Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
SETELAH diluncurkan secara besar-besaran oleh pejabat Amerika Serikat (AS), inisiatif bantuan yang didukung AS dan Israel untuk mengalirkan kembali pasokan makanan ke Gaza justru memicu kekhawatiran dan kekacauan.
Program yang dijalankan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF) itu dikritik karena dinilai tidak siap secara logistik dan kurang transparan dalam struktur kepemimpinan serta sumber pendanaannya.
GHF sebelumnya menyatakan akan menjamin distribusi makanan secara aman ke Jalur Gaza dan membantu mengatasi blokade Israel yang, menurut pejabat PBB, telah memicu krisis kelaparan parah.
Namun, laporan awal serta video yang beredar dari hari pertama operasional menunjukkan situasi kacau di lapangan, dengan kerumunan warga menyerbu titik distribusi.
Militer Israel dilaporkan melepaskan tembakan peringatan untuk membubarkan massa dan pejabat kesehatan Gaza menyatakan bahwa sedikitnya satu warga sipil tewas serta 48 orang mengalami luka-luka.
GHF membantah laporan tersebut dalam sebuah pernyataan, menyatakan bahwa tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut dan mengeklaim telah membagikan 14.550 paket makanan, setara dengan sekitar 840.262 porsi makanan.
Kendati demikian, GHF diketahui belum memiliki rekam jejak dalam penyaluran bantuan makanan di wilayah terdampak kelaparan.
Kepemimpinan organisasi ini pun masih belum jelas, bahkan beberapa tokoh yang sebelumnya dikaitkan dengan GHF telah menyatakan mundur atau menyangkal keterlibatan mereka.
Salah satunya adalah Jake Wood, mantan anggota Marinir AS dan eks pemimpin kelompok tersebut, yang menyatakan pengunduran dirinya pada Minggu lalu.
"Tidak mungkin melaksanakan rencana ini tanpa mengabaikan prinsip-prinsip kemanusiaan seperti netralitas, imparsialitas, dan independensi, yang tidak akan saya kompromikan," ungkap Wood seperti dilansir The Guardian, Kamis (29/5).
GHF kemudian menunjuk John Acree, mantan pejabat tinggi USAID, sebagai direktur eksekutif sementara.
Spekulasi mengenai sumber dana dan siapa penggagas sesungguhnya semakin mencuat setelah juru bicara GHF mengonfirmasi bahwa entitas terkait yang berbasis di Jenewa dan Delaware akan dibubarkan.
Laporan The New York Times menyebut bahwa gagasan pembentukan GHF muncul dari pejabat Israel pada masa-masa awal konflik, dengan tujuan melemahkan Hamas.
Departemen Luar Negeri (Deplu) AS secara tegas menjauhkan diri dari inisiatif ini.
"Ini bukan upaya dari Departemen Luar Negeri. Kami tidak memiliki rencana terkait hal itu," ujar juru bicara Tammy Bruce dalam sebuah konferensi pers.
"Saya tidak akan berspekulasi atau mengarahkan mereka tentang apa yang seharusnya dilakukan," tegasnya saat ditanya tentang rencana bantuan ke Gaza Utara.
Bruce menambahkan bahwa pertanyaan lebih lanjut seharusnya ditujukan langsung ke pihak GHF.
"Mereka punya email. Silakan hubungi mereka," sebutnya.
Namun, saat dihubungi oleh The Guardian, GHF tidak dapat menyediakan juru bicara untuk wawancara dan tidak segera merespons pertanyaan terkait struktur organisasi, lokasi pendaftaran resmi, atau hubungan mereka dengan kontraktor keamanan AS.
Dalam pernyataannya, GHF membantah bahwa ada korban dalam proses distribusi.
Mereka mengaku sengaja melonggarkan protokol keamanan untuk menghindari kepanikan saat massa menerima bantuan.
GHF juga menuding kelaparan ekstrem dan tekanan akibat blokade sebagai penyebab kondisi tidak aman di lokasi distribusi, namun tidak menyinggung peran Israel dalam penghambatan bantuan kemanusiaan.
"Sayangnya, banyak pihak yang ingin melihat GHF gagal," sebut kelompok itu.
Sementara itu, badan-badan PBB dan organisasi kemanusiaan internasional lainnya menolak bekerja sama dengan GHF.
Mereka khawatir partisipasi dalam proyek ini dapat membahayakan tim dan masyarakat sipil, serta merusak kepercayaan terhadap misi kemanusiaan di zona konflik.
“Kemarin, kami menyaksikan puluhan ribu warga yang putus asa menyerbu titik distribusi militer yang berdiri di atas reruntuhan rumah mereka,” kata Jonathan Whittall dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Wilayah Palestina yang Diduduki.
Kritik juga datang dari Uni Eropa. Kepala diplomat blok tersebut, Kaja Kallas, menegaskan bahwa Uni Eropa menolak komersialisasi dan politisasi bantuan kemanusiaan.
“Bantuan kemanusiaan tidak boleh dijadikan senjata,” tegasnya. (Fer/I-1)
Sedikitnya 24 orang tewas di Gaza selatan saat antre bantuan, di tengah tuduhan pasukan Israel menembaki warga sipil. IDF membantah.
Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengatakan militer Israel menembaki para pencari bantuan yang kelaparan di Gaza, mengakibatkan setidaknya 509 orang tewas di lokasi distribusi bantuan.
ISU Presiden AS Donald Trump diusulkan PM Israel Benjamin Netanyahu layak menerima Nobel Perdamaian Dunia memicu perdebatan.
DEPARTEMEN Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mulai memberhentikan lebih dari 1.300 pegawainya sebagai bagian dari restrukturisasi besar-besaran yang sudah lama dirancang.
DEPARTEMEN Luar Negeri Amerika Serikat (AS) secara resmi memulai proses pemutusan hubungan kerja terhadap lebih dari 1.300 pegawainya pada Jumat (11/7).
Kadin Indonesia bahas skema re-export dari Indonesia melalui Timor Leste untuk mengakses pasar global lebih kompetitif.
Situasi di panggung politik global tidak bisa dianggap main-main. Tanpa militansi dukungan rakyat semesta, kekuatan Indonesia terlalu kecil saat ini.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa akan mengenakan tarif impor AS sebesar 35% terhadap Kanada, kebijakan yang mulai berlaku pada 1 Agustus 2025.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved