Headline
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
PENUMPUKAN sampah terjadi di beberapa tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Denpasar. Penumpukan terjadi karena adanya aktivitas penataan tempat pembuangan akhir (TPA) dengan membuat Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di TPA Suwung.
Hal ini menjadi perhatian serius semua pihak.
Tidak hanya Pemkot Denpasar, seluruh elemen yang tergabung dalam Sarbagita turut berkolaborasi guna mengatasi permasalahan ini.
Beragam upaya pun dimaksimalkan guna mengatasi penumpukan sampah di beberapa TPS yang tidak hanya terjadi di Kota Denpasar saja.
Kadis PUPR Provinsi Bali, I Nyoman Astawa Riadi didampingi Kasatker Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkugan Permukiman, IB Lanang Suardana mengatakan, seluruh warga di Denpasar dan sekitarnya perlu memahami kondisi TPA Suwung yang saat ini sedang dalam proses penataan.
Ia tidak menampik bahwa penumpukan sampah di beberapa TPS merupakan dampak dari penataan TPA Suwung. Penataan ini, kata dia, membuat beberapa akses jalan menuju TPA menjadi tidak berfungsi, serta berkurangnya lahan yang dapat digunakan untuk membuang sampah.
“Yang dulunya terdapat banyak akses jalan, dan dapat membuang di mana saja di kawasan TPA, kini hanya ada dua akses saja, dan dari 32 hektare lebih luas TPA. Saat ini yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan sampah hanya 3 hektare saja, sisanya sedang dilaksanakan penataan,” jelasnya di Denpasar, Sabtu (16/2).
Baca juga: Sampah Berbuah Emas di Puncak
Kendati demikian, pihaknya berharap semua pihak memaklumi kondisi ini untuk sementara waktu. Penumpukan sampah di TPS merupakan akibat adanya pengaturan waktu pembuangan sampah di TPA Suwung.
“Walaupun TPA beroperasi 24 jam penuh, namun untuk menghindari adanya penumpukan armada di kawasan TPA, pembuangan dari TPS dan Kelompok Swakelola diatur jamnya,” ujar Astawa Riadi.
Penataan ini merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Mengingat volume sampah akan terus tumbuh setiap hari.
Dengan adanya pengolahan sampah menjadi listrik melalui PLTSa ini diharapkan dapat mengurangi volume sampah di TPA Suwung selain dengan metode Sanitary Landfill.
“Kami berharap untuk sementara waktu semua pihak agar maklum serta mentaati aturan pembuangan sampah yang berlaku demi kelancaran pembuangan ke TPA melalui pola yang sudah diatur,” jelasnya.
Sementara, Kadis DLHK Kota Denpasar, I Ketut Wisada mengatakan, pelayanan yang telah dilaksanakan selama ini khususnya di Kota Denpasar sudah optimal. Bahkan, perubahan penanganan sampah oleh masing-masing swakelola sudah optimal.
DLHK dinilai sudah sangat siap dalam penerapan program penghentian pengangkutan sampah dari pinggir jalan ini. Dengan demikian, diterapkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat seperti halnya swakelola yang dilaksanakan di masing-masing desa dapat terus dimaksimalkan.
Wisada mengatakan, untuk menanganani pengangkutan sampah dari TPS menuju TPA, DLHK menyiagakan sedikitnya 70 truk angkut yang tersebar di 17 TPS di Kota Denpasar.
Namun pihaknya tak menampik bahwa masih banyak laporan masyarakat yang mengatakan pascapenghentian pengangkutan pinggir jalan ini menyebabkan sampah di TPS menumpuk bahkan meluber hingga ke jalan.
“Dari sisi personel, fasilitas dan armada pengangkutan kita sudah siap, dan itu sudah optimal, mengingat saat ini volume sampah di Denpasar jumlahnya kurang lebih 800 ton per hari,” paparnya.
Wisada menekankan bahwa pihaknya bersama seluruh setakholder terkait tidak hanya perpangku tangan. Beragam upaya terus dimaksimalkan guna mengatasi permasalahan melubernya sampah di TPS ini.
Adapun beberapa upaya yang telah dilaksanakan yakni pengaturan jam dan sirkulasi pembuangan sampah ke TPS Suwung, pembuatan akses jalan baru menuju TPA, serta menambah eskafator yang bekerjasama dengan Waskita Karya dan Kementrain PUPR. Pihaknya juga berharap masyarakat dapat memaklumi kondisi ini sementara waktu.
“Kami berharap masyarkat untuk bersabar dan maklum serta mentaati aturan pembuangan sampah dan ikut serta mengurangi sampah dengan memilah dan mengolah sampah itu sendiri mulai dari hulu, dan saat ini kami telah berkordinasi dengan semua pihak terkait, sehingga penanganan sampah untuk semantara waktu dapat dimaksimalkan,” ungkapnya. (OL-3)
Pantai Ungkea, yang merupakan salah satu kawasan wisata dan habitat alami di Morowali Utara, menjadi fokus utama pembersihan dari sampah plastik dan berbagai jenis sampah lainnya.
Penggunaan komposter memungkinkan masyarakat mengolah sampah organik menjadi kompos, mengurangi emisi metana, dan memperbaiki kualitas tanah secara lokal.
LEMBAGA Pemantau Penyimpangan Aparatur Daerah (LP2AD) menilai Refuse Derived Fuel (RDF) Rorotan bisa menjadi sebagai standar nasional dalam pengelolaan sampah perkotaan.
Pembersihan sampah kiriman ini tidak hanya dilakukan di Pulau Lancang, tetapi juga di pulau-pulau lainnya setiap harinya.
Pemerintah Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, menggelar pelatihan pengelolaan sampah
Pulau sampah yang sebelumnya menggunung di sebuah behas tambak di kampung itu sudah tidak terlihat lagi dan hanya menyisakan beberapa sisa sampah berserakan .
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved