Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PERSERIKATAN Bangsa-bangsa (PBB) memperingatkan ancaman kelaparan parah di Sudan. Kondisi perang yang berkepanjangan telah berdampak terhadap persediaan makanan. Bahkan hampir empat juta orang melarikan diri dari pertempuran di wilayah tersebut.
"Lebih dari 20,3 juta orang, yang mewakili lebih dari 42% populasi di negara ini, mengalami kerawanan pangan akut tingkat tinggi," demikian diumumkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dilansir AFP, Kamis (3/8).
Setengah dari jumlah tersebut sudah mengalami kerawanan pangan tahun lalu. Bahkan kondisi memilukan itu terjadi sebelum perang pecah antara panglima militer Abdel Fattah al-Burhan dan mantan wakilnya, Mohamed Hamdan Daglo.
Baca juga : Belasan Warga Sipil Sudan Tewas dalam Pertempuran di Darfur
"Dalam eskalasi baru dari situasi kemanusiaan yang sudah menjadi bencana, 6,3 juta orang tinggal selangkah lagi menuju kelaparan,” lapor PBB.
Pertempuran telah menghancurkan infrastruktur penting, menghambat pertanian dan menghalangi pengiriman bantuan penting. Lebih dari separuh penduduk menghadapi kelaparan akut di Darfur Barat. Wilayah itu juga telah mengalami beberapa bentrokan terburuk, termasuk warga sipil yang menjadi sasaran etnis dan kekerasan seksual massal.
Angka-angka terbaru dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) menunjukkan bahwa lebih dari tiga juta orang telah menjadi pengungsi internal, dengan hampir satu juta lainnya melarikan diri melintasi perbatasan Sudan.
Baca juga : Kapal Laut Bawa 1.687 Pengungsi dari Sudan Tiba di Jeddah, Arab Saudi
IOM menyebut bahwa lebih dari dua juta orang telah melarikan diri dari Khartoum atau 40 persen dari perkiraan populasi sebelum perang.
Selama berbulan-bulan warga sipil telah memohon penangguhan penahanan dari serangan udara tanpa henti, pertempuran artileri, dan tembakan yang telah mengubah kota-kota termasuk ibu kota menjadi zona perang.
Tidak ada koridor kemanusiaan meskipun ada janji-janji dari pihak-pihak yang bertikai, sehingga kelompok-kelompok kemanusiaan tidak dapat memberikan bantuan.
Baca juga : Lalui Hari-hari Sulit, Pengungsi Ceritakan Pelarian yang Penuh Risiko dari Sudan
Pertempuran di perkotaan terus berlanjut di ibu kota. Juru bicara militer mengumumkan bahwa puluhan orang dari milisi pemberontak telah terbunuh dan terluka dalam sebuah serangan udara di Khartoum selatan.
RSF di bawah kendali Mohamed Hamdan Daglo telah memposisikan dirinya sebagai penyelamat demokrasi meskipun dituduh melakukan kekejaman. Dia menuduh tentara "bersekongkol" dengan rezim mantan Presiden Omar al-Bashir.
Bashir yang merupakan otokrat lama digulingkan pada tahun 2019 setelah protes besar-besaran. Transisi yang rapuh menuju pemerintahan sipil yang terjadi kemudian digagalkan oleh kudeta tahun 2021 oleh Burhan dan Daglo sebagai orang nomor dua.
Baca juga : Pertempuran Berlanjut di Sudan, Ribuan Orang Terluka dan Perampokan Merajalela
Ketika kedua jenderal itu berselisih dalam perseteruan sengit, Daglo menuduh pemerintah Burhan memulai perang untuk mengantarkan Partai Kongres Nasional (NCP) yang dilarang oleh Bashir kembali berkuasa.
Sebuah pernyataan RSF pada hari Rabu mengatakan bahwa tentara "menutupi" kegiatan para pejabat NCP di seluruh negeri, terutama di Sudan timur, dan memperingatkan akan adanya perang saudara.
RSF menuduh tentara melindungi anggota-anggota penjaga lama yang telah melarikan diri dari penjara pada awal perang. Mereka memiliki tujuan untuk kembali merebut kekuasaan di negara ini. (AFP/Z-4)
PENGUASA militer Sudan menghadapi tekanan berat dari pengunjuk rasa dan pemerintah Barat, untuk menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sipil yang baru.
KONFLIK antara pengunjuk rasa dari warga sipil melawan penguasa militer terbaru di Sudan mulai memanas.
PENGUASA militer Sudan, Kamis (16/5), menangguhkan pembicaraan penting dengan para pemrotes tentang pemerintahan sipil.
PASUKAN keamanan Sudan menyerang kamp protes di ibu kota. Akibatnya sekitar 13 orang tewas dalam insiden tersebut.
PENGUASA militer Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengatakan militer telah memutuskan untuk membatalkan kesepakatan dengan para pengunjuk rasa.
Enam puluh orang tewas dalam penumpasan dua hari terhadap para demonstran Sudan yang dilakukan oleh pasukan militer dan paramiliter Sudan.
Diketahui ada sekitar 1.200 WNI yang berada di Sudan saat ini, sebanyak 800 diantaranya adalah mahasiswa. Keamanan mereka terancam karena konflik antara militer dan milisi Sudan.
PERANG saudara masih berkecamuk di Sudan. Pertempuran antara militer dan kelompok paramiliter yang disebut Pasukan Pendukung Cepat (RSF) meletus sejak Sabtu, (15/4).
Para mahasiswa WNI mengatakan hingga Selasa, (18/4) suara ledakan terus menggema di telinga warga ibu kota Sudan, Khartoum.
Sejauh ini situasi keamanan di Sudan belum kondusif untuk mengevakuasi sebanyak 1.209 WNI ke tempat lebih aman termasuk ke Tanah Air.
PERWAKILAN pemerintah Republik Indonesia mengevakuasi 15 WNI ke Safe House di Kantor KBRI Khartoum karena kondisi perang saudara di Sudan.
JEPANG mempersiapan proses evakuasi warganya dari Sudan, setelah gagalnya gencatan senjata yang diinisiasi oleh Amerika Serikat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved