Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Warga Palestina di Gaza City kini dihadapkan pada ancaman pengusiran kembali di tengah campuran rasa takut dan putus asa. Pasalnya, Israel mengumumkan rencana mengambil alih secara militer kota terbesar di Jalur Gaza itu. Gaza City saat ini menjadi tempat berlindung bagi hampir satu juta orang.
Kekacauan pecah pada Jumat setelah kabinet Israel menyetujui rencana baru yang mencakup pengusiran paksa warga Palestina yang sebagian besar sudah berulang kali mengungsi ke zona konsentrasi di wilayah selatan.
Menurut laporan jurnalis Al Jazeera Hani Mahmoud, warga berada dalam kepanikan sejak Jumat dini hari terkait rencana tersebut.
“Beberapa orang mulai mengemas sisa barang-barang mereka. Bukan karena mereka tahu akan pergi ke mana, tapi karena mereka tidak mau terjebak di saat terakhir. Mereka ingin siap ketika militer Israel memaksa mereka keluar,” kata Mahmoud.
“Rasa takut, kekhawatiran, dan keputusasaan semuanya meningkat. Militer Israel menjanjikan zona evakuasi, namun faktanya orang-orang justru terbunuh di area tersebut,” tambahnya.
Amjad Shawa, Direktur Palestinian NGO Network, menegaskan warga sudah lelah dipaksa mengungsi berulang kali. Menurutnya, kali ini risiko lebih besar karena rumah sakit, fasilitas air, dan infrastruktur lain telah hancur.
“Sekarang, tidak ada apa-apa untuk diberikan kepada rakyat, dan ini berisiko,” ujarnya.
“Kami harus memindahkan orang tua yang tidak bisa berjalan, juga pasien dan korban luka yang tak bisa bergerak. Kami tidak bisa meninggalkan mereka, dan kami pun tak mampu memberi layanan," imbuhnya.
Warga Gaza City, Ahmed Hirz, yang telah delapan kali mengungsi bersama keluarganya sejak perang Israel dimulai mengaku memilih bertahan meski nyawa terancam.
“Saya bersumpah demi Tuhan, saya sudah menghadapi maut seperti seratus kali. Jadi bagi saya, lebih baik mati di sini,” kata Ahmed.
“Saya tidak akan pernah pergi. Kami telah mengalami penderitaan, kelaparan, penyiksaan, dan kondisi yang menyedihkan. Keputusan terakhir kami adalah mati di sini,” ujarnya kepada Al Jazeera.
Sikap serupa juga disampaikan Rajab Khader, yang menolak pindah ke selatan Gaza dan memilih bertahan.
“Kami harus tetap tinggal di Gaza City bersama keluarga dan orang-orang tercinta. Israel tidak akan menemukan apa pun kecuali tubuh dan jiwa kami,” ungkapnya.
Kabinet keamanan Israel telah menyetujui rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melakukan pendudukan militer di Gaza City yang terletak di bagian utara wilayah Palestina.
Langkah itu menandai eskalasi besar dalam perang Israel di wilayah tersebut dan diperkirakan akan memicu pengusiran paksa puluhan ribu warga yang sudah kelelahan dan kelaparan. (E-3)
DEWAN Keamanan PBB akan bersidang mengenai keputusan Israel untuk menduduki Kota Gaza, Palestina, pada Minggu (10/8) dari yang sebelumnya dijadwalkan pada Sabtu (9/8).
PRANCIS, Jumat (8/8), mengutuk rencana Israel untuk menduduki Jalur Gaza, Palestina, dan menegaskan kembali penentangan tegasnya terhadap rencana tersebut.
KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) RI mengutuk keputusan sepihak Israel untuk mengambil alih Jalur Gaza, Palestina. Ini alasan lengkapnya.
SEKITAR 900 ribu warga Palestina di Gaza City kini menghadapi ancaman pengusiran massal setelah kabinet keamanan Israel menyetujui rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Baznas RI bersama Bayt Zakat Wa As-Shadaqat Mesir mengirimkan 50 truk bantuan pangan berisi tepung senilai US$1 juta (kurang lebih Rp16 miliar) untuk warga Palestina.
PM Jepang Shigeru Ishiba mengaku sedang mempertimbangkan untuk menawarkan perawatan medis bagi warga Gaza yang sakit.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved