Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
PANDEMI covid-19 meningkatkan kasus stunting di Indonesia dan mengancam terkoreksinya target penurunan stunting 14% dari total angka kelahiran anak pada 2024.
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Pungkas Bahjuri Ali mengungkapkan, hasil survei Balitbangkes Kemenkes pada 4.798 puskesmas menunjukkan sejumlah indikator potensi peningkatan stunting selama covid-19 yang perlu diwaspadai.
“Sebanyak 43,51% posyandu menghentikan kegiatan selama pandemi, 30,58% ibu hamil diketahui tidak melakukan kunjungan ke puskesmas, begitu pula dengan kunjungan 31% balita stunting/gizi buruk,” terang Pungkas dalam webinar, Senin (7/9).
Di samping itu, indikator seperti penurunan pendapatan dan pengeluaran/daya beli masyarakat hingga kebijakan PSBB juga turut berperan dalam memengaruhi angka stunting.
Dalam mengatasi hal ini, Pungkas menyarankan daerah untuk memanfaatkan teknologi digital, baik untuk pencatatan, pelaporan, hingga pelayanan kesehatan; refocusing dan realokasi anggaran untuk intervensi gizi sensitif; penajaman fokus kegiatan; perluasan target penerima manfaat termasuk perluasan cakupan penerima bansos dalam bentuk bahan pangan, serta penyesuaian target 2020-2021.
Data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan pada 2019 sebelum pandemi mencatat ada 6,3 juta balita mengalami stunting dari populasi 23 juta balita. Angka stunting Indonesia berada di urutan ke-4 dunia.
Direktur Nutrition International Indonesia Sri Kusyuniati mengingatkan, setiap langkah kecil mencegah stunting bisa berdampak besar. “Sebab gangguan kekurangan gizi pada balita akan mengakibatkan dampak yang tidak dapat diperbaiki. Program gizi harus bisa beradaptasi dengan aman dan berkelanjutan,” cetusnya.
Ia pun meminta pemerintah untuk melindungi status gizi kelompok rentan di Indonesia, antara lain dengan mengintegrasikan program gizi seimbang selama pandemi covid-19, serta mengamankan rantai pasok pangan yang sehat dan bergizi bagi kelompok rentan. (Aiw/H-2)
Anak-anak yang mengalami kondisi medis berat ini akan dipindahkan ke luar Gaza.
KEMENTERIAN Kesehatan Gaza melaporkan bahwa sebanyak 18.592 anak Palestina telah tewas akibat serangan militer Israel sejak 7 Oktober 2023.
Batuk pilek yang berulang selain mengganggu perkembangan anak, kondisi ini juga bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan lain jika tidak ditangani dengan baik.
Paparan polusi udara berisiko menyebabkan asma, ISPA, penyakit kardiovaskular, penyakit paru sampai dengan resisten insulin pada kelompok usia muda seperti anak-anak dan remaja.
Asmirandah mengatakan bahwa informasi kesehatan yang berseliweran di media sosial tidak selalu benar, jadi lebih baik bertanya langsung kepada tenaga kesehatan profesional.
Virus yang menempel di saluran pernafasan juga dapat cepat terbuang saat cuci hidung dan diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan pasien.
PBB menyebut Gaza menghadapi krisis kelaparan terburuk dengan lebih dari 20 ribu anak alami gizi buruk.
KRISIS gizi di Jalur Gaza, Palestina, mencapai titik kritis dengan lonjakan kematian yang mencolok sepanjang Juli 2025. Hal itu diungkapkan WHO dalam laporan terbaru yang dirilis 27 Juli 2025.
Data juga menunjukkan 1,4 juta perempuan hamil dan menyusui mengalami malnutrisi.
Setiap 25 Januari, Hari Gizi Nasional diperingati untuk memberikan kesadaran pentingnya gizi seimbang bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pada 25 Januari diperingati sebagai Hari Gizi, momen penting di dunia kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi seimbang.
Program MBG dinilai bisa meningkatkan kualitas gizi masyarakat yang berasal dari keluarga kurang mampu dan mengatasi masalah gizi buruk dan kekurangan nutrisi dalam jangka panjang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved