Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Indonesia Perpanjang Kerja Sama Pendidikan Bahasa Mandarin dengan Tiongkok

Media Indonesia
02/8/2023 14:59
Indonesia Perpanjang Kerja Sama Pendidikan Bahasa Mandarin dengan Tiongkok
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim(MI/HO)

LAWATAN Presiden Joko Widodo ke Chengdu, Tiongkok pada 27-28 Juli 2023 menjadi tonggak penting dalam penandatanganan berbagai kesepakatan strategis. KBRI Beijing mengumumkan bahwa setidaknya ada delapan dokumen perjanjian kerja sama yang akan dibahas oleh Presiden Jokowi dan Presiden Xi Jinping dalam pertemuan kedua belah pihak di Chengdu, Tiongkok.

Salah satu perjanjian yang menjadi sorotan adalah Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia (Kemendikbudristek) dengan Kementerian Pendidikan Tiongkok, terkait kerja sama di bidang pendidikan bahasa Mandarin.

Baca juga: Bahasa Mandarin Paling Banyak Digunakan di Dunia

MoU ini ditandatangani oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia, Nadiem Makarim, dan Menteri Pendidikan Tiongkok, Huai Jinpeng. Penandatanganan akan dilakukan secara sirkuler, di mana kedua menteri akan berpartisipasi dari lokasi masing-masing.

"Perjanjian ini merupakan perpanjangan dari kesepakatan yang pertama kali ditandatangani pada tahun 2013, dan kemudian diperbaharui sementara pada tahun 2018. Rencananya, perpanjangan akan dilakukan pada tahun 2020, namun dihadang oleh situasi pandemi," ujar Yudil Chatim, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing lewat keterangan yang diterima, Rabu (2/8).

Baca juga: Arsjad Rasjid: Tiongkok Sumber Investasi Terbesar ASEAN

Salah satu aspek menarik dalam MoU ini adalah program kerja sama Bahasa Mandarin + Pendidikan Vokasi (Zhongwen + Zhiye Jiaoyu). Program ini sejalan dengan visi Nadiem Makarim, yang mendorong program Merdeka Belajar dengan mengintegrasikan satuan pendidikan, termasuk pendidikan vokasi, dengan dunia usaha dan industri.

"Sebelum menjabat sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan di Beijing, saya berada di Kemendikbudristek pada Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, dan saat itu saya mengetahui bahwa Tiongkok juga memberikan prioritas tinggi pada pendidikan vokasi dalam sistem pendidikannya," jelas Yudil.

Baca juga: Kerja Sama dengan Tiongkok Harus Menguntungkan Indonesia    

Oleh karena itu, dalam setiap kesempatan mendampingi Dubes Indonesia untuk Tiongkok, Djauhari Oratmangun, Yudil senantiasa mempromosikan potensi pendidikan vokasi Indonesia kepada para investor Tiongkok. Hal ini guna menghadapi semakin banyaknya investasi perusahaan-perusahaan Tiongkok di Indonesia, untuk itu Yudil selalu menawarkan kolaborasi dengan satuan pendidikan di Indonesia.

Yudil secara berulang kali menyampaikan kepada para investor bahwa Indonesia memiliki lebih dari 14.400 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan sekitar 4.000 perguruan tinggi, termasuk sekitar 2.200 perguruan tinggi vokasi. Dengan tekad untuk memajukan kerja sama ini, Yudil mengusulkan agar para investor tidak perlu mendirikan corporate university atau training center baru, melainkan dapat memanfaatkan dan mengoptimalkan satuan pendidikan yang sudah ada di Indonesia sebagai platform Corporate University atau pusat pelatihan mereka dengan berinvestasi di lembaga-lembaga tersebut.

Usulan inovatif Yudil mendapatkan sambutan positif dan antusias dari para investor. Mereka menunjukkan minat kuat untuk berkolaborasi dengan satuan pendidikan di Indonesia. Di samping itu, Yudil juga menekankan pentingnya memperkuat pembelajaran bahasa Mandarin di satuan pendidikan Indonesia. Para investor Tiongkok sepenuhnya mendukung usulan ini.

Selain kerja sama U to U (universitas ke universitas) dalam bisnis, Yudil juga menawarkan program 2 + 2 untuk S1, yang memungkinkan mahasiswa Indonesia untuk menghabiskan 2 tahun di Indonesia, kemudian 2 tahun di Tiongkok. Tujuan dari program ini adalah untuk memberikan pembelajaran bahasa Mandarin selama 2 tahun di Indonesia sehingga pada tahun ke-3 saat kuliah di Tiongkok, para mahasiswa telah mampu berkomunikasi dalam bahasa Mandarin.

Diharapkan bahwa perpanjangan kerja sama pendidikan bahasa Mandarin antara Indonesia dan Tiongkok ini akan memperkuat hubungan bilateral kedua negara dalam bidang Pendidikan Bahasa Mandarin dan Pendidikan Vokasi. Kerja sama ini juga berpotensi membuka peluang bagi terciptanya ahli teknologi bagi industri Tiongkok maupun industri Indonesia dan membawa manfaat positif bagi kedua belah pihak. (H-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus
Berita Lainnya