Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
JUMLAH korban tewas dari kultus kelaparan atau sekte sesat Kenya melebihi 300 orang pada Selasa, (13/6). Pihak berwenang kembali menemukan 19 mayat di sebuah hutan di dekat Kota Malindi, Samudera Hindia, Kenya.
“Korban praktik kelaparan untuk bertemu dengan Yesus Kristus telah melampaui 300 orang setelah 19 mayat baru ditemukan pada hari Selasa," kata seorang pejabat senior Kenya.
Polisi meyakini bahwa sebagian besar mayat yang ditemukan Kota Malindi, milik para pengikut Paul Nthenge Mackenzie, seorang supir taksi yang menjadi pengkhotbah dan telah ditahan polisi sejak pertengahan April lalu.
Baca juga: Dua Pendeta Kenya Hadapi Pengadilan atas Pembantaian Sekte Sesat
Pekan lalu, penyidik memperluas pencarian mereka untuk mencakup wilayah yang lebih luas di wilayah tersebut dan mencoba menghitung lebih banyak korban.
"Jumlah korban tewas kini telah meningkat menjadi 303 orang setelah 19 mayat digali," ujar Komisaris Regional Pantai Gading, Rhoda Onyancha.
Baca juga: PBB Minta Bantuan Internasional untuk Somalia yang Terancam Kelaparan
Pendiri Gereja Good News International yang berusia 50 tahun itu menyerahkan diri pada 14 April setelah polisi yang bertindak berdasarkan informasi yang diterima pertama kali memasuki hutan Shakahola.
"Meskipun kelaparan tampaknya menjadi penyebab utama kematian, beberapa korban termasuk anak-anak, dicekik, dipukuli, atau mati lemas," kata kepala ahli patologi pemerintah Johansen Oduor.
Banyak pertanyaan yang muncul mengenai bagaimana Mackenzie, seorang ayah dari tujuh orang anak, berhasil menghindari penegakan hukum meskipun ia memiliki sejarah ekstremisme dan kasus hukum sebelumnya.
Kisah mengerikan ini telah mengejutkan warga Kenya dan membuat Presiden William Ruto membentuk komisi penyelidikan atas kematian tersebut dan gugus tugas untuk meninjau kembali peraturan yang mengatur badan-badan keagamaan.
Seorang pendeta lain yang dituduh memiliki hubungan dengan Mackenzie dan mayat-mayat yang ditemukan di hutan dibebaskan dengan jaminan pada sidang pengadilan.
Ezekiel Odero, seorang penginjil televisi yang terkenal dan kaya raya, sedang diselidiki atas sejumlah tuduhan termasuk pembunuhan, membantu bunuh diri, penculikan, radikalisasi, kejahatan terhadap kemanusiaan, kekejaman terhadap anak, penipuan, dan pencucian uang.
(AFP/Z-9)
Dua orang pendeta akan diadili di pengadilan Kenya karena diduga bertanggung jawab atas kematian sedikitnya 109 orang di peristiwa pembantaian hutan Shakahola atau sekte sesat.
KORBAN tewas ajaran sesat yang disebut sebagai sekte kelaparan di Kenya kini menembus angka 400 orang saat otoritas menemukan lagi jasad di 40 kuburan massal baru-baru ini.
Pemimpin sekte kelaparan, Paul Nthenge Mackenzie, dan puluhan tersangka lainnya di Kenya didakwa atas kematian 191 anak yang diakibatkan oleh praktik kelaparan dalam sebuah hutan.
Pasma menjelaskan berdasarkan kondisi mayat, yang pertama meninggal dunia adalah ayah, paman, ibu, dan terakhir anak perempuan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan forensik sementara, tidak ada kekerasan di sejumlah tubuh korban, yang terdiri dari ayah, ibu, anak perempuan dan seorang paman.
Proses penyelidikan mengalami kesulitan lantaran tidak ada kamera pengawas atau CCTV yang terpasang pada rumah tersebut.
Tidak ditemukannya makanan di rumah tersebut berhubungan dengan hasil autopsi sementara terhadap empat korban yang ditemukan tewas dalam rumah tersebut.
Sebagian masyarakat menilai Wali Kota Jakarta Barat dianggap lalai terkait kematian sekeluarga di Kalideres, Jakarta Barat yang awalnya diduga karena kelaparan.
Polisi belum bisa menyimpulkan kematian korban apakah karena kelaparan atau dehidrasi. Hingga saat ini, penyidik dan dokter forensik masih bekerja
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved