Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan investasi besar-besaran terhadap bidang energi bersih di negara-negara berkembang. Apalagi hanya ada sedikit harapan untuk menanggulangi secara efektif ancaman perubahan iklim pada tahun 2030.
Badan perdagangan dan pembangunan PBB, UNCTAD melaporkan negara-negara berkembang membutuhkan investasi energi terbarukan sekitar US$1,7 triliun per tahun. Namun hanya menarik investasi asing langsung dalam energi bersih senilai US$544 miliar di tahun 2022.
"Kita tidak dapat memenuhi kebutuhan energi dunia dan melindungi planet kita serta masa depan kita tanpa investasi besar-besaran dari sektor swasta di bidang energi terbarukan di negara-negara berkembang," ujar Kepala PBB Antonio Guterres.
Baca juga : Menteri LHK dan Presiden IUCN Bahas Kerja Sama Pelestarian Keanekaragaman Hayati
"Kita setidaknya terlambat satu dekade dalam upaya kita memerangi pemanasan global. Oleh karena itu, investasi dalam energi terbarukan di negara-negara berkembang sangat penting dan seringkali merupakan cara yang paling ekonomis untuk menjembatani kesenjangan energi,” ujarnya.
"Namun, meskipun transisi menuju energi terbarukan merupakan prioritas global, investasi dalam infrastruktur dan efisiensi energi masih jauh dari yang dibutuhkan,” tambahnya.
Investasi internasional dalam energi terbarukan meningkat hampir tiga kali lipat sejak kesepakatan iklim Paris dicapai pada tahun 2015, UNCTAD mencatat dalam Laporan Investasi Dunia tahunannya. Namun, sebagian besar pertumbuhan tersebut terjadi di negara-negara maju.
Baca juga : Kritik pada Kesepakatan Rancangan Iklim COP28 yang Kurang Komitmen Penghentian Bahan Bakar Fosil
Sejak tahun 2015, 31 negara berkembang, termasuk 11 negara kurang berkembang, belum mendaftarkan satu pun proyek investasi internasional berukuran besar di bidang energi terbarukan atau sektor transisi energi lainnya.
"Skala tantangannya sangat besar," ujar kepala UNCTAD Rebeca Grynspan.
"Peningkatan yang signifikan dalam investasi dalam sistem energi berkelanjutan di negara-negara berkembang sangat penting bagi dunia untuk mencapai tujuan iklim pada tahun 2030,” pungkasnya. (CNA/Fer/Z-7)
Pendidikan kritis soal transisi energi bersih terbarukan pun semakin krusial. Sebab, krisis iklim menjadi tantangan yang akan semakin masif dihadapi generasi muda di masa mendatang.
Berkat Cawan Group, resmi mengamankan dokumen Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (PKKPR) untuk dua proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) strategis.
Pemerintah Indonesia mengantongi komitmen pendanaan untuk pembangunan PLTS Terapung Saguling sebesar US$60 juta atau setara Rp994,68 miliar dari tiga mitra internasional.
MEMPERINGATI Hari Bumi, Komunitas Generasi Energi Bersih (Gen-B) mengedukasi generasi muda mengenai pentingnya transisi energi bersih di Binus School Simprug,
Indonesia dan Swiss berkomitmen untuk terus mempererat kerja sama dalam pengembangan energi bersih melalui PLTA berkelanjutan.
Dengan kapasitas mulai dari 1,1 kWp hingga 2,75 kWp per rumah dan total kapasitas mencapai sekitar 1,3 MWp, sistem itu bekerja secara on-grid.
Proses mempertemukan pelaku usaha atau business matchmaking dianggap menjadi jurus ampuh bagi Indonesia untuk bisa keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 7 yang diadopsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah energi bersih dan terjangkau.
"Tagih utang iklim kepada negara maju. Bukan dagang karbon. Karena negara-negara maju punya utang iklim, mereka sudah pakai fosil duluan,"
WAKIL Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono menyampaikan di tengah perlambatan ekonomi global, 108 negara berpotensi tidak berhasil naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi.
Wakil Menteri Luar Negeri RI Pahala Mansury menegaskan bahwa Indonesia akan terus memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
PENURUNAN bunga acuan The Federal Reserve sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75% hingga 5,0% merupakan angin segar bagi perekonomian dunia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved