Headline

Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.

Tuding Reuters Bela Pembunuhan Ratusan Jurnalis oleh Israel Jadi Alasan Valerie Zink Mengundurkan Diri

Basuki Eka Purnama
27/8/2025 11:05
Tuding Reuters Bela Pembunuhan Ratusan Jurnalis oleh Israel Jadi Alasan Valerie Zink Mengundurkan Diri
Kartu pers Valerie Zink yang terbelah dua usai dia mengundurkan diri dari Reuters.(Facebook @Valerie Zink)

VALERIE Zink, jurnalis foto yang bekerja untuk kantor berita Reuters memutuskan untuk mengundurkan diri. Dia menyebut kebijakan Reuters yang membenarkan dan memungkinan pembunuhan sistematis terhadap 245 wartawan di Jalur Gaza sebagai alasan.

Dalam unggahan saat dia menyebut alasan dirinya mengundurkan diri dari Reuters, Zink mengunggah kartu pers Reuters miliknya yang telah terbelah di media sosial.

"Selama delapan tahun terakhir, saya bekerja sebagai stringer untuk kantor berita Reuters. Foto-foto saya yang meliput berita di provinsi-provinsi padang rumput telah dipublikasikan oleh New York Times, Al Jazeera, dan media lainnya di Amerika Utara, Asia, Eropa, dan di tempat lain," ungkap Zink 

"Saat ini, mustahil bagi saya untuk mempertahankan hubungan dengan Reuters mengingat peran mereka dalam membenarkan dan memungkinkan pembunuhan sistematis terhadap 245 jurnalis di Jalur Gaza. Saya berutang budi kepada rekan-rekan saya di Palestina setidaknya sebanyak ini, dan jauh lebih banyak lagi," lanjutnya.

Zink mengungkapan dirinya kecewa dengan sikap Reuters yang bak membenarkan aksi pembunuhan wartawan oleh Reuters.

"Ketika Israel membunuh Anas Al-Sharif, bersama seluruh kru Al-Jazeera di Kota Gaza pada 10 Agustus, Reuters memilih untuk memublikasikan klaim Israel yang sepenuhnya tidak berdasar bahwa Al-Sharif adalah seorang agen Hamas – salah satu dari sekian banyak kebohongan yang dengan patuh diulang-ulang dan dijunjung tinggi oleh media seperti Reuters," kecam Zink.

"Kesediaan Reuters untuk mengabadikan propaganda Israel tidak menghindarkan para reporter mereka sendiri dari genosida Israel. Lima jurnalis lainnya, termasuk juru kamera Reuters, Hossam Al-Masri, termasuk di antara 20 orang yang tewas pagi ini dalam serangan lain di Rumah Sakit Nasser. Serangan ini dikenal sebagai serangan "ketuk ganda", ketika Israel mengebom target sipil seperti sekolah atau rumah sakit; menunggu kedatangan petugas medis, tim penyelamat, dan jurnalis; lalu menyerang lagi," imbuhnya.

Zink kemudian menuding media Barat secara langsung bertanggung jawab atas terciptanya kondisi yang memungkinkan hal ini terjadi. 

"Seperti yang dikatakan Jeremy Scahill dari Drop Site News, 'setiap media besar – dari New York Times hingga Washington Post, dari AP hingga Reuters – telah menjadi jalur propaganda Israel, membersihkan kejahatan perang dan merendahkan martabat korban, mengabaikan rekan-rekan mereka dan komitmen mereka terhadap pelaporan yang benar dan etis.'," serunya.

Dia kemudian menyebut, dengan mengulang-ulang rekayasa genosida Israel tanpa memastikan kredibilitasnya – dengan sengaja mengabaikan tanggung jawab paling mendasar jurnalisme – media Barat telah memungkinkan pembunuhan lebih banyak jurnalis dalam dua tahun di sebidang tanah sempit dibandingkan jumlah total pembunuhan dalam Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan perang di Korea, Vietnam, Afghanistan, Yugoslavia, dan Ukraina, belum lagi membuat seluruh penduduk kelaparan, mencabik-cabik anak-anak, dan membakar orang hidup-hidup.

"Fakta bahwa karya Anas Al-Sharif memenangkan Hadiah Pulitzer untuk Reuters tidak mendorong mereka untuk membelanya ketika pasukan pendudukan Israel memasukkannya ke dalam "daftar incaran" jurnalis yang dituduh sebagai militan Hamas dan Jihad Islam," tegas Zink. 

"Hal itu juga tidak mendorong mereka untuk membelanya ketika ia memohon perlindungan kepada media internasional setelah seorang juru bicara militer Israel mengunggah video yang memperjelas niat mereka untuk membunuhnya menyusul laporan yang ia buat tentang kelaparan yang semakin meningkat. Hal itu juga tidak mendorong mereka untuk melaporkan kematiannya secara jujur, ketika ia diburu dan dibunuh beberapa minggu kemudian" imbuhnya. 

"Saya menghargai pekerjaan yang saya bawa ke Reuters selama delapan tahun terakhir, tetapi saat ini saya tidak bisa membayangkan mengenakan kartu pers ini selain dengan rasa malu dan duka yang mendalam. Saya tidak tahu apa artinya mulai menghormati keberanian dan pengorbanan para jurnalis di Gaza – yang paling berani dan terbaik yang pernah hidup – tetapi ke depannya saya akan mengarahkan kontribusi apa pun yang saya miliki dengan mengingat hal itu," pungkas Zink. (Z-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya