan Budidaya, Hattah Fattah optimistis untuk mencapai target produksi tersebut. Selain potensi wilayah yang luas, juga didukung adanya pakan alami Phronima yang telah ditemukan dan dikembangkan sejak beberapa tahun lalu.
Phronima atau sebutan populernya Phronima suppa adalah sejenis udang renik yang hidup di dasar tambak yang pertama kali ditemukan di Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang. Menurut Hattah Fattah, dengan adanya Phronima suppa, menjadi bagian elementer dari konsistensi pengembangan udang windu di kabupaten Pinrang.
"Phronima suppa potensial diaplikasikan tidak hanya pada tambak tetapi pada panti pembenihan (hatchery) dan pentokolan udang windu," tukasnya.
Optimisme meningkatnya produksi udang windu di Sulsel tahun ini juga diakui Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Kabupaten Takalar, Nono Hartanto. Menurutnya, tahun 2019 ini secara persentase udang windu lebih banyak diproduksi, karena itu menjadi mandat Direkrorat Jenderal Kelautan dan Perikanan untuk terus memproduksi udang windu, di saat orang sedang gencar membudidayakan vanname.
"Tahun ini, kami dari balai, sudah mendistribusikan bantuan benur atau bibit udang windu sebanyak 45 juta ton ke semua kabupaten/kota di Sulsel," sebut Nono.
Bahkan bantuan benur sendiri sudah dilakukan tiga tahun terakhir sejak 2017.
"Dan balai kita ini per tahun mampu memproduksi 65 juta ton per tahun. Jadi tiap tahunnya disebar atau diperbantukan kepada pembudidaya dengan skema dari pemerintah, ada juga yang dijuaal secara umum," lanjut Nono.
Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikana Edhy Prabowo menegaskan, berbagai inovasi hasil perekayasaan yang dilakukan Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar, yang secara langsung dapat diadopsi secara massal oleh masyarakat dan memberikan efek positif.
baca juga:Pencairan Terlambat, Penyerapan Dana Desa masih Rendah
"KKP juga akan bangun sentra sentra akuakultur berbasis kawasan dan komoditas unggulan. Terutama untuk orientasi ekspor seperti udang, rumput laut dan patin yakni melalui pengembangan integrated aquaculture business," pungkasnya. (OL-3)
DATA Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan total luas terumbu karang di Indonesia mencapai 2,5 juta hektar. Namun, sekitar 70% atau 1,75 juta hektar dalam kondisi rusak
Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo) menyatakan kesiapan untuk mengimplementasikan Global Quality and Standard Programme (GQSP) Indonesia Fase 2.
Untuk tahun ini, Dinas Perikanan Batam menargetkan ekspor ikan ke Singapura sebesar 5.500 ton dengan nilai mencapai Rp250 miliar.
Melalui perjanjian ini, diharapkan kondisi kerja awak kapal perikanan migran Indonesia di Taiwan dapat semakin membaik.
Selama ini, para petani yang ingin beternak ikan terpaksa harus membeli benih ikan dari luar daerah seharga Rp1.000 per ekor.
Sebuah fenomena terjadi di Waduk Jatiluhur, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Lebih dari 100 ton ikan mengalami mati massal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved