Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
OTORITAS Venezuela mengklaim 95% pemilih dalam referendum tidak mengikat menyetujui klaim Essequibo yang dimiliki Guyana. Sementara rakyat Guyana meminta pemerintahannya mempertahankan kedaulatan atas wilayah kaya minyak bumi itu.
"Hasil referendum ini adalah kemenangan yang nyata dan luar biasa bagi mereka yang menjawab iya dalam referendum konsultatif ini ," kata Presiden Dewan Pemilihan Nasional Venezuela Elvis Amoroso.
Sekitar 10,5 juta dari 20,7 juta pemilih yang memenuhi syarat di Venezuela mengambil bagian dalam konsultasi tersebut. Guyana dan sejumlah negara mengkhawatirkan referendum ini akan dijadikan dasar perang memperebutkan wilayah Essequibo.
Baca juga : Referendum Venezuela di Wilayah Kaya Minyak yang Disengketakan dengan Guyana
Petugas pemilu tetap membuka tempat pemungutan suara selama dua jam, hingga pukul 20.00 malam pada Minggu (3/12). Venezuela telah mengklaim daerah itu selama satu abad. Wilayah Essequibo diperintah oleh Guyana.
“Hari ini adalah hari ratifikasi kedaulatan nasional, dan rakyat telah melakukannya dengan cemerlang,” kata Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino dalam pidato malamnya di televisi pemerintah.
Baca juga : Kisah Anak-anak Penambang Emas di Venezuela
Sementara ribuan rakyat Guyana, beberapa di antara mereka mengenakan kaus bertuliskan 'Essequibo milik Guyana' membentuk rantai manusia sebagai bentuk solidaritas terhadap pemerintah. Pemerintah Guyana memberikan jaminan bahwa perbatasan negaranya aman.
Presiden Venezuela Nicholas Maduro mengatakan pihaknya tidak mencari pembenaran untuk menyerang atau mencaplok wilayah yang luas tersebut. Itu seperti yang dikhawatirkan sebagian orang di Guyana, bekas jajahan Inggris.
Masyarakat Essequibo tidak memiliki hak pilih, dan referendum ini tidak mengikat. Namun ketegangan meningkat sejak Guyana menerima tawaran pada bulan September untuk beberapa blok eksplorasi minyak lepas pantai, dan setelah penemuan besar baru diumumkan pada Oktober.
Cadangan minyak bumi di wilayah tersebut sama dengan Kuwait, dengan cadangan per kapita tertinggi di dunia. Sementara itu, pemerintahan Maduro yang sedang menghadapi krisis ekonomi parah merilis sebuah video yang menunjukkan bahwa sebagian warga Guyana lebih memilih berada di bawah pemerintahan Venezuela.
Video tersebut konon menunjukkan sekelompok orang dewasa Pemon Pribumi di Guyana menurunkan bendera negaranya dan mengibarkan bendera Venezuela. Presiden Guyana Irfaan Ali mengatakan pemerintahnya berupaya melindungi perbatasan negara dan menjaga keamanan masyarakat.
“Saya ingin meyakinkan masyarakat Guyana bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan,” kata Ali dalam pidatonya di Facebook.
Venezuela telah mengklaim wilayah Essequibo yang sangat luas selama beberapa dekade, meskipun wilayah seluas 160 ribu kilometer persegi mewakili lebih dari dua pertiga wilayah Guyana, dan populasinya yang berjumlah 125.000 jiwa setara dengan seperlima total wilayah Guyana.
Caracas berpendapat bahwa Sungai Essequibo di sebelah timur wilayah tersebut adalah perbatasan alami antara kedua negara. Itu sebagaimana dideklarasikan pada tahun 1777 di bawah kekuasaan Spanyol, dan Inggris secara keliru mengambil alih tanah Venezuela pada abad ke-19.
Guyana menegaskan perbatasan tersebut ditetapkan pada era kolonial Inggris dan dikonfirmasi pada 1899 oleh pengadilan arbitrase. Dikatakan Mahkamah Internasional (ICJ), badan peradilan tertinggi PBB, telah memvalidasi temuan ini.
Guyana telah meminta ICJ untuk memblokir referendum tersebut. Referendum tersebut mencakup lima pertanyaan, termasuk usulan pembentukan provinsi Venezuela yang disebut Guyana Essequibo, yang memberikan kewarganegaraan Venezuela kepada penduduknya.
Referendum tersebut membuahkan hasil yang diinginkan Maduro, kata Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dari Dubai, tempat ia menghadiri konferensi lingkungan hidup COP28. "Namun, saya berharap akal sehat akan menang," katanya.
Di Guyana, beberapa penduduk setempat meremehkan pemungutan suara tersebut. "Referendum mungkin penting bagi mereka, bagi Venezuela bukan bagi kami,” kata Dilip Singh, seorang pengusaha yang tinggal di wilayah Essequibo.
“Saya besar di Essequibo. Spanyol tidak pernah mendudukinya tidak pernah dalam sejarah kita. Sekarang wilayah ini sudah merdeka, dan akan selalu demikian,” pungkasnya. (AFP/Z-4)
Presiden Guyana, Irfaan Ali, bertemu pejabat pertahanan senior AS, Daniel Erikson, membahas keamanan regional akibat ketegangan perbatasan dengan Venezuela.
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, memerintahkan lebih dari 5.600 personel latihan militer "defensif" dekat perbatasan dengan Guyana sebagai respons pengiriman HMS Trent oleh Inggris.
Venezuela mengutuk latihan militer gabungan AS-Guyana sebagai provokasi ditengah ketegangan kedua negara memperebutkan wilayah Essequibo.
Venezuela melakukan pemungutan suara untuk memperkuat klaim wilayag Essequibo yang kaya minyak yang saat ini dikuasai Guyana.
AMERIKA Serikat dianggap menguasai ladang minyak di Suriah. Benarkah? Hal ini diungkapkan laporan Washington Institute yang terbit pada 31 Mei 2021. Berikut pemaparannya.
Lapangan minyak Duri di Riau telah menghasilkan lebih dari 2,75 miliar barel minyak mentah. Itu menjadikannya salah satu ladang minyak terbesar dan terproduktif di Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved