Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
REKTOR Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim (Suska) Riau Profesor Akhmad Mujahidin akan mempertimbangkan sanksi tegas terhadap Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin Husni Thamrin atas dugaan perkataan rasis yang menyinggung suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Sebelumnya, perkataan dugaan rasisme diucapkan Husni di hadapan mahasiswa dan rekamannya viral di sosial media beberapa hari terakhir. Husni mengucapkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan oleh seorang dosen perguruan tinggi yang punya ilmu agama yang baik.
"Pemberontak di UIN nih Batak semua, menghancurkan UIN, menghancurkan dunia Melayu, itulah Batak tu. Kau Batak kan, Batak keluar aja dari sini, Batak kurang etika," begitu kata Husni dalam rekaman yang beredar.
Rektor UIN Riau, Akhmad Mujahidin, mengaku kecewa atas kasus ucapan yang tidak pantas diucapkan oleh seorang dosen kepada mahasiswa tersebut. Sejak rekaman itu viral di media sosial, dirinya selaku pemangku pucuk pimpinan universitas langsung ditelepon oleh Gubernur Riau Syamsuar.
"Pak Gubernur meminta kepada saya agar kasus ini diselesaikan agar tidak terjadi konflik SARA di Provinsi Riau. Dan masalah ini diharapkan bisa diselesaikan dengan musyawarah dan kekeluargaan," kata Akhmad Mujahidin usai pertemuan dengan Ikatan Keluarga Batak Riau (IKBR) di Pekanbaru, Senin (25/11).
Baca juga: Korban Keracunan Bertambah, Dinkes Temanggung Nyatakan Status KLB
Menanggapi itu, tokoh muda Batak Riau, Dedi Harianto Lubis, mengatakan, tindakan dosen yang diucapkan di depan mahasiswa itu sangat tidak elok dan tidak pantas. Apalagi, katanya, ucapan rasis yang dikeluarkan berasal dari seorang akademisi yang berilmu tinggi.
"Ucapan ini dibuat di kampus dan itu sangat tidak elok, apalagi kita negara yang memiliki ideologi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika," ungkap Dedi.
Dedi juga berharap, kasus dugaan rasisme yang diucapkan oknum dosen UIN Suska Riau itu tidak memantik reaksi keras warga suku batak yang berdomisili di Provinsi Riau.
"Saya memantau di berbagai grup WA grup masyarakat batak Riau yang saya ikuti sudah muncul reaksi-reaksi yang memuncak. Untuk itu kita berharap agar kasus ini bisa segera selesai, agar tidak dimanfaatkan pihak tertentu," jelas Dedi.
Ia juga menyampaikan tiga poin dalam dugaan kasus ucapan rasis tersebut. Pertama, meminta rektor UIN Suska mengadakan mediasi dengan mengundang perwakilan tokoh-tokoh batak.
Kedua, meminta dosen yang bersangkutan mengakui kesalahan dan meminta maaf di forum terbuka. Ketiga, meminta rektor agar memberi sanksi tegas kepada yang bersangkutan. Ketiga poin tersebut disambut baik oleh Rektor UIN Suska Riau dan akan menindaklanjuti dengan mengadakan pertemuan selanjutnya kepada tokoh-tokoh lintas etnis. (OL-1)
Untuk diketahui, saat ini, Pilkada 2024, sudah memasuki tahapan tanggapan masyarakat. Setelah KPU mengumumkan para bakal pasangan calon memenuhi syarat administrasi.
KETUA Umum DPP Partai Golkar Bahlil Lahadalia disoroti setelah menyinggung sosok "Raja Jawa" saat berpidato di Munas Golkar beberapa waktu lalu.
BEBERAPA waktu lalu para musisi turut merespons dengan situasi yang terjadi di Indonesia. Hal itu berkaitan dengan tuntutan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang UU Pilkada dan revisi PKPU
ormas dilarang memasang spanduk, baliho, banner dan sejenisnya yang menimbulkan potensi konflik sosial
TIGA orang pembuat konten film pendek berjudul Guru Tugas yang diduga mengandung sara dan asusila, akhirnya ditetapkan sebagai tersangka.
SUBDIT Siber Polda Jatim mengamankan tiga orang konten kreator film pendek berjudul "Guru Tugas" karena diduga bermuatan asusila dan sara.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved