Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Pelaku Mengaku Merencanakan Setahun Sebelum Pelemparan Bom Molotov Ke Demonstran Israel

Thalatie K Yani
03/6/2025 07:41
Pelaku Mengaku Merencanakan Setahun Sebelum Pelemparan Bom Molotov Ke Demonstran Israel
Penyidik mengatakan Mohammed Sabry Soliman merencanakan pelemparan bom molotov ke demonstran pawai untuk sandera Israel, selama satu tahun.(Media Sosial X)

PENYELIDIK kepolisian mengatakan Mohammed Sabry Soliman, 45, telah merencanakan pelemparan bom molotov ke demonstran pawai untuk sandera Israel, Colorado, Amerika Serikat, selama satu tahun. 

Soliman yang menghadapi dakwaan kejahatan kebencian federal serta dakwaan negara bagian atas percobaan pembunuhan, penyerangan, dan penggunaan alat peledak, muncul singkat di pengadilan pada Senin (2/6).

Pejabat mengatakan warga negara Mesir tersebut menargetkan sekelompok demonstran pro-Israel di sebuah mal terbuka di Boulder. Ia berteriak "Bebaskan Palestina" saat melemparkan alat pembakar, yang menyebabkan delapan orang terluka.

Dalam wawancara setelah penangkapannya, Soliman mengatakan telah merencanakan serangan itu selama setahun, untuk dilakukan setelah wisuda SMA putrinya, menurut surat pernyataan penangkapan dari FBI. Ia mengatakan kepada polisi bahwa ia ingin "membunuh semua Zionis" dan akan melakukan serangan itu lagi, menurut dokumen pengadilan.

Soliman menyamar sebagai tukang kebun dengan mengenakan rompi oranye untuk mendekati kelompok tersebut, menurut polisi. Ia juga mengaku mempelajari cara membuat bom molotov melalui video YouTube, menurut surat pernyataan tersebut.

Setidaknya 16 bom molotov yang belum dinyalakan ditemukan di dekat lokasi. Penyelidik menyatakan Soliman menargetkan kelompok itu setelah menemukannya secara daring. Ini adalah serangan terbaru terhadap komunitas Yahudi di Amerika Serikat.

Demonstrasi mingguan tersebut diselenggarakan Run for Their Lives, yang bertujuan meningkatkan kesadaran tentang sandera Israel yang masih ditahan di Gaza.

Pejabat mengatakan Soliman melemparkan dua alat pembakar ke arah kerumunan di Pearl Street Mall, menyebabkan delapan korban mengalami luka bakar.

Sebanyak 12 orang, termasuk empat pria dan empat perempuan berusia antara 52 hingga 88 tahun, dibawa ke rumah sakit dengan luka mulai dari ringan hingga serius. Sebelumnya, pejabat menyebut ada delapan korban, namun pada hari Senin, empat orang lagi melapor mengalami luka ringan.

Korban tertua adalah seorang penyintas Holocaust, Rabbi Israel Wilhelm, Direktur Chabad di Universitas Colorado Boulder, seperti yang disampaikan kepada CBS News, mitra BBC di AS. Serangan itu terjadi pada awal hari raya Yahudi, Shavuot.

Muncul di Pengadilan

Tersangka muncul di pengadilan pada hari Senin melalui sambungan video dari Penjara Boulder County selama kurang dari lima menit, mengenakan pakaian tahanan oranye dan berdiri di depan hakim.

Ia menjawab "ya" atas beberapa pertanyaan prosedural dari hakim, namun tidak berbicara lebih jauh. Pengadilan menjadwalkan pengajuan resmi dakwaan pada Kamis mendatang. Pejabat menyatakan, Senin, mereka yakin Soliman bertindak sendirian.

Penyelidik mengatakan ia sempat belajar menembak dengan harapan bisa mendapatkan izin membawa senjata tersembunyi. Akhirnya menggunakan bom molotov karena status imigrasinya menghalangi akses ke senjata api.

Soliman mengemudi dari rumahnya di Colorado Springs ke Boulder, tiba lima menit sebelum pertemuan dimulai dan menunggu kelompok tersebut, menurut dokumen pengadilan. Ia mengaku membeli bensin dalam perjalanan ke lokasi serangan.

Menurut FBI, selama wawancara, Soliman menyatakan ia membenci Zionis dan menargetkan mereka karena mereka harus berhenti "mengambil alih tanah kami", yang ia maksud sebagai wilayah Palestina.

Soliman juga mengaku meninggalkan iPhone-nya tersembunyi di dalam laci meja dengan pesan untuk keluarganya, termasuk istri dan lima anaknya. Istrinya kemudian menyerahkan iPhone tersebut kepada pihak berwenang, menurut dokumen pengadilan.

Pihak penegak hukum mengatakan tidak ada indikasi sebelumnya Soliman adalah ancaman. "Kami sepenuhnya berniat meminta pertanggungjawaban Soliman atas tindakannya, dan dakwaan ini adalah langkah awal," kata Jaksa Sementara AS untuk Distrik Colorado, J Bishop Grewell, dalam konferensi pers pada hari Senin.

Soliman pindah ke Colorado Springs tiga tahun lalu setelah sebelumnya tinggal di Kuwait selama 17 tahun. Pada 2022, Soliman datang ke California dengan visa non-imigran yang kedaluwarsa pada Februari 2023, menurut beberapa sumber kepada CBS News.

Pejabat keamanan dalam negeri mengatakan Soliman mengajukan suaka sebulan setelah kedatangannya, namun tidak memberikan rincian tentang hasil kasus imigrasinya atau apakah kasus tersebut telah diselesaikan.

Wakil Kepala Staf Kebijakan Presiden Donald Trump, Stephen Miller, mengatakan di platform X bahwa Soliman diberikan izin kerja oleh pemerintahan Biden setelah melewati masa berlaku visanya.

"Mengingat serangan mengerikan kemarin, semua teroris, anggota keluarganya, dan simpatisan teroris yang berada di sini dengan visa harus tahu bahwa di bawah pemerintahan Trump, kami akan menemukan Anda, mencabut visa Anda, dan mendeportasi Anda," kata Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio di X. (BBC/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya