Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
NEGARA-negara sekutu Ukraina mengecam Rusia dalam sebuah pertemuan Dewan Keamanan PBB yang diketuai Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov.
Mereka berfokus pada perlindungan prinsip-prinsip piagam PBB yang dinilai telah dilanggar oleh otoritas Moskow dengan menginvasi Ukraina tahun lalu.
Rusia Kecam Tatanan Unipolar Pasca-Perang Dingin
Dalam sebuah catatan kepada negara-negara anggota PBB yang menjelaskan dasar pemikiran untuk pertemuan pada hari Senin (24/4), Rusia mengecam tatanan dunia unipolar yang berlaku setelah berakhirnya Perang Dingin.
Baca juga: Belanja Militer di Eropa Mencapai Rekor Tertinggi sejak Era Perang Dingin
Sebelum pertemuan, Lavrov mengatakan bahwa sistem PBB mengalami krisis yang mendalam. Dia juga menuduh negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat (AS) sebagai pihak yang bertanggung jawab.
"Ini bukan hanya tentang Ukraina," ucap Lavrov kepada para wartawan.
"Ini adalah tentang bagaimana hubungan internasional akan terus dibentuk melalui pembentukan konsensus yang baik atas dasar keseimbangan kepentingan atau melalui kemajuan hegemoni Washington yang agresif dan tidak stabil," sebut Lavrov.
Baca juga: Rusia Tuduh Ukraina Sabotase Kesepakatan Gandum Laut Hitam
Rusia saat ini memegang jabatan presiden bergilir bulanan Dewan Keamanan PBB dan mengorganisir pertemuan ini sebagai salah satu acara khas dalam masa jabatannya.
Dunia di Ambang Batas Lebih Bahaya dari Perang Dingin
Dalam pertemuan tersebut, Lavrov memperingatkan bahwa dunia berada di ambang batas yang bahkan mungkin lebih berbahaya daripada selama Perang Dingin.
"Situasi ini diperparah dengan hilangnya kepercayaan terhadap multilateralisme," katanya.
"Mari kita sebut sekop sebagai sekop. Tidak ada yang mengizinkan minoritas Barat untuk berbicara atas nama seluruh umat manusia," tambahnya.
Baca juga: Putin Kunjungi Kherson dan Luhansk di Ukraina
Duduk di sebelah Lavrov selama pertemuan tersebut, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk invasi Rusia ke Ukraina sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional dan piagam PBB.
"Perang menyebabkan penderitaan dan kehancuran besar-besaran bagi negara dan rakyatnya, dan menambah dislokasi ekonomi global yang dipicu oleh pandemi Covid-19,” jelas Guterres.
"Sistem multilateral berada di bawah tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya sejak berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa," katanya.
"Ketegangan antara negara-negara besar berada pada titik tertinggi dalam sejarah. Begitu pula dengan risiko konflik, melalui kesalahan tindakan atau salah perhitungan,” tambahnya.
Anggota Dewan Keamanan PBB Kutuk Rusia
Sejumlah anggota Dewan Keamanan, termasuk AS, Prancis dan Inggris, mengutuk Rusia atas perangnya di Ukraina.
"Dengan menyelenggarakan debat ini, Rusia mencoba menggambarkan dirinya sebagai pembela piagam PBB dan multilateralisme. Tidak ada yang bisa lebih jauh dari kebenaran. Ini sinis,” tegas Duta Besar Uni Eropa Olof Skoog.
Duta Besar Inggris Barbara Woodward mengatakan bahwa dunia telah melihat apa arti gagasan Rusia tentang multilateralisme bagi dunia, yakni penginjak-injakan Piagam PBB dan perang yang telah membawa penderitaan yang tak terbayangkan bagi Ukraina dan menjadi bencana yang tak tanggung-tanggung bagi Rusia.
Duta Besar Washington untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, menggenggam salinan piagam PBB di tangannya dan menekankan pentingnya mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Baca juga: Misi Tuntas, Grup Wagner Minta Putin Akhiri Invasi di Ukraina
"Penyelenggara munafik kita hari ini, Rusia, menginvasi tetangganya di Ukraina dan menyerang jantung piagam PBB," ujar Thomas-Greenfield dalam pertemuan tersebut.
Tindakan Rusia selama perang 14 bulan menunjukkan bahwa invasi ke Ukraina bukanlah sebuah insiden yang terisolasi.
"Ini bukan hanya menyangkut Ukraina atau Eropa. Ini menyangkut kita semua. Karena hari ini adalah Ukraina, tapi besok bisa jadi negara lain, negara kecil lain yang diinvasi oleh tetangganya yang lebih besar,” pungkasnya. (Aljazeera/Fer/S-4)
MENTERI Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memuji Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait pemahaman yang lebih baik tentang konflik Ukraina.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengeluarkan kritik terhadap "pemerasan, ultimatum, ancaman" Barat selama kunjungannya ke Amerika Latin
MENTERI Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mendesak dilakukan penyelidikan atas tuduhan Israel bahwa beberapa staf UNRWA bekerja sama dengan kelompok Hamas Palestina.
Rusia menyambut baik kunjungan para menlu negara OKI yang merupakan tindak lanjut dari KTT Bersama OKI-Liga Arab yang dilaksanakan di Riyadh pada 11 November.
MENTERI Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyampaikan terima kasih kepada Korea Utara karena telah mendukung perangnya di Ukraina.
PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) menegaskan ASEAN bukan tempat yang tepat untuk berperang antarproxy.
Resolusi tersebut mendapat dukungan dari 149 negara anggota PBB, sementara 12 negara anggota, termasuk Amerika Serikat (AS), menolak dan 19 lainnya abstain.
RUSIA meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menggelar pertemuan darurat terkait perkembangan di Suriah.
Amerika Serikat (AS) memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza, Rabu (20/11).
DALAM KTT G20 ke-19 yang berlangsung di Rio de Janeiro, Brasil, para pemimpin dari 20 negara ekonomi teratas dunia menyerukan empat tema besar.
DK PBB menyatakan keprihatinan atas serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB yang ditempatkan di Libanon, seiring dengan semakin intensifnya serangan Israel.
ANGGOTA Dewan Keamanan PBB pada Rabu (30/10) mengeluarkan peringatan menentang upaya pembubaran badan pengungsi Palestina (UNRWA) oleh Israel.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved