Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Situasi di Los Angeles Mulai Tenang, Trump dan Newsom Bersitegang soal Kendali Pasukan Garda Nasional

Thalatie K Yani
18/6/2025 06:55
Situasi di Los Angeles Mulai Tenang, Trump dan Newsom Bersitegang soal Kendali Pasukan Garda Nasional
Wali Kota Los Angeles mencabut jam malam setelah sepekan kerusuhan akibat protes razia imigrasi. (AFP)

KETEGANGAN di Los Angeles perlahan mereda pada Selasa (17/6), setelah Wali Kota Karen Bass mencabut jam malam yang diberlakukan selama sepekan. Sedangkan Presiden Donald Trump bersikeras mempertahankan kendali atas ribuan personel militer yang ia kirim ke kota tersebut.

Selama seminggu terakhir, sebagian wilayah Los Angeles berada dalam status larangan keluar rumah pada malam hari, dari pukul 20.00 hingga 06.00, menyusul kerusuhan dan penjarahan yang terjadi dalam unjuk rasa menentang razia imigrasi yang digencarkan pemerintahan Trump.

Wali Kota Bass menyatakan jam malam tersebut "berhasil melindungi toko, restoran, bisnis, dan lingkungan tempat tinggal dari pihak-pihak yang hanya ingin membuat kekacauan, tanpa peduli pada komunitas imigran." Ia menambahkan jika situasi kembali memburuk, kebijakan itu bisa diberlakukan kembali.

Ketegangan semakin meningkat setelah Trump mengirim sekitar 4.000 personel Garda Nasional California dan 700 Marinir ke kota tersebut. Pengiriman itu tanpa persetujuan Gubernur Gavin Newsom, yang secara hukum seharusnya mengoordinasikan penggunaan pasukan tersebut.

Langkah Trump itu menuai kritik tajam dari pejabat California, termasuk Bass, yang menilai kehadiran militer justru memperburuk situasi. Seorang hakim federal bahkan menyatakan tindakan Trump "ilegal" dan memerintahkan kendali atas pasukan dikembalikan kepada Newsom. Namun, keputusan tersebut ditangguhkan pengadilan banding setelah pemerintah federal mengajukan keberatan.

Pertarungan Hukum dan Tuduhan Eskalasi

Dalam sidang banding yang digelar pada Selasa, Departemen Kehakiman AS membela keputusan Trump. Mereka berargumen presiden perlu tetap mengendalikan pasukan untuk memastikan kelancaran operasi petugas imigrasi federal yang menghadapi ancaman dari massa.

"Sayangnya, otoritas lokal tidak mampu atau tidak mau melindungi personel dan properti federal dari kekerasan yang masih berlangsung di Los Angeles," ujar pengacara pemerintah, Brett Shumate.

Perwakilan negara bagian California, Samuel Harbourt, membantah tuduhan itu. Ia menekankan aparat setempat telah menangani situasi dengan cukup baik, terbukti dengan penangkapan sekitar 1.000 orang selama kerusuhan.

“Apakah situasi ini benar-benar sedemikian luar biasa hingga membenarkan langkah ekstrem seperti pengerahan militer?” tanya Harbourt. Ia meminta pengadilan di San Francisco mencabut penangguhan putusan hakim sebelumnya agar kendali atas pasukan segera kembali ke tangan gubernur.

Harbourt juga memperingatkan tindakan Trump berpotensi merusak prinsip pemisahan antara militer dan urusan sipil yang selama ini dijaga dalam sistem demokrasi Amerika. “Ini bisa menjadi preseden berbahaya, bukan hanya untuk presiden saat ini, tetapi juga untuk presiden berikutnya.”

Garda Nasional dan Respons Trump

Para prajurit Garda Nasional terlihat berjaga di berbagai gedung federal di Los Angeles, mengenakan seragam tempur lengkap dengan helm dan perisai. Meski secara hukum mereka tidak diizinkan menangkap warga sipil, laporan media lokal menyebut beberapa dari mereka melepaskan gas air mata dan peluru karet ke arah demonstran.

Ini merupakan kali pertama sejak tahun 1965 seorang presiden AS mengerahkan Garda Nasional tanpa persetujuan gubernur negara bagian.

Trump sendiri bergeming. Ia menyatakan telah berhasil “mengamankan” Los Angeles, dan menuding Gubernur Newsom—yang disebut-sebut sebagai calon kuat dari Partai Demokrat untuk Pilpres 2028—telah “kehilangan kendali sepenuhnya.”

Sengketa ini menambah daftar panjang upaya Trump memperluas batas kewenangan eksekutifnya. Namun, kali ini melibatkan pasukan militer dan berpotensi dibawa hingga ke Mahkamah Agung, yang saat ini dikuasai oleh mayoritas konservatif dengan komposisi 6-3.

Sementara itu, kemarahan publik terhadap penggerebekan imigrasi—yang dilakukan oleh agen federal bersenjata dan bertopeng—juga menyulut protes di kota-kota besar lain seperti San Francisco, New York, Chicago, dan San Antonio. (AFP/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya