Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Mahmoud Abbas Tunjuk Mohammed Mustafa Jadi PM Palestina

Cahya Mulyana
15/3/2024 15:50
Mahmoud Abbas Tunjuk Mohammed Mustafa Jadi PM Palestina
PRESIDEN Palestina Mahmoud Abbas telah menunjuk Mohammed Mustafa sebagai perdana menteri (PM).(Dok. AFP)

PRESIDEN Palestina Mahmoud Abbas telah menunjuk Mohammed Mustafa sebagai perdana menteri (PM). Langkah ini dilakukan Otoritas Palestina (AS) yang menghadapi tekanan reformasi dari Amerika Serikat (AS) di tengah perang Israel di Gaza.

Penunjukkan Mustafa dianggap sejalan dengan visi AS untuk mereformasi Otoritas Palestina (PA) sebagai bagian dari visi Washington pascaperang untuk Gaza. Mustafa, seorang ekonom lulusan AS dan independen secara politik, kini menghadapi tugas membentuk pemerintahan baru untuk PA.

Selama ini, PA dikenal memiliki kekuasaan terbatas di beberapa bagian Tepi Barat yang diduduki Israel. Dalam sebuah pernyataan yang mengumumkan penunjukan tersebut pada Kamis (14/3), Abbas meminta Mustafa untuk menyusun rencana untuk menyatukan kembali pemerintahan di Tepi Barat dan Gaza yang diduduki.

Baca juga : Palestina Tolak Pindahkan Titik Perbatasan Rafah Seperti Maunya Israel

Termasuk juga untuk memimpin reformasi di pemerintahan, layanan keamanan dan ekonomi serta memerangi korupsi. Mustafa menggantikan Mohammed Shtayyeh yang mengundurkan diri pada Februari.

Shtayyeh saat itu beralasan mundur karena perlunya perubahan di tengah perang Israel di Gaza dan meningkatnya kekerasan di Tepi Barat yang diduduki. Otoritas Palestina yang diakui secara internasional, yang didominasi oleh partai Fatah, menjalankan pemerintahan sendiri secara terbatas di Tepi Barat yang diduduki.

Namun, mereka kehilangan kendali atas Gaza ke tangan Hamas pada 2007. Otoritas Palestina juga bertujuan untuk menyatukan kembali pemerintahan di tanah Palestina setelah menghadapi hambatan besar, termasuk tentangan keras dari PM Israel Benjamin Netanyahu, dan perang dahsyat yang masih terus berlangsung tanpa terlihat akhir.

Baca juga : Abbas Tolak Penguasaan Gaza oleh Israel

Fatah dan Hamas diperkirakan akan bertemu di Moskow minggu ini untuk melakukan pembicaraan. Mustafa pernah menjabat posisi senior di Bank Dunia. Sebelumnya tokoh berusia 69 tahun itu menjabat sebagai wakil PM dan menteri perekonomian.

Pada 2015, Abbas menunjuk Mustafa sebagai ketua Dana Investasi Palestina (PIF), yang memiliki aset dan mendanai proyek senilai hampir US$1 miliar di seluruh wilayah pendudukan Palestina.

Dia menjabat sebagai wakil PM yang bertanggung jawab atas urusan ekonomi dari 2013 hingga 2014. Dia juga memimpin sebuah komite yang bertugas membangun kembali Gaza setelah perang tujuh minggu yang menewaskan lebih dari 2.100 warga Palestina.

Baca juga : Blinken Desak Israel untuk Selamatkan Warga Sipil Gaza

Dampak Invasi Israel di Gaza

Berbicara di Davos pada Januari, Mustafa mengatakan bencana dan dampak kemanusiaan dari perang Israel yang berkelanjutan di Gaza jauh lebih besar dibandingkan satu dekade lalu.

Setidaknya 31.341 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober, sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya telah mengungsi dan sangat membutuhkan bantuan, dan sebagian besar daerah kantong tersebut kini menjadi puing-puing.

Baca juga : Menanti Hasil Pertemuan Puncak Yordania, Mesir dan Palestina soal Gaza

Para pejabat pemerintahan Biden telah mendesak Abbas untuk membawa tokoh-tokoh baru. Itu termasuk para teknokrat dan pakar ekonomi, ke dalam pemerintahan Palestina yang telah diubah untuk membantu memerintah Gaza pascaperang.

Namun tidak jelas apakah penunjukan kabinet baru yang dipimpin oleh sekutu dekat Abbas akan cukup untuk memenuhi tuntutan reformasi AS. Karena presiden berusia 88 tahun itu akan tetap memegang kendali penuh.

Israel, sementara itu mengatakan, pihaknya tidak akan pernah bekerja sama dengan pemerintah Palestina yang menolak menolak Hamas dan serangannya pada 7 Oktober terhadap Israel selatan.

Baca juga : Israel Akan Kembali Kirim Utusannya ke Madrid Setelah Polemik dengan Spanyol

Mustafa, dalam sambutannya di Davos, menggambarkan serangan 7 Oktober sebagai sesuatu yang disayangkan bagi semua orang.

“Tapi ini juga merupakan gejala dari masalah yang lebih besar yang telah diderita rakyat Palestina selama 75 tahun tanpa henti. Sampai saat ini, kami masih percaya bahwa kenegaraan bagi Palestina adalah jalan ke depan, sehingga kami berharap kali ini kita bisa mewujudkannya, sehingga seluruh masyarakat di kawasan bisa hidup aman dan damai,” pungkas Mustafa.

(Al Jazeera/Z-9)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya