Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
AKTIVIS Rujak Center for Urban Studies Haris Azhar berpandangan rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengambil alih pengelolaan air yang kini ditangani swasta, belum serius
Hingga lebih dari satu bulan pascapengumuman akan mengambil alih pengelolaan air dari PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT Aetra Air Jakarta, Pemprov belum melakukan eksekusi apapun terkait langkah renegosiasi yang diambil.
"Rencana mengajukan persetujuan kerja sama atau head of agreement hingga kini tidak terlaksana. Padahal janjinya satu bulan," kata Haris Azhar dalam konferensi pers bertema Menagih Janji Mengambil Alih Pengelolaan Air Jakarta di kantor Rujak Center di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (3/4).
Baca juga: Stop Privatisasi Air, Pemprov DKI Harus Libatkan KPK
Selain itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dinilai tidak menerapkan transparansi dalam rencana ini. Hal ini dilihat dari tidak adanya informasi yang dibagikan kepada publik terkait orang-orang serta latar belakang pengisi tim tata kelola air yang dibentuk Anies. Proses kerja tim tata kelola air pun dinilai tidak transparan.
"Masyarakat tidak tahu siapa-siapa yang mengisi tim tata kelola air lalu mereka sudah meeting dengan siapa. Siapa pihak Palyja dan Aetra yang sudah mereka ajak bicara, kapan dan sebagainya tidak transparan," ungkapnya.
Proses renegosiasi pun dianggap akan mandek karena adanya konflik kepentingan. Konflik kepentingan dinilai muncul karena Pelaksana Tugas Direktur Utama PAM Jaya Priyatno Bambang Hernowo adalah mantan corporate secretary Aetra.
"Bakal ada usaha menghambat pastinya. Lha dia mantan orang sana," tukasnya.
Di sisi lain, Haris menyebut sebelum melakukan renegosiasi, seharusnya Anies menggelar uji publik mengenai objek-objek yang menjadi bukti wanprestasi kedua perusahaan swasta tersebut.
"Agar menjadi senjata bagi Pemprov saat nanti merenegosiasi serta menjadi bahan tuntutan seandainya akan dibawa ke meja hijau tata usaha karena merugikan masyarakat dan Pemprov," pungkasnya.(OL-5)
SUNGAI adalah indikator kemajuan. Pemulihan dan penataan aliran sungai merupakan pekerjaan strategis, karena menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.
Kerusakan ginjal bisa memberi dampak kesehatan serius bagi organ tubuh lainnya seperti jantung, hati, dan bahkan otak.
Menurut laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2020, beberapa wilayah di Indonesia akan mengalami kelangkaan atau krisis air bersih pada 2045.
Batu ginjal terbentuk dari endapan mineral, garam, dan zat sisa lainnya yang mengkristal akibat kebiasaan kurang minum.
Sebuah studi mengungkap air mungkin terbentuk jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya, hanya 100-200 juta tahun setelah Big Bang.
Sebuah penelitian terbaru mengungkap air sudah mulai terbentuk di alam semesta lebih awal dari yang diperkirakan, hanya 100-200 juta tahun setelah Big Bang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved