Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

BESS Plus, Bedah Sayatan Kecil Atasi Saraf Kejepit

Eni Kartinah
12/8/2024 17:43
BESS Plus, Bedah Sayatan Kecil Atasi Saraf Kejepit
Saraf kejepit ditandai sejumlah gejala, antara lain nyeri berkepanjangan di punggung bawah.(Dok. Freepik)

 

SARAF kejepit menimbulkan gejala yang amat mengganggu, mulai dari nyeri berkepanjangan di punggung bawah dan tungkai, hingga kelumpuhan. Saraf kejepit terjadi ketika saraf di tulang belakang tertekan oleh tonjolan bantalan antar-ruas tulang belakang (intervertebral disc). Penonjolan (herniasi) bantalan itu dapat terjadi karena sejumlah penyebab, antara lain karena penuaan, beban berlebih, cedera pada tulang belakang, dan peradangan. 

Baca juga : Cegah Saraf Kejepit dengan Olahraga

Untuk mengatasi saraf kejepit, diperlukan operasi guna membebaskan saraf dari tekanan tonjolan bantalan tulang belakang. Saat ini, operasi tersebut bisa dilakukan dengan teknik bedah sayatan kecil (minimally invasive) yang disebut Biportal Endoscopic Spinal Surgery (BESS) Plus.

“Plus di sini adalah singkatan dari Preservasi Ligamentum flavUmS yang bermanfaat mencegah cedera pada struktur sekitar saraf yang dioperasi,” kata dokter spesialis bedah saraf, dr. Wawan Mulyawan, Sp.BS, pada peluncuran BESS Plus di Sigma Brain and Spine Center RS Jakarta, belum lama ini. 

Ia menjelaskan, BESS yang menggunakan dua sayatan kecil di punggung (biportal) dinilai sebagai penyempurna dari metode endoskopi tulang belakang generasi sebelumnya yang menggunakan satu sayatan (uniportal). BESS mengandalkan kamera khusus yang masuk melalui sayatan pertama untuk melihat jaringan tulang belakang dan probe (alat operasi) yang masuk melalui sayatan kedua. Lebar sayatan itu sekitar 0,5 cm.

Baca juga : Nyeri Menjalar Hingga ke Tungkai Bawah Bisa Jadi Gejala Saraf Kejepit

“Metode ini sudah rutin kami lakukan pada pasien saraf kejepit dengan berbagai derajat keparahan. Perbaikan gejala setelahnya sangat baik, proses pemulihan pasien cepat, dan komplikasi pun sangat minim,” kata dokter spesialis bedah saraf, dr. Danu Rolian, Sp.BS, pada kesempatan sama.
 
Sebelumnya, dr. Danu terlibat dalam penelitian bertajuk One Year Clinical Outcome of BESS in Dealing with Lumbal Degenerative Spine Diseases dengan responden 145 pasien. Penelitian itu menunjukkan, BESS dapat mengatasi saraf kejepit dengan derajat tonjolan bantalan tulang belakang yang bervariasi, mulai dari derajat 2 (prolaps), 3 (ekstrusi), hingga 4 (sekuestrasi). Selain itu, BESS juga dapat mengatasi saraf kejepit di lebih dari satu segmen (lokasi).

“Berbeda dengan teknik endoskopi uniportal, peralatan BESS akan ‘mengambang’, membuat sudut kerja lebih luas bagi dokter untuk mengatasi tonjolan bantalan tulang belakang dari berbagai arah. Area visual dokter juga lebih luas sehingga dapat menjaga jaringan sekitar dari risiko cedera,” jelas dr. Danu.

Utamanya, BESS Plus dilakukan dengan menjaga keutuhan ligamentum flavum, yaitu jaringan yang menstabilkan susunan tulang belakang. “Dapat dikatakan, BESS Plus merupakan peningkatan dari teknik BESS dengan menjaga ligamentum flavum, sehingga tingkat kestabilan tulang belakang pascaoperasi tetap baik.”

Ia menambahkan, BESS Plus juga dapat menjadi salah satu solusi untuk membantu mengatasi masalah lain pada tulang belakang yang dapat menyebabkan nyeri, seperti spinal stenosis (menyempitnya rongga tulang belakang), menebalnya sendi facet, penebalan jaringan (hipertrofi) yang menjepit saraf, dan bone spur (munculnya taji tulang).

Sementara itu, CEO RS Jakarta dr. Heru Pramanto menjelaskan, pihaknya menghadirkan layanan Sigma Brain and Spine Center dengan menggandeng tim dokter spesialis bedah saraf yang sudah berpengalaman melakukan BESS. “Sebab, kami mengedepankan kualitas hidup pasien menjadi lebih baik,” ujarnya. (B-1)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eni Kartinah
Berita Lainnya