Headline

Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.

Serangan Israel Tewaskan Jurnalis Al Jazeera di Gaza, Kritik Internasional Meningkat

Thalatie K Yani
11/8/2025 07:17
Serangan Israel Tewaskan Jurnalis Al Jazeera di Gaza, Kritik Internasional Meningkat
Jurnalis Al Jazeera(Media Sosial X)

Al Jazeera mengumumkan dua wartawannya, termasuk reporter terkenal Anas al-Sharif, dan tiga kameramen tewas dalam serangan udara Israel di sebuah tenda wartawan di Gaza, Minggu (10/8). Militer Israel mengakui serangan tersebut Mereka menuding al-Sharif sebagai "teroris" yang berpura-pura menjadi jurnalis dan terkait dengan Hamas.

"Anas al-Sharif, 28, bersama empat rekan kerjanya tewas saat tenda wartawan di luar pintu utama sebuah rumah sakit di Gaza City menjadi sasaran," ujar stasiun televisi asal Qatar itu.

Kelima korban lainnya adalah Mohammed Qreiqeh dan tiga kameramen: Ibrahim Zaher, Mohammed Noufal, serta Moamen Aliwa.

Pernyataan militer Israel di Telegram menyebut al-Sharif sebagai kepala sel teroris Hamas. Ia bertanggung jawab mengatur serangan roket ke warga sipil dan pasukan Israel.

Al-Sharif merupakan salah satu wajah paling dikenal Al Jazeera yang melaporkan langsung dari Gaza, dengan liputan rutin setiap hari. Dalam salah satu pesan terakhirnya di media sosial, ia mengunggah video singkat yang memperlihatkan serangan udara Israel di dekat lokasi tinggalnya.

Komite Perlindungan Jurnalis

Sebelumnya, Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) sempat memperingatkan bahaya yang mengancam al-Sharif. Peringatan itu akibat serangan verbal juru bicara militer Israel yang menuduhnya sebagai teroris.

Setelah serangan ini, CPJ mengecam keras tindakan tersebut dan menegaskan jurnalis adalah warga sipil yang harus dilindungi. “Labelisasi jurnalis sebagai militan tanpa bukti yang kredibel sangat merusak kebebasan pers,” kata Direktur Regional CPJ, Sara Qudah.

Serikat Jurnalis Palestina juga mengutuk peristiwa ini sebagai “kejahatan berdarah”.

Hubungan antara Israel dan Al Jazeera memang tegang selama bertahun-tahun. Pemerintah Israel sempat melarang siaran Al Jazeera dan melakukan penggerebekan kantor mereka, terutama setelah perang terbaru di Gaza. Qatar, negara yang sebagian membiayai Al Jazeera, juga menjadi tempat markas politik Hamas dan lokasi perundingan tidak langsung antara Israel dan kelompok militan tersebut.

Jurnalis Tewas

Dengan akses ke Gaza yang tertutup rapat, banyak media internasional mengandalkan peliputan dari jurnalis Palestina yang berada di lapangan. Organisasi Reporters Without Borders (RSF) menyatakan lebih dari 200 jurnalis telah tewas selama 22 bulan perang berlangsung, termasuk beberapa wartawan Al Jazeera.

Kondisi kemanusiaan di Gaza kian mengkhawatirkan. PBB dan kelompok hak asasi memperingatkan ancaman kelaparan bagi lebih dari dua juta penduduk wilayah itu.

Serangan ini terjadi saat Israel mengumumkan rencana memperluas operasi militer di Gaza, dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan akan menargetkan benteng terakhir Hamas di sana. Netanyahu juga berjanji memberikan lebih banyak akses bagi jurnalis asing untuk melaporkan langsung dari dalam Gaza.

Namun pejabat PBB memperingatkan Dewan Keamanan, rencana Israel menguasai Gaza bisa memicu "bencana baru" yang berdampak luas di wilayah tersebut.

"Jika rencana ini dijalankan, kemungkinan besar akan memicu bencana lain di Gaza yang bergaung ke seluruh kawasan dan menyebabkan pengungsian paksa, pembunuhan, serta kehancuran yang lebih parah," ujar Asisten Sekretaris Jenderal PBB Miroslav Jenca. (AFP/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya