Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
CURAH hujan yang tinggi beberapa hari belakangan kerap mengakibatkan banjir di berbagai wilayah di Kota Medan, Sumatra Utara. Bukan kali ini saja, kondisi itu selalu saja terjadi setiap musim penghujan.
Namun, menurut Akademisi Universitas Sumatra Utara, Asman Sembiring, sebenarnya masalah banjir di Medan tidak sesulit Jakarta.
"Bahkan seharusnya Medan tidak mengalami banjir," ujar Asman yang juga mantan Pimpro Penanganan Banjir Citarum, Rabu (8/5).
Dia menjelaskan, secara teori Medan seharusnya tidak mengalami banjir karena memiliki kemiringan 15 sampai dengan 60 msl. Level kemiringan itu sangat bagus untuk mengalirkan air.
Namun, yang menjadi masalah adalah banyaknya saluran yang tersumbat atau sungai yang mengalami pendangkalan.
"Jadi, dia (saluran air dan sungai) tidak mampu lagi menahan debit air yang datang," katanya.
Baca juga: Pendapatan Pengemudi Gojek Hampir Dua Kali Lipat Upah Minimum
Dipaparkannya, penyebab utama terbesar banjir di Kota Medan adalah meluapnya sungai-sungai utama. Seperti Sungai Belawan, Badera, Deli, Babura, Sei Kambing, Selayang, dan Sei Putih.
Sungai-sungai itu sendiri masih berada di bawah wewenang Pemerintah Pusat melalui Balai Wilayah Sungai Sumatra (BWSS) II.
"Artinya, peran Pemerintah Pusat dalam Banjir Kota Medan sangat besar," ujarnya.
Kemudian, lanjut dia, persoalan lain dari penanganan banjir Medan adalah masalah sosial serta permukiman penduduk yang semakin padat dan dibangun tanpa memperhitungkan aliran sungai atau drainase yang ada.
Sementara, Kepala BWSS II, Roy Panagom Pardede, mengaku pihaknya telah menormalisasi sungai-sungai yang ada di Provinsi Sumut, terutama Medan. Seperti di sekitar kawasan Pamen, Kampung Mandailing, Medan Baru, Polonia, dan Karya Darma Ujung.
"Selanjutnya kami akan menormalisasi daerah lain, seperti kawasan Jamin Ginting, Hotel Cambridge, Sungai Babura, Sungai Deli dan sungai lainnya," kata dia. (OL-1)
Pelayanan malam hari akan digelar di Medan, Lubukpakam, Binjai, Kisaran dan Pematangsiantar. Titik lainnya mencakup Simalungun, Rantauparapat, Kabanjahe, Sei Rampah, dan Tebing Tinggi
DUA tempat hiburan malam kembali direkomendasikan agar ditutup usai polisi menemukan penyalahgunaan narkoba di lokasi.
Melalui Gerakan Sejuta Kotak Umat tersebut, masyarakat memproduksi pupuk organik secara komunal.
Angka UMKM yang masuk ke ekosistem digital lebih mengenaskan, hanya 3%. Jumlah anak muda yang memilih berwirausaha malah lebih kecil lagi, hanya 0,08%.
Titik peluncuran, jelasnya lagi, akan dipusatkan di Kecamatan Binjai Barat, Kelurahan Suka Maju, dengan nama koperasi percontohan KMP Sukamaju.
Kebijakan ini menjadi yang pertama di Indonesia dan diharapkan mampu mengurangi beban awal masyarakat saat membeli rumah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved