Penularan di Pasar Berawal dari OTG

Insi Nantika Jelita
20/6/2020 06:45
Penularan di Pasar Berawal dari OTG
Petugas Pemadam Kebakaran Jakarta Selatan melakukan penyemprotan disinfektan di area Pasar Kebayoran, Jakarta Selatan, Jumat (19/6/2020).(MI/FRANSISCO CAROLIO HUTAMA GANI)

SEBANYAK 137 pedagang dari 18 pasar tradisional di Ibu kota dinyatakan positif covid-19. Sekretaris Komisi E DPRD DKI Jakarta Johny Simanjutak meminta Dinas Kesehatan DKI memperbanyak tes kesehatan, seperti swab test, kepada para pedagang pasar.

Menurutnya, kebanyakan pedagang pasar yang terjangkit virus korona berasal dari orang tanpa gejala (OTG). Mereka tidak mengetahui bahwa mereka sudah terpapar covid-19, tapi masih tetap berjualan di pasar.

“Tes covid-19 harus diperbanyak. Jangan sampai ini tak terpantau sehingga jalan ke mana-mana, apalagi tanpa gejala, kan ngeri,” kata Johny di Gedung DPRD, kemarin.

Ia juga menuding bahwa selama ini Pemprov DKI tidak fokus dalam melakukan pencegahan penularan covid-19 dan berkutat pada proses pengobatan. Johny mengatakan kasus covid-19 di Jakarta masih terus naik selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masa transisi.

“Jakarta masih menjadi episentrum (penularan covid-19) dengan sekian ribu kasus. Patut diduga ini seperti gunung (pedagang yang positif). Munculnya hanya yang di puncak,” tuding Johny.

Johny berharap Pemerintah Provinsi DKI bisa lebih maksimal dalam mengatasi persoalan tersebut. Kualitas kesehatan dan pelayanan juga wajib ditingkatkan.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengungkapkan 137 pedagang dari pasar tradisional dinyatakan positif covid-19 itu didapat berdasarkan pemeriksaan kesehatan swab test dengan metode polymerase chain reaction (PCR) yang dilakukan di 18 pasar tradisional yang ada di Ibu kota.

Dari 1.198 orang yang diperiksa, 137 pedagang dinyatakan terjangkit virus menular tersebut. Ia juga mengatakan jumlah kasus positif tertinggi dari pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, yakni 49 orang.

Namun, tak sedikit upaya melakukan swab test PCR kepada pedagang pasar itu mendapat penolakan. Beberapa pedagang, seperti di Pasar Kebayoran Lama, sebelumnya menolak.

Setelah negosiasi yang alot, akhirnya pedagang pun mau dites dan hasilnya 14 pedagang positif covid-19 dan pasar harus ditutup selama tiga hari.

Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia Pandu Riono menganggap penolakan itu wajar. Menurutnya, pe nolakan itu disebabkan tidak ada nya penjelasan secara terbuka terkait kebijakan test swab kepada para pedagang pasar.

“Saya pikir wajar mereka menolak sebab kan kalau hasilnya ada yang positif, pasar harus tutup. Ekonomi mereka terganggu,” kata Pandu.

Pandu pun menuturkan penggunaan pelindung wajah atau face shield dianggap tidak terlalu efektif jika dibandingkan dengan masker. “Tidak menggantikan face mask, tetap dalamnya harus pakai face mask. Tetap ada penularan droplet lewat udara. (Face shield) enggak ada penyaring,” jelas Pandu.

Pandu menuturkan apabila warga mengeluh sesak terus-terusan memakai masker, itu bisa dilepas sebentar. Namun, bila berada dalam situasi yang ramai, seperti di trans portasi umum, masker tersebut sebisa mungkin tidak dilepas. (Ins/Put/J-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya