Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Hubungan pertahanan antara Indonesia dan Tiongkok masih menjadi perdebatan. Meskipun kedua negara telah menjalin kerja sama di berbagai bidang, aspek pertahanan tetap menjadi titik lemah dalam hubungan bilateral ini.
Beberapa pakar menilai bahwa kerja sama ini bisa menjadi peluang strategis bagi Indonesia, sementara yang lain melihatnya sebagai potensi ancaman yang harus diantisipasi.
Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Dave A. F. Laksono, mengungkapkan bahwa kerja sama pertahanan masih menjadi aspek paling lemah dalam hubungan bilateral Indonesia-Tiongkok. Menurutnya, meskipun Indonesia menyambut baik kerja sama dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, situasinya berbeda ketika menyangkut isu pertahanan.
Politisi Partai Golkar tersebut menjelaskan beberapa hambatan utama dalam kerja sama pertahanan antara kedua negara.
"Salah satu kendala utama adalah sikap konfrontatif Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan (LTS), serta respons tegas Indonesia terhadap kapal-kapal ikan ilegal dan sub-marine drone Tiongkok. Ketegangan di wilayah tersebut menjadi alasan bagi Indonesia untuk menghentikan latihan militer Sharp Knife dengan Tiongkok pada 2015," ugkap Dave di seminar publik yang diadakan Prodi Keamanan Maritim Universitas Pertahanan Republik Indonesia, Kamis (27/2).
Selain itu, Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam) Indonesia lebih banyak berasal dari negara-negara Barat yang berafiliasi dengan NATO, sementara Tiongkok dan Rusia bersikap anti terhadap aliansi tersebut. Faktor sejarah juga turut membentuk persepsi yang kurang positif terhadap Tiongkok di Indonesia.
Dave juga mengungkapkan beberapa potensi risiko dalam menjalin kerja sama pertahanan dengan Tiongkok. Salah satunya adalah meningkatnya ketegangan dengan negara Barat, yang melihat Tiongkok sebagai ancaman strategis.
Risiko lainnya adalah potensi kontrol dan pengaruh Tiongkok terhadap kebijakan strategis Indonesia, meskipun hingga saat ini hal tersebut belum terjadi.
“Asimetri keuntungan juga menjadi perhatian. Ada anggapan bahwa Tiongkok bisa mendapatkan lebih banyak keuntungan strategis dibandingkan Indonesia, baik dari segi ekonomi maupun militer,” jelasnya. Salah satu contoh yang dikhawatirkan adalah potensi ancaman terhadap Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), terutama di sekitar Sulawesi, yang dapat mempengaruhi posisi strategis Indonesia.
Ketergantungan teknologi terhadap Tiongkok juga menjadi perhatian serius. Namun, Dave menegaskan bahwa ketergantungan ini tidak hanya terbatas pada Tiongkok, tetapi juga terhadap negara lain yang menjadi pemasok teknologi bagi Indonesia.
Direktur Eksekutif Indo-Pacific Strategic Intelligence (ISI), Curie Maharani, juga menyampaikan pandangan mereka. Kedua pakar sepakat bahwa kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Tiongkok memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri.
Curie menyoroti bahwa Tiongkok berpotensi menjadi sumber impor senjata bagi Indonesia tanpa adanya ikatan politik yang ketat.
"Ada peluang bagi Indonesia untuk mendapatkan transfer teknologi dari Tiongkok, meskipun hingga saat ini hal tersebut belum terjadi," kata dia.
Sementara itu, Ia menggarisbawahi beberapa risiko kerja sama pertahanan dengan Tiongkok, termasuk ketergantungan ekonomi dan teknologi, serta ancaman terhadap kedaulatan Indonesia di wilayah yang diklaim oleh Tiongkok, khususnya di Laut Natuna Utara. Selain itu, ia menyoroti potensi kerja sama ini dalam memicu perlombaan senjata di kawasan Asia-Pasifik.
Ketua Forum Sinologi Indonesia (FSI) yang juga Dosen Pascasarjana Universitas Pelita Harapan, Johanes Herlijanto, menyampaikan bahwa Indonesia perlu mempelajari maksud Tiongkok dalam menjalin hubungan pertahanan dengan Indonesia.
“Sangat mungkin Beijing berupaya menggunakan peningkatan kerja sama untuk membuat pihak militer Indonesia lebih lunak ketika Tiongkok melakukan aksi sepihak, yaitu berusaha untuk menegakkan klaim kewilayahan mereka di kawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di perairan dekat Kepulauan Natuna,” tutur Johanes.
Menurutnya, Beijing juga sangat mungkin berupaya dan berharap agar terjadi ketergantungan Indonesia terhadap alutsista dari Tiongkok. Selain itu, patut pula untuk dipertimbangkan kemungkinan pihak-pihak lain, termasuk negara-negara Barat, memiliki kekhawatiran bahwa Tiongkok berupaya memperoleh informasi lebih banyak tentang militer mereka melalui kerja sama Tiongkok dengan Indonesia, mengingat Indonesia sudah lebih dahulu membangun kerja sama dengan pihak-pihak lain tersebut.
Kekhawatiran ini berpotensi memicu keengganan pihak-pihak di luar Tiongkok untuk meningkatkan kerja sama militer mereka dengan Indonesia. Namun demikian, Indonesia justru bisa menggunakan kerja sama pertahanan Indonesia-Tiongkok untuk kepentingan Indonesia. Misalnya, forum kerja sama pertahanan ini digunakan untuk menyampaikan protes atau keberatan terhadap tindakan Tiongkok yang sering bermanuver di Laut Natuna Utara.
Bisa juga Indonesia mensyaratkan agar Tiongkok berhenti menimbulkan gangguan di Laut Natuna Utara bila Tiongkok berminat melanjutkan atau meningkatkan kerja sama pertahanan dengan Indonesia.
Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, Ia mengusulkan beberapa langkah strategis. Pertama, memperkuat diplomasi multilateral dengan melibatkan berbagai negara, terutama dalam forum internasional seperti ASEAN. Kedua, menjaga transparansi dalam kerja sama pertahanan dengan Tiongkok untuk mengurangi kekhawatiran pihak ketiga. Ketiga, meningkatkan kemandirian ekonomi agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada satu negara dalam sektor pertahanan.
"Meskipun kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Tiongkok masih menghadapi banyak tantangan, langkah-langkah strategis yang tepat dapat membantu Indonesia menjaga keseimbangan dalam hubungan bilateralnya dengan berbagai negara serta memperkuat posisi pertahanan nasionalnya," kata dia. (Z-10)
INDONESIA memasuki usia 80 tahun kemerdekaan.
Publik menanti siapa yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan TNI Angkatan Laut di tengah dinamika keamanan maritim dan kebutuhan modernisasi armada nasional.
Sektor pertahanan memperkuat peran aktif Indonesia di forum internasional untuk mendorong penyelesaian konflik global, termasuk di Israel-Palestina dan Rusia-Ukraina.
PRESIDEN Prabowo Subianto menerima kunjungan Komandan Komando Operasi Khusus Amerika Serikat, Jenderal Bryan Fenton di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, (4/8).
Studi terbaru mengungkap kucing lebih sering tidur miring ke kiri sebagai strategi bertahan hidup.
KETUA Komisi VIII DPR RI, Marwan Dasopang, menegaskan bahwa Arab Saudi mengultimatum Indonesia untuk segera menentukan wilayah di Arafah untuk haji, jika tidak akan diberikan pada negara lain
Israel memberikan izin khusus kepada Indonesia untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui jalur udara (airdrop) ke Gaza.
Israel disebut tengah berunding dengan lima negara, termasuk Indonesia, untuk menerima warga Gaza
Prabowo menegaskan perlunya pengawasan dan transparansi dalam kekuasaan.
PBSI membidik satu gelar juara pada Kejuaraan Dunia 2025 yang akan berlangsung 25–31 Agustus di Adidas Arena atau Arena Porte de La Chapelle, Paris, Prancis.
PERAHU naga berhasil meraih tiga medali emas untuk Indonesia dalam ajang The World Games Chengdu 2025. Adapun yang terbaik yakni nomor 10-seater 500 meter, Minggu (10/8) waktu setempat
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved