Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Tradisi Adat untuk Toleransi Agama tanpa Basa Basi di Lembata

Alexander P Taum
24/11/2019 22:50
Tradisi Adat untuk Toleransi Agama tanpa Basa Basi di Lembata
Tradisi Adat untuk Toleransi Agama tanpa Basa Basi di Lembata(MI/Alexander P Taum)

RATUSAN anggota Badan Kontak Majelis Taqlim (BKMT) Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, Minggu (24/11) petang, berjalan kaki memasuki halaman Kantor Dekenat Lembata.

Ibu-ibu membawa serta 'dulang'. Para lelakinya mengenakan kopiah dalam balutan baju bodo, sedangkan ibu-ibu mengenakan kwatek (sarung dengan motif tradisional Lembata) dipadukan dengan hijab beraneka model dan warna.  

Kehadiran rombongan besar umat muslim ke Kantor Dekenat (Rumah Besar Umat Katholik Lembata) itu dipimpin Ketua Badan Majelis Taklim Kabupaten Lembata, Masyur Purap. Adapun ibu-ibu Majelis Taklim datang di bawah pimpinan Ketua BMKT Lembata, Nurmila Natsir.  

Di pendopo Kantor Dekenat Lembata, Romo Deken Lembata, Sinyo Da Gomez Pr, ditemani Romo Kristo Atasoge, sejumlah biarawan, dan biarawati, serta pengurus Dekenat serta Paroki yang tersebar di Kota Lewoleba.

Para tamu yang berasal dari agama berbeda itu  disambut dengan senyuman ramah serta jabatan tangan erat, sesekali berangkulan laiknya orang saling bersilaturahim.

Sebuah pemandangan menakjubkan, sekaligus mengharukan. Ternyata meski berbeda agama, tetapi dua kelompok besar agama di Lembata itu disatukan dalam momentum Antar Dulang jelang Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) tingkat Kabupaten Lembata yang akan dihelat Senin (25/11) besok. Ketua Badan Kontak Majelis Taklim Kabupaten Lembata, Masyur Purab, didapuk sebagai Ketua Umum Panitia Pesparani.   

'Mengantar Dulang' dalam tradisi masyarakat adat Lembata dan rumpun budaya Lamaholot, (rumpun budaya tradisional terdiri atas orang Lembata, Adonara, Solor, Flores Timur, dan Alor) biasanya berupa bawaan kepada tuan rumah yang akan menggelar hajatan atau pesta.
Hantaran itu biasanya berupa bahan sembako dn sejumlah uang  yang akan dipergunakan tuan rumah untuk menggelar hajatan.   


Baca juga: Nge-like Paslon Pilkada di Medsos, ASN akan Dipecat


Ketua BKMT sekaligus Ketua Panitia Pesparani Kabupaten Lembata, Masyur Purab, mengaku terharu dan tidak bisa berkata-kata menyaksikan begitu banyak saudara-saudaranya sesama kaum muslimin dan muslimat, Badan Kontak Majelis Taklim Kabupaten Lembata, secara spontanitas mengantar dulang ke rumah besar Katolik yakni Dekenat Lembata.

"Sore ini kita disajikan pemandangan mengharukan. Saya pikir hanya saya sendirian karena di tunjuk menjadi Ketua Panitia Pesparani. Tetapi hari ini saya bari tahu bahwa di belakang saya banyak saudara-saudara kaum Muslimin mendukung hajatan besar agama Katolik ini. Ini spontanitas ibu-ibu BKMT, saya terharu, hampir tidak bisa omong, ini dukungan moril suksesnya acara ini. Perbedaan itu indah, berwarna warni itu indah. Sebuah taman butuh warna warni agar indah,” ujar Masyur.  

Sementara Ketua Majelis Taklim Kabupaten Lembata, Nurmilla Natsir, mengatakan, dirinya tidak bisa membayangkan bisa ikut kegiatan besar seperti ini. Ia menyebutkan, menurut tradisi adat Lamaholot, Antar Dulang adalah tradisi dan sebagai sesama orang Lamaholot, bawaan ini bentuk penghargaan antarsesama manusia.

"Kehadiran ini sudah mewakili, BKMT dan umat muslim di Kabupaten Lembata, bersyukur diajak kerja sama untuk kegiatan Pesparani. Berterima kasih sudah diikutkan, mudah-mudahan kami siap kerja sama, siap sukseskan acara ini sampai selesai. BKMT siap kerja sama sukseskan Pesparani," ujarnya.

Kepala Kantor Kementerian Agama NTT, Ishak Sulaiman, mengatakan, saling mendukung antarsesama agama ini bisa terjadi karena hukum alam merencanakan sesuatu indah pada waktunya. Hukum alam menginginkan adanya persaudaraan.

"Kita membenci hoaks, kita benci intoleransi, kita benci ujaran kebencian, kita benci persaudaraan yang tercerai beraikan. Kita punya budaya yang mempersatukan. Hari ini kita membuktikan bahwa toleransi itu hanya sebatas konsep atau teori, tetapi kta dapat wujudkan dalam tradisi budaya yang telah menyatukan selama ini. Antar Dulang atau Penang atau Tulung Taling dalam tradisis budaya Lamaholot,” ujarnya.  

Sementara itu, Romo Deken Lembata, Rm Sinyo Da Gomez, mengatakan, suatu kehormatan, kebanggaan, serta kebahagiaan tersendiri menerima penang atau antar dulang dari ibu-ibu dan bapak-bapak kelompok Badan Majelis Taklim Kabupaten Lembata. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya