ASEAN diharapkan tidak mengucilkan junta militer yang saat ini tengah berkuasa di Myanmar, terutama dalam konteks Asean 2023. Menurut mantan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, pengucilan itu justru bisa menguntungkan pihak junta.
"Bagi junta Myanmar, isolation is their comfort zone. Mereka dikucilkan, mereka justru tenang-tenang saja," katanya usai acara Commemorative Symposium for the 50th Year of Asean-Japan Friendship and Cooperation di Jakarta, hari ini.
Marty menjelaskan, Asean bisa menempuh cara lain untuk memberi kritik maupun teguran kepada junta Myanmar. Salah alternatif yang bisa dilakukan yaitu menyediakan kursi Myanmar di Asean kepada kubu National Unity Government yang pro-demokrasi.
“Junta pasti berpikir apakah sikap mereka itu tidak tanpa cost. Jadi ada konsekuensi dari kekerasan kepala mereka," jelasnya.
Dirinya mendukung agar Asean bisa mengirim tim untuk memonitor apakah Myanmar menegakkan 5 Five-Point of Consensus (5PC), terutama poin pertama tentang pencegahan kekerasan.
"Bahkan misalnya bisa mendorong Dewan Keamanan PBB, untuk memberikan suatu otorisasi kepada Asean untuk menciptakan kapasitas untuk memonitor pelaksanaan dari poin pertama dari Five-Point of Consensus tersebut," paparnya.
Pada kesempatan yang sama, terkait dengan Peringatan 50 tahun hubungan Asean-Jepang, Menlu Jepang Hayashi Yoshimasa secara daring mengungkapkan kawasan Asean kini telah menjadi pusat ekonomi global yang terus berkembang, didorong oleh perkembangan dramatis negara-negara anggotanya.
"Selama setengah abad, Jepang dan Asean telah bekerja sama tidak hanya sebagai mitra bisnis yang erat, tetapi bekerja sama bergandengan tangan untuk perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran daerah, bahkan di saat-saat sulit," jelasnya.
Baca juga: Tidak Tahan Dikecam, Putri Anwar Ibrahim Mundur
Ia menambahkan, kawasan ini kini telah menjadi pusat ekonomi global yang terus berkembang akibat adanya dorongan dari perkembangan dramatis negara-negara Asean. Menurutnya, Asean-Jepang berada pada titik balik dalam sejarah dan menghadapi situasi sulit di mana berbagai masalah, termasuk agresi Rusia terhadap Ukraina, saling terkait secara rumit.
“Penting agar Asean-Jepang terus tumbuh bersama berdasarkan rasa saling percaya dan menghormati, menjunjung tinggi keragaman dan inklusivitas, dan untuk memimpin jalan di era baru ini," tuturnya.
Ia mengungkapkan, Jepang telah meluncurkan Free and Open Indo-Pacific (FOIP) dan Sean merilis Asean Outlook on the Indo-Pacific (AOIP). Kedua produk yang diluncurkan tersebut menerapkan prinsip-prinsip yang dimiliki oleh kedua prakarsa tersebut, seperti keterbukaan, transparansi, inklusivitas, dan penghormatan terhadap hukum internasional yang merupakan gagasan penting di era baru.
"Saya harap masyarakat juga akan terus mendukung kami dalam memajukan hubungan dan kerja sama antara Jepang dan Asean,” pungkasnya. (OL-4)