Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Turuti Trump, Israel Jajaki Perdamaian dengan Suriah dan Libanon

Ferdian Ananda Majni
02/7/2025 06:35
Turuti Trump, Israel Jajaki Perdamaian dengan Suriah dan Libanon
Ahmad al-Sharaa dan Donald Trump.(Dok Al-Jazeera)

PEMERINTAH Israel menyatakan kesediaannya untuk menjajaki perdamaian dengan Suriah. Ini merupakan perubahan mencolok setelah memperingatkan agar tidak berurusan dengan pemerintahan baru di Damaskus yang berbasis Islam dan naik ke tampuk kekuasaan tahun lalu.

Pernyataan itu muncul seiring dengan upaya Presiden AS Donald Trump mendorong gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza, Palestina, serta keyakinannya bahwa lebih banyak negara di Timur Tengah akan bergabung dalam pakta damai regional dengan Israel, menyusul konflik terbaru dengan Iran.

"Kami memiliki peluang baru di depan kami," kata Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa’ar seperti dilansir Bloomberg, Selasa (1/7)

"Kami berkepentingan untuk mengajak negara-negara tetangga kami, seperti Suriah dan Libanon, ke dalam lingkaran perdamaian dan normalisasi, sambil tetap menjaga keamanan dan kepentingan penting Israel," katanya.

Pernyataan ini menunjukkan perubahan sikap dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang sebelumnya memerintahkan militer Israel untuk menduduki wilayah di Suriah setelah kelompok yang dipimpin Ahmad al-Sharaa menggulingkan rezim Bashar al-Assad pada Desember lalu.

Al-Sharaa, yang kini menjabat sebagai presiden Suriah, dulunya dikenal sebagai militan Al-Qaeda dan pernah bertempur melawan pasukan AS di Irak. Namun ia mengeklaim telah berubah dan menyatakan bahwa Suriah sekarang tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.

Meski demikian, pemerintah Israel sempat menggambarkan al-Sharaa dan kelompoknya sebagai serigala berbulu domba dan memperingatkan dunia internasional untuk tidak tertipu oleh perubahan citra mereka.

Situasi mulai berubah setelah Israel melancarkan serangan besar terhadap Iran, musuh utama proses perdamaian dengan Israel, dalam perang 12 hari yang baru-baru ini berakhir dengan gencatan senjata. 

Trump, yang menjadi mediator, menilai gencatan senjata ini sebagai momentum yang bisa digunakan Israel untuk memperluas hubungan diplomatik dengan negara-negara kawasan.

Bulan lalu, Trump bertemu al-Sharaa di Arab Saudi. Dalam langkah yang mengejutkan Israel, Trump mengumumkan niatnya untuk mencabut sanksi terhadap Suriah.

Namun, belum ada kepastian apakah Israel bisa mewujudkan hubungan resmi dengan Suriah atau Libanon. 

Di Libanon, kelompok Hizbullah yang didukung Iran masih memiliki pengaruh kuat meski sempat melemah akibat serangan Israel tahun lalu.

Sa'ar menegaskan bahwa Dataran Tinggi Golan akan tetap berada di bawah kedaulatan Israel. Wilayah tersebut direbut dari Suriah dalam Perang Enam Hari tahun 1967 dan kemudian dianeksasi. 

Dia tidak menjawab pertanyaan mengenai kemungkinan pengembalian wilayah lain Suriah yang dikuasai Israel setelah jatuhnya Assad.

Menariknya, Sa'ar dan pejabat lain Israel masih menyebut al-Sharaa dengan nama lamanya saat tergabung dalam Al-Qaeda, yakni Abu Mohammed al-Jolani, mencerminkan skeptisisme yang masih ada.

Isu lain yang berpotensi menjadi hambatan adalah nasib ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi ke Suriah dan Lebanon sejak perang tahun 1948 dan keturunan mereka yang masih tinggal di sana.

Dalam wawancara dengan Fox News, Trump menyatakan bahwa beberapa negara yang sangat hebat tertarik bergabung dalam Perjanjian Abraham, kesepakatan yang pada 2020 menormalisasi hubungan antara Israel dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain.

Saat ditanya apakah Suriah menjadi salah satu kandidat, Trump menjawab. "Saya tidak tahu, tetapi saya mencabut sanksi atas permintaan beberapa negara lain di kawasan itu yang merupakan teman kita." 

Diketahui, Trump menandatangani perintah eksekutif pada Senin (30/6) untuk melonggarkan sanksi terhadap Suriah. Demikian menurut laporan seorang jurnalis CBS News di platform X. (I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik