Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

RS Indonesia di Gaza Lumpuh Usai Pasokan Bahan Bakar dan Obat-obatan Ludes

Cahya Mulyana
11/11/2023 14:05
RS Indonesia di Gaza Lumpuh Usai Pasokan Bahan Bakar dan Obat-obatan Ludes
Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza.(Mer-C)

RUMAH Sakit (RS) Indonesia di Jalur Gaza, Palestina, lumpuh setelah pasokan bahan bakar dan persediaan obat-obatan habis. Kendati begitu para tenaga medis tidak akan meninggalkan rumah sakit meskipun telah berkali-kali nyaris terkena serangan roket oleh militer Israel.

Kepala Presidium MER-C, Sarbini Abdul Murad mengatakan pasokan bahan bakar yaitu solar sudah habis. Begitu juga dengan persedian obat-obatan, makanan, minuman menipis. Para staf medis, kata Sarbini, terpaksa melakukan penghematan yang luar biasa. Situasi seperti ini membuat rumah sakit lumpuh.

"Ya lumpuh, pasokan bahan bakar untuk listrik tidak ada, obat ludes. Tapi mereka tetap mencoba melakukan yang terbaik. Kalau tidak ada lampu, pakai senter atau dilakukan di siang hari," katanya, Sabtu, (11/11).

Baca juga: PBB: Israel Berhasil Ciptakan Neraka di Bumi

Selain itu, ia mengatakan serangan kembali dilancarkan militer Israel ke area sekitar RS Indonesia pada Kamis (9/11) malam. Serangan udara jet tempur itu membuat beberapa plafon bangunan ambruk. Jendela dan lemari yang terbuat dari kaca juga pecah.

"Bangunan rumah sakit masih utuh, hanya bagian dalam yang rusak karena getaran roket militer Israel sangat kencang," ujarnya.

Sasaran dari serangan tersebut, lanjut Sarbini, adalah kamp-kamp pengungsian yang jaraknya tak lebih dari 100 meter dari rumah sakit. Ia menduga serangan berkali-kali ini dimaksudkan untuk meneror warga yang berlindung di rumah sakit agar pindah. Dengan begitu militer Israel bisa mengeksekusi RS Indonesia yang diklaim sebagai tempat berlindung kelompok Hamas.

"Tapi karena masyarakat berlindung di sana, nggak bisa diserang sebab akan banyak sekali jatuh korban. Jadi mereka (militer Israel) melakukan serangan dan teror ke area yang paling dekat dengan rumah sakit," Jelasnya.

Baca juga: Macron Mulai Berani Kutuk Israel

Saat ini RS Indonesia tak hanya diisi oleh pasien yang membutuhkan perawatan, tetapi warga sekitar yang mencari perlindungan. Mereka memadati tiga lantai rumah sakit beserta halaman depan.

Para dokter dan perawat, menurut Sarbini, tak mungkin mengusir mereka lantaran rumahnya sudah tidak aman. Sementara untuk merawat korban luka, dokter di sana hanya bisa berbuat seadanya.

"Contoh kalau ada yang luka dibersihkan dengan air seadanya, bukan cairan khusus, lalu ditutup perban. Jadi bukan standar normal dijahit. Tidak memenuhi standar dan dilakukan dengan keterbatasan. Banyak pasien infeksi karena (perawatan) tak sesuai standar," paparnya.

Situasi RS Indonesia di Gaza

Sebagai gambaran, RS Indonesia yang terletak di Bait Lahiya, Kegubernuran Gaza Utara, Jalur Gaza, Palestina adalah salah satu yang terbesar. Sarbini menyebut rumah sakit ini setara dengan RS Fatmawati di Jakarta.

Bangunannya memang dirancang tebal sehingga kuat terhadap guncangan. Bangunan RS Indonesia terdiri dari lima lantai dan mampu menampung 130 pasien. Jumlah tenaga medis yakni dokter dan perawatnya sekitar 800 orang.

Baca juga: Bantuan Kemanusiaan Baznas Dilaporkan telah Masuk ke Gaza

RS Indonesia ini dibangun pertama kali pada Mei 2011 dari sumbangan masyarakat Indonesia yang digalang oleh MER-C. Dana yang terkumpul mencapai Rp126 miliar.

Pada 2015 rumah sakit ini diresmikan oleh mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla, dan menjadi tumpuan bagi warga Palestina selain RS Al-Shifa.

"RS Indonesia sangat penting keberadaannya, dalam kondisi normal dan tidak pun. Dulu masyarakat kalau berobat harus ke Al-Shifa yang lokasinya jauh. Sekarang cukup ke RS Indonesia dengan fasilitas terbaik. Perlengkapannya bukan kaleng-kaleng," jelasnya.

Karenanya, dia mengatakan kalau sampai RS ini kolaps akibatnya sangat fatal. Sebab rumah sakit ini satu-satunya tumpuan setelah RS milik negara lain hancur lebur kena serangan.

Sebelumnya, RS Indonesia pernah mengalami beberapa kali penyerangan dan pengeboman yang mengakibatkan dua orang tewas dan sejumlah orang lain luka-luka pada November 2011.

Pada tahun 2021, RS Indonesia kembali mendapat serangan dari serbuan Israel ke Gaza. Untungnya, serangan Israel tidak melukai staf medis dan pasien.

Bantuan Tak Bisa Masuk ke Gaza

Sarbini berkata bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina maupun rumah sakit sebetulnya ada, namun dicegat Israel sehingga tak bisa masuk ke wilayah utara Gaza. Pasalnya pintu perbatasan di Rafah sudah ditutup sehingga pergerakan tertahan.

Dia berharap kedua belah pihak mau melakukan gencatan senjata demi kemanusiaan. Tanpa itu, maka korban akan semakin berjatuhan.

Dalam perkembangan terbaru sejak konflik pecah Oktober lalu, RS Indonesia mencatat jumlah korban meninggal yang dilarikan ke sana mencapai 1.784 orang dan 4.666 orang dirawat.

Hingga kini, masih ada ratusan orang dirawat inap di RS Indonesia. Pengamat Timur Tengah yang juga Dosen Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara, Tia Mariatul Kibtiah, berkata RS Indonesia adalah wajah pemerintah Indonesia yang tak boleh diperlakukan semena-mena.

Karena meskipun dibangun dari sumbangan masyarakat, tapi banyak kalangan internasional menganggapnya bantuan pemerintah. Apalagi memakai nama negara.

Itu mengapa, menurut Tia, pemerintah tidak cukup hanya mengeluarkan pernyataan 'mengecam atau mengutuk' serangan yang dilancarkan militer Israel ke area sekitar RS Indonesia.

"RS Indonesia digempur mau ditaruh dimana muka Indonesia? Ini persoalan kehormatan negara, harusnya bersikap yang tegas. Saya kecewa luar biasa kepada pemerintah Indonesia, kalau mengutuk doang nggak didengar," ujar Tia.

(BBC/Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya