Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Koalisi Partai Berkuasa Jepang Kehilangan Mayoritas di Majelis Tinggi, PM Ishiba Tolak Mundur

Thalatie K Yani
21/7/2025 07:31
Koalisi Partai Berkuasa Jepang Kehilangan Mayoritas di Majelis Tinggi, PM Ishiba Tolak Mundur
PM Jepang Shigeru Ishiba(Media Sosial X)

KOALISI partai berkuasa Jepang kehilangan mayoritas di Majelis Tinggi setelah pemilu. Meski demikian, Perdana Menteri (PM) Shigeru Ishiba menegaskan tidak berniat mengundurkan diri, meski hasil ini memperlemah pengaruh pemerintahannya.

Koalisi Partai Demokrat Liberal (LDP) dan mitranya Komeito membutuhkan 50 kursi untuk mempertahankan kendali atas majelis beranggotakan 248 orang itu. Namun, menurut NHK, koalisi hanya meraih 47 kursi dengan satu kursi tersisa untuk diumumkan. Sebelumnya, tahun lalu, koalisi juga telah kehilangan mayoritas di Majelis Rendah yang lebih berkuasa.

Berbicara usai pemungutan suara, Ishiba mengatakan ia “menerima hasil yang keras ini dengan penuh rasa hormat”. Namun menegaskan fokus utamanya adalah negosiasi dagang dengan Amerika Serikat.

Perpecahan di Basis Konservatif

Analis menilai dukungan terhadap koalisi terkikis partai-partai sayap kanan, khususnya Sanseito, yang menarik pemilih konservatif dengan slogan “Japanese First” dan retorika anti-imigrasi.

“Banyak pendukung mantan PM Shinzo Abe menganggap Ishiba kurang konservatif dan tidak memiliki sikap nasionalistik atau anti-Tiongkok sekuat Abe,” kata Jeffrey Hall, pengamat politik Jepang di Universitas Kanda.

Sanseito, yang populer lewat YouTube selama pandemi Covid-19 karena teori konspirasi anti-vaksin, kini semakin vokal dengan pandangan anti-asing dan revisi sejarah Jepang. Partai kecil ini berhasil merebut suara di tengah ketidakpuasan publik terhadap kenaikan harga, terutama beras, serta skandal politik yang menimpa LDP dalam beberapa tahun terakhir.

Tekanan Politik untuk Mundur

Kekalahan ini menambah tekanan pada Ishiba, yang dinilai gagal mengatasi krisis biaya hidup dan ketidakpastian ekonomi. Sejarah politik Jepang menunjukkan tiga perdana menteri sebelumnya mundur dalam dua bulan setelah kehilangan mayoritas di Majelis Tinggi.

Jika Ishiba dipaksa mundur, nama-nama seperti Sanae Takaichi (runner-up pemilihan ketua LDP tahun lalu), mantan menteri keamanan ekonomi Takayuki Kobayashi, atau Shinjiro Koizumi diprediksi akan maju menggantikan. Koizumi merupakan putra mantan PM Junichiro Koizumi.

Namun pergantian kepemimpinan di tengah negosiasi dagang penting dengan AS bisa memicu ketidakstabilan politik di Jepang.

Ketidakpuasan Publik Meningkat

Selain inflasi, isu imigrasi juga memicu keresahan di kalangan pemilih. Jepang yang terkenal dengan kebijakan ketat terhadap pendatang kini mengalami lonjakan wisatawan dan pekerja asing, memicu sentimen bahwa orang asing “memanfaatkan” negara tersebut dan menaikkan harga.

Sebagai respons, pekan lalu Ishiba membentuk satuan tugas untuk menangani kejahatan dan “perilaku mengganggu” yang dituduhkan pada sebagian warga asing, termasuk soal imigrasi, kepemilikan tanah, dan tunggakan iuran jaminan sosial. (BBC/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya