Ini Upaya Pemprov DKI Hadapi Potensi Penularan Hepatitis Akut Misterius

Selamat Saragih
09/5/2022 19:25
Ini Upaya Pemprov DKI Hadapi Potensi Penularan Hepatitis Akut Misterius
Ilustrasi hepatitis(Freepik.com)

PEMERINTAH Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Kesehatan melakukan antisipasi penularan penyakit hepatitis akut misterius yang merebak beberapa waktu belakangan. Upaya pertama yang dilakukan adalah menguatkan sistem surveilans penyakit menular yang sudah berjalan sejak 2002.

"Pertama kami menguatkan sistem surveilans yang sudah berjalan sejak 2002. Jadi ada mekanisme bahwa semua faskes, apakah itu rumah sakit, puskesmas, klinik, apabila melakukan perawatan atau menerima pasien penyakit menular sesuai daftar di Permenkes, sebanyak 17 penyakit menular yang harus dilaporkan segera, salah satunya adalah penyakit hepatitis," ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Widyastuti, saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (9/5).

Memperkuat surveilans, ujar Widyastuti, merupakan sistem kewaspadaan dini yang dibangun untuk penyakit menular yang berpotensi menyebar luas.

Selain itu, lanjutnya, surveilans juga penting untuk melakukan investigasi dan langkah pengamanan ke depan.

Kedua, upaya yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta adalah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Baca juga : Anies: Mayoritas ASN Pemprov DKI Jakarta Kesulitan Lakukan WFH

Begitu juga dengan organisasi profesi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengingat hepatitis akut misterius itu dicurigai banyak menyerang anak-anak. Lembaga dan organisasi profesi ini nantinya akan diminta bersama-sama menyusun pedoman untuk pegangan awal para tenaga kesehatan di lapangan.

"Di lapangan itu maksudnya dari sisi klinis maupun dari sisi epidemiologi," jelas Widyastuti.

Upaya ketiga, lanjutnya, Pemprov DKI Jakarta sudah melakukan koordinasi dengan seluruh direktur rumah sakit se-DKI Jakarta dan kepala puskesmas se-DKI Jakarta terkait kewaspadaan penyakit hepatitis akut misterius itu.

"Di lapangan itu maksudnya dari sisi klinis maupun dari sisi epidemiologi," kata Widyastuti. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya