Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
TELUK Jakarta atau Kawasan Ancol Taman Impian merupakan habitat alami berbagai jenis biota laut seperti kerang hijau, kepiting batu, ketang-ketang, angel fish, ubur-ubur, baronang, sembilang, damsel dan sebagainya.
Saat ini, habitat hewan-hewan itu semakin terancam keberadaannya karena buruknya kualitas air Teluk Jakarta. Berdasarkan catatan LIPI pada 2018, setiap hari, sebanyak 21 ton sampah mengalir dari 13 sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta serta membawa buangan limbah cair dari pemukiman, perkotaan maupun industri.
Sementara hasil penelitian pakar kelautan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) beberapa tahun lalu menunjukkan air laut di Teluk Jakarta mengandung silikat sebesar 52.156 ton, fosfat 6.741 ton dan nitrogen 21.260 ton.
Pada kerang hijau yang hidup di Teluk Jakarta ditemukan logam berat seperti merkuri (Hg), cadmium (Cd), timbal (Pb), krom (Cr) dan timah (Sn). Kerang Hijau (Perna Viridis) merupakan filter feeder atau filter alami dari perairan laut yang dapat memperbaiki kualitas air.
Baca juga: Nelayan dan LSM perlu Diundang Bahas Raperda Zonasi Teluk Jakarta
Ketua Umum Forum CSR DKI Jakarta, Mahir Bayasut, mengatakan, kembalinya populasi kerang hijau di wilayah pesisir akan berdampak positif pada kualitas air, biodiversitas serta jumlah biota yang ada di Laut Kawasan Ancol.
"Upaya ini tentu membutuhkan perhatian dari semua pihak termasuk masyarakat, pemerintah maupun swasta," kata Mahir di Ancol Jakarta Utara, Minggu (6/10).
Dalam rangka upaya penyelamatan kualitas air laut di perairan Ancol, Manajemen PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk sejak 2018 berinisiatif memulihkan kualitas air laut dan mengembangkan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya melalui program restorasi kerang hijau.
Dalam kesempatan ini, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk bersama Forum CSR DKI Jakarta akan langsung ke lokasi dan menebar sejumlah 30 ton kerang hijau di laut Ancol, Minggu (6/10).
Acara ini juga mendapatkan dukungan dari berbagai komunitas bersama Rumah Millennials, perguruan tinggi dalam hal ini MM Sustainability Universitas Trisakti, Lock and Lock dan perusahaan lainnya.
Menurutnya, dalam acara restorasi kerang hijau ini seluruh peserta yang hadir turut berperan aktif mulai dengan menyiapkan 50 buah ram besi berukuran 50cmx30cmx10cm yang mampu menampung 20 kg kerang hijau dan bersama-sama menaburnya di laut Jakarta Utara, sekitar Kawasan Ancol
"Harapannya kualitas air laut Jakarta dapat menjadi lebih baik," ujar Mahir.
Dia menambahkan, tercemarnya Teluk Jakarta dari berbagai macam limbah yang mengandung logam berat berbahaya merupakan tanggung jawab bersama semua lapisan masyarakat di DKI Jakarta.
“Kami sangat mengapresiasi langkah Manajemen PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk yang telah menginisiasi restorasi kerang hijau dan harapannya kegiatan ini dapat menginspirasi perusahaan lainnya untuk lebih peduli kepada masalah lingkungan di DKI Jakarta,” lanjutnya
Dia menegaskan perlunya kepedulian dari semua pihak terhadap lingkungan untuk berkolaborasi dalam upaya melestarikan keanekaragaman hayati di Teluk Jakarta.
Sementara itu, Manajer Komunikasi Korporat PT Pembangunan Jaya Ancol Rika Lestari mengapresiasi dukungan Forum CSR DKI Jakarta sebagai mitra dalam menjalankan program Restorasi Kerang Hijau.
"Kami mengajak berbagai pihak mengkampanyekan Restorasi Kerang Hijau sebagai sebuah gerakan. Kegiatan ini memperbesar peluang kualitas air laut Teluk Jakarta menjadi semakin baik,” pungkasnya.(OL-5)
DATA Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan total luas terumbu karang di Indonesia mencapai 2,5 juta hektar. Namun, sekitar 70% atau 1,75 juta hektar dalam kondisi rusak
Perubahan iklim dapat mengganggu ketahanan dan hasil tangkapan ikan, serta memengaruhi komunitas pesisir, karena dapat menurunkan produktivitas perairan.
Upaya menjaga kelestarian kawasan konservasi Gili Matra ini tidak hanya bergantung pada masyarakat setempat, tetapi juga hasil dari sinergi dengan berbagai pihak, termasuk BRI.
Pentingnya pengembangan kapal induk otonom sebagai solusi modern untuk menjaga keamanan laut Nusantara.
Paus tidak hanya berperan sebagai predator besar di lautan, tetapi juga sebagai penggerak utama dalam siklus nutrisi laut.
Penelitian terbaru mengungkap perlambatan penyebaran dasar laut antara 15- 6 juta tahun lalu menyebabkan cekungan laut semakin dalam, menurunkan permukaan laut 32 meter.
Peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan 8,32 ton sampah masuk Teluk Jakarta setiap hari.
Beberapa simulasi yang ditunjukkan di antaranya atraksi udara dari Tim Rajawali Laut Flight (RaLF) Puspenerbal, simulasi pembebasan sandera
Salah satu upaya mengatasi pencemaran Teluk Jakarta dengan pembuatan rumah kerang yang dimaksudkan ialah kawat brongsong hingga melepaskan cangkang kerang ke laut.
Sampah plastik ukuran mikroskopik (mikroplastik) yang mengalir dari muara sungai menuju Teluk Jakarta meningkat hingga 10 kali lipat, selama pandemi Covid-19.
Lebih lanjut, trip Sunset Five didukung oleh Dinas Pariwisata (Dinpar) DKI Jakarta. Ipam mengaku Dinpar mendorong wisata baru ini.
"Kami akan dalami dan telusuri sumber pencemarannya dan akan membuat kebijakan untuk mengatasi pencemaran itu," kata Yogi saat dihubungi, Jumat (1/9).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved