Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Kata Dokter, Inilah 8 Hal Penyebab Ketiak Bau

Atalya Puspa
31/8/2024 15:55
Kata Dokter, Inilah 8 Hal Penyebab Ketiak Bau
Ilustrasi(freepik.com)

BAU ketiak atau dalam istilah medis dikenal dengan istilah body odor merupakan permasalahan yang seringkali terjadi di sekitar kita. Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin darn Klinik Pramudia Anthony Handoko mengungkapkan, ada delapan faktor yang menjadi pemicu dari munculnya bau tak sedap dari ketiak.

"Untuk terjadi suatu bau ketiak atau body odor, itu memiliki banyak kontribusi. Dan semua faktor itu punya porsi masing-masing, jadi bukan hanya dari satu penyebab saja. Tapi mungkin dari semua faktor itu, porsinya berbeda," kata Anthony. 

Jadi, apa saja penyebab ketiak bau?

Baca juga : Erina Gudono Masih Jadi Sorotan: Isu Bau Ketiak, Tuduhan Buzzer Rezim, dan Pesan Menohok Lita Gading

  1. Pertama, jumlah dan ukuran kelenjar keringat yang memproduksi keringat kita. Ia menejlaskan bahwa setiap orang lahir dengan komposisi kelenjar keringat yang berbeda-beda.

    "Itu menentukan jumlah keringat orang.Jadi itu kenapa yang menyebabkan kenapa ada orang yang baru beraktivitas sebentar ketiaknya sudah basah, dan ada orang lainnya yang sudah berkegiatan seharian malah tidak mengalami basah ketiak," ucap dia.

    Anthony menjelaskan, kelenjar keringat menempel dengan kelenjar minyak yang disebut dengan apokrin. Sebagian besar kelenjar apokrin di kulit terletak di ketiak, selangkangan, dan area sekitar puting susu. Jadi saat pada saat kelenjar keringat keluar, kelenjar minyak pun ikut keluar. Gabungan itu akan memproduksi protein dan lemak.

    Baca juga : Awal Mula Bau Ketiak Erina Gudono Jadi Sorotan, Rupanya dari Foto Ini!

  2. Kedua, yakni bakteri yang ada di kulit. Permukaan kulit kita merupakan habitat bagi berbagai jenis bakteri, seperti corynebacteria, staphylococcus, propionibacteria, dan micrococci. Bakteri tersebut kemudian akan memecah protein dan lemak yang telah diproduksi kelenjar hingga menimbulkan bau. "Tapi, bakteri yang ada di ketiak orang berbeda-beda komposisi dan jumlahnya. Hal itu bergantung dari faktor genetik," kata dia.

  3. Ketiga, makanan juga dapat memengaruhi bau tubuh. Makanan yang mengandung bawang merah, bawang bombay, dan rempah-rempah tertentu dapat menyebabkan bau tubuh yang lebih kuat. Senyawa-senyawa yang terkandung dalam makanan ini diserap oleh tubuh dan dikeluarkan melalui keringat, berkontribusi pada bau yang tidak sedap.

  4. Keempat, perubahan hormonal, seperti saat pubertas, menstruasi, atau masa stres emosional juga dapat memengaruhi produksi keringat dan aktivitas kelenjar apokrin. Ketika tubuh mengalami perubahan hormonal, bau ketiak dapat menjadi lebih intens. "Stres emosional juga dapat meningkatkan produksi keringat, yang pada gilirannya dapat memengaruhi bau tubuh," ungkapnya.

    Baca juga : 7 Cara agar Aroma Tubuh Tetap Wangi Usai Berolahraga

  5. Kelima, kebersihan pribadi memainkan peran penting dalam pengendalian bau ketiak. Kurangnya kebersihan, seperti jarang mandi atau tidak membersihkan area ketiak dengan benar, dapat menyebabkan penumpukan keringat dan bakteri. "Mandi secara teratur dan menjaga kebersihan area ketiak dapat membantu mengurangi bau ketiak," jelas dia.

  6. Keenam, bahan pakaian yang Anda pilih juga dapat mempengaruhi bau ketiak. Pakaian yang terbuat dari bahan sintetis dapat menghambat sirkulasi udara dan menyerap keringat, yang dapat memperburuk bau.

  7. Ketujuh, faktor geografi, seperti suhu dan kelembaban lingkungan, dapat mempengaruhi produksi keringat dan bau tubuh. Di daerah dengan suhu tinggi dan kelembaban tinggi, tubuh akan memproduksi lebih banyak keringat. Lingkungan yang lembap juga dapat menciptakan kondisi yang lebih baik bagi pertumbuhan bakteri, yang berpotensi meningkatkan bau ketiak.

  8. Kedelapan, faktor genetik juga berperan dalam bau ketiak. Beberapa orang mungkin memiliki kecenderungan genetik untuk menghasilkan lebih banyak keringat atau memiliki kelenjar apokrin yang lebih aktif. "Genetika dapat mempengaruhi bagaimana tubuh bereaksi terhadap makanan, hormon, dan faktor lingkungan lainnya," jelasnya. (H-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya