Warga Binaan Lapas Tasikmalaya Manfaatkan Limbah Jadi Kerajinan

Kristiadi
18/8/2019 11:00
Warga Binaan Lapas Tasikmalaya Manfaatkan Limbah Jadi Kerajinan
Warga binaan Lapas Tasikmalaya sedang membuat sandal yang akan dijual ke sejumlah hotel.(MI/Kristiadi)

WARGA Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Tasikmalaya memanfaatkan berbagai limbah menjadi kerajinan rumahan. Limbah yang diubah menjadi kerajinan itu berasal dari kertas koran, bambu, bungkus kopi, nasi, ranting pohon, dan karton.

Kerajinan tangan yang dilakukan narapidana tersebut mampu menembus beberapa hotel di Kota Tasikmalaya seperti halnya bedcover, sandal, taplak meja dan sarung bantal.

Produksi kerajinan lain yaitu celengan bentuk durian, perahu, gitar, asbak sisa nasi, lampu hias, dompet, sandal jepit merek Lapas Tasik dan karpet lantai. Kerajinan tersebut dilakukan oleh 18 warga binaan yang selama itu mendapatkan pelatihan.

"Memang setiap tahun narapidana berada di dalam Lapas selalu dilakukan pembinaan terutama berbagai kerajinan tangan, supaya setelah keluar dari penjara nanti mereka bisa memiliki keahlian dan bisa mengembangkan usaha lainnya. Untuk kerajinan tersebut yang mereka lakukan selama ini, dikerjakan secara manual tanpa adanya mesin otomatis," kata Kepala Sub Seksi Kegiatan Kerja Lapas Kelas II B Tasikmalaya, Arief Setio Budiarto, Sabtu (17/8).

Baca juga: 198 Napi Lapas Tasikmalaya Dapat Remisi

Kerajinan yang paling diutamakan sekarang ini berupa sandal, karena untuk pembuatannya sendiri terbuat dari spon diperuntukan untuk tamu hotel.

Pembuatan tersebut sendiri setiap hari bisanya mencapai 1.000 pasang, namun jika menghadapi perayaan Idul Fitri jumlahnya bisa mencapai 2.000 pasang termasuk beberapa perlengkapan lainnya yang diminta pihak hotel.

"Kerja sama yang dilakukan Lapas bersama Hotel tentunya bisa membantu insentif warga binaan sebagai jasa tenaga, meskipun semua bahan telah disiapkan termasuk lem, cater, mistar. Untuk pendapatan selama satu bulan saja lumayan hanya mencapai Rp600 ribu meski pekerjaan tersebut tergantung pada pesanan hotel," ujarnya.

Selain pesanan hotel, 18 Narapidana itu tetap berupaya membuat 1.000 pasang sandal jepit bermerek Lapas Tasik, tetapi hasil karya itu tidak dijual ke pasar tradisional maupun ke pasar modern tapi diperuntukan bagi semua Lapas yang ada mulai dari Ciamis, Kota Banjar, Sumedang, Bandung, Kuningan, Cirebon, Garut dan Majalengka.

Karena, penjualan tersebut pernah dijual secara umum tetapi tidak ada yang membeli.

"Untuk produksi sandal jepit bermerek Lapas Tasik itu memang baru pertama dilakukan di Indonesia termasuk di Jawa Barat. Akan tetapi, pesanan tersebut tentunya tergantung kepada pemesan yang ingin memakai sandal itu. Pesanan sandal berukuran tebal 12 mili itu mampu dijual Rp10 ribu satu pasang, tetapi untuk kerajinan lain seperti halnya celengan durian berukuran besar Rp50 ribu, lampu hias Rp300 ribu, asbak Rp10 ribu dari kertas koran dan nasi, perahu kertas koran Rp400 ribu dan gitar Rp15 ribu," pungkasnya. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya