Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Kualitas Udara Jakarta Memburuk, Pemerintah Diminta Ambil Upaya

Putri Anisa Yuliani
29/7/2019 18:58
Kualitas Udara Jakarta Memburuk, Pemerintah Diminta Ambil Upaya
Pemandangan Monumen Nasional dengan latar belakang gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Senin (29/7/2019).(ANTARA)

BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendesak pemerintah pusat maupun Pemprov DKI Jakarta mengambil langkah lebih serius guna mengatasi pencemaran udara di Jakarta maupun di kota lainnya. Dari berbagai aspek penilaian, BMKG mengakui bahwa kualitas udara di Jakarta tengah menurun terutama selama musim kemarau.

"Pemerintah daerah bisa terus berupaya menambah ruang-ruang terbuka hijau, menanam tanaman yang dapat menghisap polutan secara lebih efektif, dan melakukan pengaturan rekayasa lalu lintas sehingga kondisi terlampau tingginya kadar polutan tidak terjadi pada saat jam-jam beban puncak transportasi," kata Pelaksana Harian Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Nasrullah, dalam keterangan resminya, Senin (29/7).

Baca juga: Terkendala Bangunan Liar, Pembersihan Kali Bahagia Molor

Kesimpulan BMKG terkait penurunan kualitas udara Jakarta di antaranya dari hasil pengamatan BMKG terhadap jarak penglihatan mendatar (visibility) pada pagi hari yang menunjukkan jarak pandang menurun dari biasanya.

Laporan pengamatan meteorologi Stasiun Meteorologi Cengakareng dan Stasiun Meteorologi Kemayoran Jakarta Pusat menyebutkan bahwa jarak pandang terjauh yang tercatat adalah 5 sampai 7 km dengan kelembaban relatif (RH) berkisar 70% – 85 %. Pengukuran konsentrasi PM 10 pagi hari ini tercatat antara 145-160 µg/m3, mengindikasikan cukup tingginya konsentrasi polutan yang berkorelasi dengan kekeruhan udara dan berkurangnya jarak pandang yang terjadi pagi ini.

Selain itu, dari sudut pandang meteorologi, Nasrullah menjelaskan bahwa pagi hari setelah matahari terbit merupakan saat di mana terjadi lapisan inversi suhu, yaitu lapisan atmosfer dimana suhu udara menghangat dan lebih panas daripada lapisan di bawahnya. Hal ini menyebabkan penumpukan masa udara dan zat polutan karena tidak bebas bergerak ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi.

"Pada musim kemarau, kualitas udara memang dapat memburuk karena ketiadaan hujan dapat mengurangi pengendapan (pencucian) polutan di udara oleh proses rain washing). Pada musim kemarau, terutama pada hari-hari sudah lama tidak terjadi hujan, udara yang stagnan, cuaca cerah, adanya lapisan inversi suhu, atau kecepatan angin yang rendah memungkinkan polusi udara tetap mengapung di udara suatu wilayah dan mengakibatkan peningkatan konsentrasi polutan yang tinggi" tambahnya.

Nasrullah pun berujar hasilnya dapat dilihat dari kondisi udara yang kabur hasil reaksi kimia antara udara dengan kontaminan. Terlebih lagi pada saat ini masih terus berlangsung pekerjaan konstruksi pembangunan tol atas, jalur LRT, dan pengerjaan trotoar. Hal ini tentu akan menghasilkan debu partikel polutan dan menurunkan Indeks Kualitas Udara atau Air Quality Index (AQI) pada saat-saat tertentu.

Baca juga: Polisi Tangkap Pelaku Pornografi Anak Bermodus Game Online

Di sisi lain, konversi konsentrasi PM10 selama 24 jam menjadi Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) menghasilkan nilai berkisar 65–88 kategori 'sedang'. Kualitas udara 'sedang' pengertiannya adalah kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan, tetapi dapat berpengaruh pada kelompok yang sensitif (yang memiliki gangguan pernapasan dan cardiovaskular).

"Oleh karenanya selain pemda, pemerintah pusat juga harus membantu mengupayakan solusi untuk meningkatkan kualitas udara. Sementara masyarakat juga harus memiliki kesadaran untuk turut membantu mengatasi pencemaran lingkungan dengan beralih ke kendaraan umum serta meningkatkan 'urban farming' di tempat tinggalnya masing-masing," tukasnya. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya