Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Krisis Bahan Bakar Ancam Kehidupan Jutaan Warga Gaza

Khoerun Nadif Rahmat
14/7/2025 15:07
Krisis Bahan Bakar Ancam Kehidupan Jutaan Warga Gaza
Situasi di luar Rumah Sakit Al-Shifa, Kota Gaza, Selasa (8/7/2026).(Xinhua)

PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa kelangkaan bahan bakar di Jalur Gaza akibat blokade Israel semakin mendekati titik krisis, mengancam kelangsungan layanan kemanusiaan bagi lebih dari dua juta warga Palestina.

Dalam beberapa hari terakhir, rumah sakit dan lembaga kemanusiaan di Gaza terus mengeluarkan seruan darurat kepada komunitas internasional agar segera membantu mengamankan pasokan bahan bakar. Tanpa suplai itu, berbagai layanan vital kian lumpuh.

Sejumlah fasilitas medis terpaksa mematikan aliran listrik di beberapa bagian, bahkan menghentikan layanan penting seperti cuci darah. Hal ini membuat pasien yang bergantung pada alat bantu hidup berada dalam kondisi kritis.

Pada Rabu (10/7), PBB mengonfirmasi Israel akhirnya mengizinkan masuknya pasokan bahan bakar terbatas ke Gaza, pengiriman pertama dalam lebih dari empat bulan. Namun, volume yang hanya mencapai 75.000 liter itu tak cukup menutup kebutuhan selama satu hari.

Dalam pernyataan bersama, lembaga-lembaga kemanusiaan PBB menyebut stok bahan bakar di Gaza sudah mencapai level kritis.

Pemerintah-pemerintah kota di Gaza tengah, tempat ratusan ribu pengungsi berlindung, pada Minggu (13/7) mengumumkan penghentian total semua layanan dasar karena kehabisan bahan bakar.

“Jika bahan bakar habis, beban bagi warga yang sudah berada di ambang kelaparan akan makin tak tertahankan,” demikian pernyataan PBB seperti dikutip dari Middle East Eye.

Tanpa bahan bakar memadai, PBB memperingatkan operasi kemanusiaan di Gaza terancam dihentikan sepenuhnya, berdampak langsung pada layanan kesehatan, pasokan air bersih, dan distribusi bantuan.

Tanpa bahan bakar

Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mohammad Basal, mengungkapkan permintaan bantuan bahan bakar yang mereka ajukan selama berminggu-minggu tak pernah direspons, membuat tim penyelamat dan warga sipil semakin terancam.

“Situasi ini membuat kami nyaris lumpuh total. Baik tim penyelamat maupun warga berada dalam bahaya,” kata Basal.

Menurut dia, lembaga pertahanan sipil membutuhkan setidaknya 500 liter bahan bakar per hari untuk operasional dasar. Namun hingga kini, Israel tidak pernah memberikan alokasi resmi bagi mereka, dan lembaga kemanusiaan internasional gagal menutup kekurangan itu.

“Bayangkan harus menghitung setiap kilometer saat misi penyelamatan, khawatir apakah 20 liter bahan bakar di tangki cukup agar bisa kembali dengan selamat,” tutur Basal.

Akibat blokade dan habisnya stok, tim penyelamat kini terpaksa bergantung pada sumbangan, pembelian dari pasar gelap, atau menggunakan bahan bakar sintetis hasil daur ulang plastik, yang menurut Basal berbahaya dan merusak kendaraan.

Keterbatasan itu membuat mereka harus memilah-milah prioritas penyelamatan, bahkan kadang tak bisa merespons seluruh panggilan darurat.

“Kami sangat mengurangi aktivitas, agar tidak sampai benar-benar berhenti beroperasi,” ujarnya. “Kalau kendaraan mogok di tengah misi, kami terjebak di zona berbahaya. Pilihannya hanya dua: meninggalkan kendaraan atau mendorongnya keluar dari area serangan. Keduanya sama-sama berisiko.”

Di ambang kolaps

Direktur Kantor Media Pemerintah Gaza, Ismail al-Thawabteh, menyatakan blokade yang terus berlangsung menempatkan sistem kesehatan di ambang kehancuran.

Meski sempat ada pengiriman bahan bakar pekan lalu, suplai reguler tetap diblokir. "Ini jelas pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional yang mengancam nyawa ratusan ribu warga sipil," kata Thawabteh.

Menurutnya, sebagian besar rumah sakit di Gaza sudah di ambang penutupan total karena kelangkaan bahan bakar.

“Lebih dari 9.000 orang telah meninggal akibat tidak mendapatkan perawatan medis, penutupan perbatasan, dan ketiadaan bahan bakar yang diperlukan untuk operasi penyelamatan nyawa,” ungkapnya.

Ia menambahkan, saat ini lebih dari 500 ribu tindakan operasi mendesak menunggu dilakukan di rumah sakit Gaza, sesuatu yang mustahil tanpa bahan bakar.

Thawabteh kembali menyerukan kepada komunitas internasional dan dunia Arab untuk segera bertindak sebelum situasi makin memburuk.

“Kejahatan pendudukan terhadap rumah sakit dan sistem kesehatan harus dihentikan. Blokade harus dicabut, perbatasan dibuka, dan pasokan bahan bakar serta bantuan medis harus segera masuk tanpa hambatan,” tandasnya. (Ndf/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik