Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pelajaran dari ‘Ipar adalah Maut’, Pentingnya Komunikasi dalam Rumah Tangga

Indrastuti
17/7/2024 17:22
Pelajaran dari ‘Ipar adalah Maut’, Pentingnya Komunikasi dalam Rumah Tangga
Ilustrasi(Tangkapan layar Youtube MD Picture)

FILM Ipar Adalah Maut yang dirilis pada 13 Juni lalu menembus 4,3 juta penonton pada 4,3 juta orang pada awal Juli ini. Animo masyarakat sangat tinggi untuk mengikuti kisah cinta segitiga antara Nisa (istri), Aris (suami), dan Rani (ipar).

Di balik kesuksesan film Ipar Adalah Maut, dapat dipetik pelajaran penting tentang hubungan interpersonal dan komunikasi dalam rumah tangga. Film ini menggambarkan kompleksitas interaksi antara suami, istri, dan ipar, dengan komunikasi yang terhambat menjadi akar permasalahan.

Nisa (istri), Aris (suami), dan Rani (ipar) dalam film ini mengalami kesulitan dalam berkomunikasi secara efektif. Ketidakbukaan dan kurangnya komunikasi asertif memicu kesalahpahaman, pertengkaran, dan bahkan perselingkuhan.

Baca juga : Sinopsis Film Ipar adalah Maut: Badai Rumah Tangga tak Terduga, Aris Pilih Nisa atau Rani?

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya Stefanus Andriano, M.Si menyatakan, diperlukan komunikasi asertif dalam hubungan rumah tangga, keluarga, dan masyarakat.

"Komuniksi asertif adalah kemampuan menyampaikan pesan dengan jelas, jujur, dan tegas, namun tetap menghormati orang lain, kata Stefanus.

Ia menjelaskan, dalam konteks film Ipar Adalah Maut, komunikasi asertif dapat membantu para tokoh (Nisa, Aris dan Rani) untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhan mereka dengan jelas tanpa menyalahkan atau menyerang orang lain.

Baca juga : Belajar Kompleksitas Berumah Tangga di Usia Muda dari Film Dua Hati Biru

"Selain itu, perlu untuk mendengarkan dengan penuh perhatian dan berusaha memahami sudut pandang orang lain," ujarnya.

Komunikasi asertif, juga dapat mendorong untuk menyelesaikan konflik secara damai dan mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.

Stefanus menuturkan, komunikasi yang buruk dalam hubungan keluarga, termasuk antara suami istri dapat membawa konsekuensi negatif bagi hubungan keluarga.

Baca juga : LLDikti Wilayah III dan Universitas Esa Unggul Bahas Kehumasan Era Digital

"Dampak buruk antara lain ketidakpercayaan dan kecemburuan. Karakter saling mencurigai dan merasa cemburu akibat komunikasi yang tidak nyambung memicu perselisihan dan keretakan dan hubungan," jelasnya.

Dampak lain adalah memicu konflik dan kecemburuan. Komunikasi yang kurang konstruktif dan kegagalan dalam menyelesaikan masalah secara damai akan memicu pertengkaran yang berkelanjutan.

Puncak dari komunikasi yang buruk dalah terjadinya kekerasan verbal dan bahkan kekerasan fisik. Efek lain adalah terjadinya perselingkuhan, yang semakin memperparah situasi dan mengancam keutuhan rumah tangga.

Stefanus menegaskan, Film ini menjadi pengingat bahwa komunikasi yang efektif merupakan kunci dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis, termasuk dalam rumah tangga. Kejujuran, keterbukaan, dan kesediaan untuk saling memahami menjadi elemen penting dalam komunikasi asertif. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya