Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Jumlah Hydrant di Jakarta Kurang Ideal

Yanti Nainggolan
26/8/2020 08:48
Jumlah Hydrant di Jakarta Kurang Ideal
Petugas Damkar Jakarta Pusat melakukan pengecekan hydrant di kawasan Bundaran HI, Jakarta.(MI/ANGGA YUNIAR)

DINAS Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta menyebut jumlah hydrant di Jakarta kurang ideal. Apalagi ketersediaan air juga masih minim.

"Kalau hydrant kota kita ada 1.347, itu terbaik dari seluruh kota di Indonesia," ujar Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta Satriadi saat dihubungi, Selasa (25/8).

Ia mengungkapkan jumlah hydrant tergantung pada penyedia air di Jakarta. Pasalnya, saluran hydran dan saluran air bersih jadi satu.

Penyedia air di Jakarta adalah PT Aetra Air Jakarta, PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja), dan PAM Jaya. Jadi, beberapa lokasi tidak memiliki hydrant karena tidak dilewati atau tidak terjangkau saluran penyedia air.

"Itu yang banyak kendala. Kalau bicara standarisasi harusnya jarak antartitik hydrant adalah 200 meter," tambah dia.

Baca juga: Cagar Budaya di Kampung Akuarium Jadi RTH

Meski demikian, Dinas Gulkarmat DKI Jakarta mengupayakan alternatif lain sebagai sumber air, yaitu air di got, sungai, atau danau di area kebakaran.

Terdapat 13 sungai dengan got atau kali yang bisa manfaatkan, lanjut dia.

"Kolam renang pun, kalau bisa kita gunakan, kita gunakan juga," tegasnya.

Selain itu, Dinas Gulkarmat DKI Jakarta juga mengandalkan hydrant mandiri. Ini adalah tandon air atau kolam air penampungan yang dilengkapi pompa air. Hydrant ini ditempatkan di area pemukiman yang susah akses air.

"Itu ada sekitar ada 18 hydran mandiri, yang letaknya di daerah-daerah rawan kebakaran, yang jauh dari sumber air," terang dia.

Satriadi menjelaskan masyarakat area tersebut diajarkan cara menggunakan hydrant tersebut agar bisa memadamkan api lebih dulu jika terjadi kebakaran, sembari menunggu petugas Dinas Gulkarmat datang.

"Teorinya kan api tidak mungkin langsung besar, pasti kecil dulu dan ketika kecil kan yang ada masyarakat sehingga bisa menggunakan hydrant mandiri terlebih dahulu," papar dia.

Terakhir, sebagai upaya lain pencegahan kebakaran, Dinas membentuk Sistem Keselamatan Kebakaran Lingkungan (SKKL) tingkat RW untuk sosialisasi pada warga. Sosialiasi dilakukan melalui pengeras suara di mushalla.

"Tetapi kita harus paham di kota Jakarta itu, potensi kebakaran kan banyak, terutama kaitan dengan listrik. Masih banyaknya masyarakat yang menggunakan peralatan listrik yang tidak sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia)," pungkasnya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya