Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.
Hubungan pertahanan antara Indonesia dan Tiongkok masih menjadi perdebatan. Meskipun kedua negara telah menjalin kerja sama di berbagai bidang, aspek pertahanan tetap menjadi titik lemah dalam hubungan bilateral ini.
Beberapa pakar menilai bahwa kerja sama ini bisa menjadi peluang strategis bagi Indonesia, sementara yang lain melihatnya sebagai potensi ancaman yang harus diantisipasi.
Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Dave A. F. Laksono, mengungkapkan bahwa kerja sama pertahanan masih menjadi aspek paling lemah dalam hubungan bilateral Indonesia-Tiongkok. Menurutnya, meskipun Indonesia menyambut baik kerja sama dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, situasinya berbeda ketika menyangkut isu pertahanan.
Politisi Partai Golkar tersebut menjelaskan beberapa hambatan utama dalam kerja sama pertahanan antara kedua negara.
"Salah satu kendala utama adalah sikap konfrontatif Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan (LTS), serta respons tegas Indonesia terhadap kapal-kapal ikan ilegal dan sub-marine drone Tiongkok. Ketegangan di wilayah tersebut menjadi alasan bagi Indonesia untuk menghentikan latihan militer Sharp Knife dengan Tiongkok pada 2015," ugkap Dave di seminar publik yang diadakan Prodi Keamanan Maritim Universitas Pertahanan Republik Indonesia, Kamis (27/2).
Selain itu, Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam) Indonesia lebih banyak berasal dari negara-negara Barat yang berafiliasi dengan NATO, sementara Tiongkok dan Rusia bersikap anti terhadap aliansi tersebut. Faktor sejarah juga turut membentuk persepsi yang kurang positif terhadap Tiongkok di Indonesia.
Dave juga mengungkapkan beberapa potensi risiko dalam menjalin kerja sama pertahanan dengan Tiongkok. Salah satunya adalah meningkatnya ketegangan dengan negara Barat, yang melihat Tiongkok sebagai ancaman strategis.
Risiko lainnya adalah potensi kontrol dan pengaruh Tiongkok terhadap kebijakan strategis Indonesia, meskipun hingga saat ini hal tersebut belum terjadi.
“Asimetri keuntungan juga menjadi perhatian. Ada anggapan bahwa Tiongkok bisa mendapatkan lebih banyak keuntungan strategis dibandingkan Indonesia, baik dari segi ekonomi maupun militer,” jelasnya. Salah satu contoh yang dikhawatirkan adalah potensi ancaman terhadap Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), terutama di sekitar Sulawesi, yang dapat mempengaruhi posisi strategis Indonesia.
Ketergantungan teknologi terhadap Tiongkok juga menjadi perhatian serius. Namun, Dave menegaskan bahwa ketergantungan ini tidak hanya terbatas pada Tiongkok, tetapi juga terhadap negara lain yang menjadi pemasok teknologi bagi Indonesia.
Direktur Eksekutif Indo-Pacific Strategic Intelligence (ISI), Curie Maharani, juga menyampaikan pandangan mereka. Kedua pakar sepakat bahwa kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Tiongkok memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri.
Curie menyoroti bahwa Tiongkok berpotensi menjadi sumber impor senjata bagi Indonesia tanpa adanya ikatan politik yang ketat.
"Ada peluang bagi Indonesia untuk mendapatkan transfer teknologi dari Tiongkok, meskipun hingga saat ini hal tersebut belum terjadi," kata dia.
Sementara itu, Ia menggarisbawahi beberapa risiko kerja sama pertahanan dengan Tiongkok, termasuk ketergantungan ekonomi dan teknologi, serta ancaman terhadap kedaulatan Indonesia di wilayah yang diklaim oleh Tiongkok, khususnya di Laut Natuna Utara. Selain itu, ia menyoroti potensi kerja sama ini dalam memicu perlombaan senjata di kawasan Asia-Pasifik.
Ketua Forum Sinologi Indonesia (FSI) yang juga Dosen Pascasarjana Universitas Pelita Harapan, Johanes Herlijanto, menyampaikan bahwa Indonesia perlu mempelajari maksud Tiongkok dalam menjalin hubungan pertahanan dengan Indonesia.
“Sangat mungkin Beijing berupaya menggunakan peningkatan kerja sama untuk membuat pihak militer Indonesia lebih lunak ketika Tiongkok melakukan aksi sepihak, yaitu berusaha untuk menegakkan klaim kewilayahan mereka di kawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di perairan dekat Kepulauan Natuna,” tutur Johanes.
Menurutnya, Beijing juga sangat mungkin berupaya dan berharap agar terjadi ketergantungan Indonesia terhadap alutsista dari Tiongkok. Selain itu, patut pula untuk dipertimbangkan kemungkinan pihak-pihak lain, termasuk negara-negara Barat, memiliki kekhawatiran bahwa Tiongkok berupaya memperoleh informasi lebih banyak tentang militer mereka melalui kerja sama Tiongkok dengan Indonesia, mengingat Indonesia sudah lebih dahulu membangun kerja sama dengan pihak-pihak lain tersebut.
Kekhawatiran ini berpotensi memicu keengganan pihak-pihak di luar Tiongkok untuk meningkatkan kerja sama militer mereka dengan Indonesia. Namun demikian, Indonesia justru bisa menggunakan kerja sama pertahanan Indonesia-Tiongkok untuk kepentingan Indonesia. Misalnya, forum kerja sama pertahanan ini digunakan untuk menyampaikan protes atau keberatan terhadap tindakan Tiongkok yang sering bermanuver di Laut Natuna Utara.
Bisa juga Indonesia mensyaratkan agar Tiongkok berhenti menimbulkan gangguan di Laut Natuna Utara bila Tiongkok berminat melanjutkan atau meningkatkan kerja sama pertahanan dengan Indonesia.
Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, Ia mengusulkan beberapa langkah strategis. Pertama, memperkuat diplomasi multilateral dengan melibatkan berbagai negara, terutama dalam forum internasional seperti ASEAN. Kedua, menjaga transparansi dalam kerja sama pertahanan dengan Tiongkok untuk mengurangi kekhawatiran pihak ketiga. Ketiga, meningkatkan kemandirian ekonomi agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada satu negara dalam sektor pertahanan.
"Meskipun kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Tiongkok masih menghadapi banyak tantangan, langkah-langkah strategis yang tepat dapat membantu Indonesia menjaga keseimbangan dalam hubungan bilateralnya dengan berbagai negara serta memperkuat posisi pertahanan nasionalnya," kata dia. (Z-10)
PRESIDEN Prabowo Subianto menerima kunjungan Komandan Komando Operasi Khusus Amerika Serikat, Jenderal Bryan Fenton di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, (4/8).
Studi terbaru mengungkap kucing lebih sering tidur miring ke kiri sebagai strategi bertahan hidup.
Lebih dari sekadar karya tulis, buku karya Connie Rahakundini Bakrie ini adalah seruan dan ajakan untuk membangkitkan kesadaran kolektif bangsa akan makna sejati berbangsa dan bernegara.
Indo-Pacific Strategic Intelligence (ISI) Muhammad Hadianto menegaskan pentingnya penguasaan dan inovasi teknologi untuk memperkuat postur pertahanan nasional yang tangguh.
PT Hariff Dipa Persada, perusahaan teknologi pertahanan swasta nasional menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Naval Group,
Presiden RI Prabowo Subianto secara resmi membuka Indo Defence 2025 Expo & Forum di Jakarta.
dengan kesepakatan dagang Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), tidak ada lagi hambatan ekspor sawit Indonesia ke pasar Eropa
Dia juga memberikan apresiasi kepada sang pelatih, Indra Wijaya atas kontribusi besar dalam pencapaiannya kali ini.
PEBULU tangkis tunggal putra Indonesia, Alwi Farhan sukses merebut gelar juara di ajang Macau Terbuka 2025 setelah mengalahkan wakil Malaysia, Justin Hoh.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani perintah eksekutif pada Kamis (31/7) yang mengubah tarif timbal balik terhadap puluhan negara.
GEMPA bumi berkekuatan magnitudo (M) 8,8 mengguncang Semenanjung Kamchatka, Rusia, dengan kedalaman 19 kilometer.
PRANCIS, Inggris dan sejumlah negara lain mulai menunjukkan komitmen yang lebih nyata dalam mendukung pengakuan terhadap Palestina sebagai negara berdaulat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved