Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Menteri Luar Negeri Iran Kunjungi Jepang, Pertama sejak 2019

Wisnu Arto Subari
07/8/2023 21:11
Menteri Luar Negeri Iran Kunjungi Jepang, Pertama sejak 2019
Menlu Iran Hossein Amirabdollahian (kiri) bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di kediaman resmi Kishida, Tokyo.(AFP/Issei Kato.)

MENTERI Luar Negeri Iran mengunjungi Jepang pada Senin (7/8/2023) untuk pertama kali sejak 2019. Ini tergolong perjalanan langka ke negara anggota G7 oleh diplomat top republik Islam itu.

Tujuan kunjungan Hossein Amir-Abdollahian ke ketua G7 saat ini tidak diumumkan. Namun laporan mengatakan Jepang akan menekan Iran untuk berhenti memasok senjata ke Rusia.

Militer Kyiv bulan lalu mengatakan menghancurkan lusinan pesawat tak berawak buatan Iran yang ditargetkan ke wilayah Odesa Ukraina. Amir-Abdollahian bertemu Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi dan menyambut kesempatan untuk melakukan pembicaraan tatap muka di Tokyo.

Baca juga: Kuwait Larang Film Horor yang Tampilkan Aktor Transgender

"Saya berterima kasih atas kesempatan bertukar pendapat," tentang masalah bilateral, regional dan internasional, kata diplomat Iran itu. Menjelang pertemuan, Amir-Abdollahian mengatakan kepada wartawan di Tokyo, "Kami tidak memihak dalam perang apa pun," menyangkal Iran telah memberi Rusia senjata, lapor Jiji Press.

Dia menambahkan bahwa Iran, "Tidak pernah menyediakan drone ke negara mana pun untuk digunakan di Ukraina," menurut laporan itu. Amir-Abdollahian juga akan melakukan kunjungan kehormatan ke Perdana Menteri Fumio Kishida, lapor penyiar swasta TBS.

Baca juga: Iran Gantung 11 Orang Kaum Baluch atas Tuduhan Narkoba

TBS, mengutip sumber pemerintah yang tidak disebutkan namanya, mengatakan Jepang akan mengangkat masalah ekspor senjata ke Rusia. Kementerian luar negeri Jepang mengatakan dalam pernyataan bahwa Hayashi, "Meminta Iran untuk mengambil langkah-langkah konstruktif, mengulangi posisi Jepang atas invasi Rusia ke Ukraina."

Masalah nuklir 

Jepang dan Iran secara tradisional menjaga hubungan persahabatan meskipun hubungan tegang Washington dengan Teheran, sekutu utama Tokyo. Iran dulu ialah pengekspor minyak utama ke Jepang yang miskin sumber daya, tetapi volumenya turun tajam dalam beberapa tahun terakhir karena sanksi ekonomi AS terhadap negara Timur Tengah itu.

Kunjungan Amir-Abdollahian ke Jepang merupakan yang pertama oleh seorang diplomat top Iran sejak Desember 2019 dan yang pertama di bawah Presiden Ebrahim Raisi. Namun, Hayashi dan Amir-Abdollahian telah mengadakan pembicaraan telepon di masa lalu, terakhir pada April tahun ini.

Selama pembicaraan April, Hayashi menyatakan dukungan Jepang untuk perjanjian nuklir 2015 antara Iran dan enam negara besar, dan mendesak Teheran untuk bekerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), badan pengawas nuklir PBB. Kesepakatan pada 2015--yang juga menjadi pihak Rusia dan Tiongkok--ditujukan untuk mengurangi aktivitas nuklir Iran guna menghilangkan kekhawatiran negara itu mengembangkan senjata atom.

Namun Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan itu di bawah mantan presiden Donald Trump dan upaya menghidupkannya kembali di bawah Presiden Joe Biden tersendat, sementara Teheran telah memperluas program nuklirnya. Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan dalam pernyataannya bahwa Tokyo memiliki kekhawatiran serius tentang kegiatan terkait nuklir Iran dan menyerukan Iran mengambil langkah-langkah konstruktif termasuk kerja sama lengkap dan tanpa syarat dengan IAEA. (AFP/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya