Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Wagub Dukung Pemakaian Kantung Plastik Berbahan Singkong

Putri Anisa Yuliani
21/8/2020 13:40
Wagub Dukung Pemakaian Kantung Plastik Berbahan Singkong
Petugas dari evoware menunjukkan kantong berbahan dasar singkong(MI/PIUS ERLANGGA)

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria atau Ariza menaruh perhatian besar pada teknologi kantung pengganti plastik berbahan singkong yang bisa dipakai ulang. Diketahui kantung tersebut memiliki berbagai kelebihan, yaitu ramah lingkungan, dapat dipakai ulang, antiair, bisa dipakai berulang-ulang, dapat dilipat masuk tas, serta memiliki harga yang sangat terjangkau.

"Saya kira mengapa tidak ya. Kita di DKI sebagai etalase nasional dan internasional bisa ikut mendukung dan mengangkat teknologi sendiri dengan bangga. Toh semua diproduksi dalam negeri, mengurangi impor, dan mensejahterakan rakyat DKI sebagai salah satu solusi sesuai Pergub 142/2019," ujar Ariza dalam keterangan resminya, Jumat (21/8).

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta M. Taufik menilai positif jika ada inovasi kantong-kantong berbahan nabati, di antaranya singkong.

Baca juga: Larang Kantong Plastik, Anies Ingin Jakarta Kian Ramah Lingkungan

Namun, dia mensyaratkan kantung ini harus tahan air. Selain itu, imbuh Taufik, harus tahan hujan, uap panas karena harus bisa dipakai berulang-ulang. "Juga, agar bisa dicuci juga oleh masyarakat, agar aman dari kuman, maupun virus covid-19," tandasnya.

Penting sekali pakai kantung singkong yang tahan air, kata Taufik, dan tidak larut sesuai dengan keinginan Pergub 142/2019 itu sendiri.

Lebih lanjut Taufik menambahkan cukup urgent dan perlu sesegera mungkin hal ini diwujudkan. Pasalnya dia melihat di pasaran yang ada hanya kantung-kantung berbahan kertas yang mudah rusak jika terkena air, tidak bisa dicuci, serta mudah sobek.

"Pastinya, kalau kita pakai kebanyakan kertas, dapat merusak alam, karena hutan-hutan dan pohon ditebang. Apalagi kalau kantong spunbond polypropylene/PP non woven yang bisa dipakai ulang, tetapi 100% plastik tidak terurai, sehingga sampahnya juga akan menjadi mikroplastik dan numpuk di TPA nanti beribu-ribu ton," sambungnya.

Pemakaian kantong spunbond, lanjut Taufik, menyebabkan berkurangnya material untuk masker, APD, dan lainnya, yang sangat dibutuhkan di era covid ini. "Atau berarti meningkatnya impor kita," tukas Taufik.

Dengan adanya solusi-solusi lain, menurut Taufik, seperti kantong singkong yang tidak larut, berarti bisa ikut menjadi bagian kantong ramah lingkungan. "Ini dapat mengurangi permintaan terhadap kertas dan spunbond. Apalagi ini teknologi 100% lokal, sehingga kita bisa bangga menggunakan solusi dalam negerti sendiri," jelasnya. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bude
Berita Lainnya