Headline

Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.

Guayaquil, Kota Malam yang Lumpuh oleh Kekerasan Kartel Narkoba

Thalatie K Yani
27/8/2025 10:16
Guayaquil, Kota Malam yang Lumpuh oleh Kekerasan Kartel Narkoba
Suasana ramai di kota Guayaquil, Ekuador kini senyap, karena takut menjadi korban kekerasan kartel narkoba.(AFP)

HIRUK pikuk malam Guayaquil, kota terbesar di Ekuador, kini nyaris hilang. Bar, restoran, dan klub malam yang dulu ramai musik salsa dan dentuman neon memilih menutup pintu karena takut jadi korban kekerasan kartel narkoba.

Guayaquil telah berubah menjadi jalur utama perdagangan kokain global. Dampaknya, kawasan hiburan populer atau Zona Rosa yang dulu penuh tawa dan tarian kini sunyi senyap.

Valeria Buendia, 36, seorang guru, mengenang masa-masa ketika ia dan teman-temannya rutin menghabiskan malam di Jalan Panama. “Dulu ramai, sekarang berbahaya. Saya takut peluru nyasar,” katanya.

Data pemerintah mencatat, sepanjang tahun ini telah terjadi lebih dari 5.200 kasus pembunuhan di seluruh Ekuador, menjadikannya negara paling berbahaya di Amerika Selatan. Sekitar sepertiganya terjadi di Guayaquil, kota berpenduduk 2,8 juta jiwa yang juga pusat ekonomi negara.

Kini, hiburan malam bergeser ke kawasan elit seperti Samborondón, sekitar 20 menit dari pusat kota. Di sana, kehidupan malam masih berjalan di bawah penjagaan ketat bersenjata, metal detector, dan bar-bar mewah. “Berinvestasi di Guayaquil sekarang sama saja bunuh diri,” kata seorang pemilik klub yang pindah ke kawasan elit tersebut.

Ancaman Pemerasan

Bagi pengusaha hiburan yang bertahan di pusat kota, risiko besar mengintai: ancaman dan pemerasan.

Seorang mantan pemilik klub salsa mengaku awalnya dipaksa membayar US$50 per minggu, lalu naik jadi US$100, hingga akhirnya tak mampu lagi. Klubnya terpaksa ditutup pada Desember 2024, setelah ia merugi sekitar US$10.000. Kini, ia bekerja sebagai sopir taksi.

Menurut warga, sebagian besar bar dipaksa membayar sekitar US$300 per bulan, bahkan hingga US$5.000 untuk tempat yang lebih besar. Transaksi pemerasan ini bahkan dilakukan lewat sistem perbankan.

Dalam enam bulan pertama 2025, pemerintah mencatat 9.422 laporan pemerasan, sepertiganya terjadi di Guayaquil. Angka itu diyakini jauh lebih kecil dibanding kenyataan, karena banyak korban terlalu takut untuk melapor.

Mereka yang menolak membayar bisa berakhir tragis. Pada Mei lalu, 10 orang tewas ditembak di sebuah klub malam. Tiga bulan kemudian, serangan bersenjata di sebuah bar menewaskan satu orang dan melukai tiga lainnya. Polisi juga pernah menggagalkan peledakan bom koper di sebuah restoran sebagai bentuk ancaman.

Kota dalam Bayang Kartel

Asosiasi klub malam Guayaquil memperkirakan setidaknya 50% bar di pusat dan selatan kota telah gulung tikar. Meski Presiden Daniel Noboa melancarkan strategi militer melawan geng narkoba, kelompok bersenjata ini justru semakin berani menunjukkan kuasanya.

Guayaquil, yang dulu dikenal dengan musik, tarian, dan kehidupan malamnya, kini hidup dalam ketakutan. (AFP/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya