Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
MENJELANG peringatan hari Kartini, rakyat Indonesia harus tetap menyimpan dalam ingatan bahwa kenikmatan emansipasi yang dirasakan hari ini merupakan perjuangan dari berbagai tokoh di masa lalu. Perjuangan tersebut tidak terlepas dari tokoh-tokoh perempuan yang progresif pada masanya, membawa pembicaraan yang tabu soal kesetaraan gender.
Maka dari itu, mengenang jasa mereka yang memberi perubahan berarti adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan. Ini dia 3 pahlawan perempuan pembawa perubahan di Indonesia:
Baca juga : 17 Contoh Puisi Inspiratif Hari Kartini dan 8 Kutipan Surat yang Menginspirasi
Terlahir sebagai golongan priayi yang sudah memiliki kepastian hidup dari segi harta ternyata tidak cukup untuk Raden Ajeng (RA) Kartini. Dia lebih tertarik pada ilmu daripada harus dijodohkan dengan seorang laki-laki yang sudah terjamin kemapanannya.
Kartini pun bertekad untuk mengangkat derajat perempuan karena sering melihat ketidakadilan berbasis gender di sekelilingnya. Sudah lebih dari satu abad lalu, Kartini meninggalkan dunia, tetapi dampak yang diberikannya masih terasa hingga sekarang.
Perempuan dapat mengenyam pendidikan setinggi-tingginya, memiliki karir yang baik, dan menikah tanpa paksaan dari orangtua.
Baca juga : Deretan 45 Link Twibbon Hari Kartini 2024, Yuk Kita Rayakan!
Serupa dengan Kartini, Raden Dewi Sartika memperjuangkan hak pendidikan perempuan pribumi di era kolonial. Lahir di Bandung, 4 Desember 1884, Dewi kecil telah memiliki bakat mengajar, bahkan dia mengajarkan saudara perempuannya berbagai keterampilan, seperti membaca dan menulis.
Hal yang sangat mulia, mengingat kala itu mayoritas perempuan masih buta aksara. Hingga pada 1904, berkat bantuan dua saudaranya, Dewi mendirikan sekolah khusus perempuan bernama Sakola Istri di ruang pendopo Kabupaten Bandung. Kemudian pada 1929 sekolah itu berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi.
Baca juga : Refleksi Hari Kartini: Momentum Tingkatkan Kesetaraan Gender dalam Sistem Pembangunan
Tak berhenti di dunia pendidikan, Dewi juga menyoroti masalah kesenjangan upah dan poligami yang dihadapi perempuan masa itu. Dia menjadi salah satu tokoh pertama yang berbicara tentang perlunya upah yang setara antara perempuan dan laki-laki. Pada masa itu, poligami, perkawinan di bawah umur, dan upah perempuan yang lebih sedikit dari laki-laki merupakan masalah-masalah yang masih krusial di Indonesia.
Jika belum familiar dengan nama ini, Roehana adalah jurnalis perempuan pertama di Indonesia yang mendapat gelar pahlawan. Dia menggeluti bidang jurnalistik sejak tahun 1908 dengan masuk ke surat kabar Poetri Hindia. Pun demikian, media tersebut akhirnya dibredel oleh pemerintahan kolonial Belanda. Oleh karena itu, Roehanna pun mendirikan medianya sendiri, yakni Soenting Melajoe pada 1912.
Sebelum mendirikan medianya sendiri pun saudara tiri Soetan Sjahrir ini sudah memiliki kepedulian yang besar terhadap pendidikan perempuan. Dia mendirikan sekolah khusus keterampilan perempuan pada 11 Februari 1911. Hingga kini dia dikenang sebagai jurnalis perempuan Indonesia pertama dan mendapatkan gelar pahlawan. (Z-10)
DI tengah krisis iklim yang kian nyata dan ketidakadilan sistemis terhadap perempuan yang terus menganga, Indonesia membutuhkan lebih dari sekadar kepemimpinan yang cerdas dan tegas.
Menstruasi yang normal dan teratur adalah tanda bahwa reproduksi perempuan dalam kondisi baik, dan tubuh secara keseluruhan dalam keadaan sehat.
Seiring dengan pertambahan usia pada perempuan serta kehamilan mampu menyebabkan penurunan kekuatan otot panggul dalam menopang organ-organ vital.
Perjuangan perempuan Indonesia hari ini ialah kelanjutan dari jejak-jejak lokal yang pernah berjaya, tapi kini dibingkai dalam ideologi negara, yaitu Pancasila.
BRInita merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial dan lingkungan BRI Peduli yang berfokus pada tiga pilar utama: pendidikan, pemberdayaan UMKM, dan pelestarian lingkungan.
POTENSI perempuan di sejumlah sektor harus mampu ditingkatkan melalui berbagai upaya pemberdayaan sebagai bagian dari langkah mengakselerasi pembangunan nasional.
Ajang Women's Day Run 10K 2025 diikuti 6.000 peserta, melampaui angka tahun sebelumnya yang mencapai 5.000 pelari dari berbagai komunitas dan latar belakang.
Midtown Residence Jakarta gelar talkshow inspiratif di hari Kartini
Dalam rangka memperingati Hari Kartini, The Sunan Hotel Solo menggelar acara istimewa bertajuk “Suara Kartini: 21 Perempuan, 1 Semangat” pada 21 April 2025.
IBU ialah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Generasi yang memiliki daya pikir yang baik lahir dari ibu yang sehat, pintar, dan berdaya.
Dalam rangka memperingati Hari Kartini, Grand Mercure Solo Baru bersama Solopos Media Grup menggelar talkshow bertajuk "Membangun Kolaborasi untuk Masa Depan".
Lomba yang disiapkan manajemen adalah lomba menggulung stagen bagi 'bapak-bapak' Head of Department (HOD), lomba merias wajah berpasangan, dan lomba fashion show.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved