Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Mantan Dubes RI Sebut Banyak Mitos Ngawur tentang Ukraina

Mediaindonesia.com
13/12/2022 14:20
Mantan Dubes RI Sebut Banyak Mitos Ngawur tentang Ukraina
Yuddy Chrisnandi.(DOK Pribadi.)

MANTAN Dubes RI untuk Ukraina Yuddy Chrisnandi menuturkan beberapa mitos ngawur tentang Ukraina yang terus menerus diputar ulang oleh pihak Rusia dan para pendukung tindakan invasi tersebut. Pertama, Ukraina ialah negara korup. Faktanya, menurut data Indeks Persepsi Korupsi (CPI) 2021 yang dibuat oleh organisasi Transparency International, Ukraina menempati peringkat 122 dari 180 negara, jauh di atas Rusia yang berada di peringkat 136. 

"Sejak Presiden Victor Yanukovych yang adalah boneka Rusia ditumbangkan perlawanan masyarakat, Ukraina terus memperbaiki diri dengan program antikorupsi seperti penunjukan kepala Kantor Kejaksaan Khusus Antikorupsi dan Undang-Undang tentang Prinsip Kebijakan Antikorupsi Negara untuk 2021-2025,” tuturnya dalam keterangan tertulis, Selasa (13/12). 

Kedua, Ukraina bukanlah Eropa. Menurut Yuddy, persepsi ini muncul tidak lepas dari begitu lama Ukraina di bawah cengkeraman Uni Soviet sehingga beberapa hasil budaya dan kegiatan ekonomi Ukraina di pasar Eropa kurang disadari.

Ketiga, mayoritas orang Ukraina berbahasa Rusia. Yuddy memastikan ini info ngawur karena ada bagian dari Ukraina yang masih berkomunikasi dalam bahasa Rusia sebagai warisan Uni Soviet maupun sebagian etnis Rusia yang merupakan bangsa Ukraina. "Malah menurut suatu survei oleh kelompok sosiologis, Peringkat, pada Maret 2022, justru 76% orang Ukraina mempertimbangkan Ukraina menjadi bahasa ibu mereka. Ini tak lepas dari nasionalisme bangsa Ukraina yang menguat akibat penjajahan Rusia," tuturnya. 

Keempat, Ukraina bagian timur ingin bergabung dengan Rusia. Yuddy menjelaskan justru sebaliknya karena wilayah itu diinvasi Rusia pada 2014. Akibatnya, survei oleh kelompok sosiologis, Rating, menyebutkan 94% dari Ukraina yang disurvei mengidentifikasi diri mereka sebagai Ukraina. 

Kelima, Ukraina tidak peka pada konflik lain karena tidak melontarkan kecaman. Mantan Dubes RI untuk Ukraina menjelaskan sikap Presiden Zelenskyy yang tidak melontarkan kecaman terhadap invasi Turki ke Siprus didasari alasan kesejarahan. "Konflik Turki dan Siprus, khususnya wilayah Siprus Utara, sudah terjadi lima dekade. PBB pun telah terlibat hingga saat ini. Sikap Ukraina dilakukan untuk tidak menimbulkan prasangka tertentu terhadap konflik di luar Ukraina," tuturnya.

Keenam, media Eropa menebarkan gagasan Ukraina ialah negara tertinggal dan terbelakang secara ekonomi. Faktanya, pada 2018, pendapatan domestik bruto (PDB) Ukraina menempati peringkat ke-58. "Eropa hanya mendengar sedikit tentang keberhasilan ekonomi Ukraina. Sejumlah startup Ukraina kini bahkan diadopsi secara global. Soal teknologi senjata Ukraina bahkan sudah digunakan banyak negara, termasuk Indonesia," tuturnya.

Ketujuh, Ukraina bukan negara toleran. Menurut Yuddy, ini pendapat aneh karena dia menyaksikan umat Islam bebas menjalankan ibadahnya bahkan Ukraina meratifikasi Konvensi Istanbul sebagai langkah penting dalam memerangi kekerasan dan diskriminasi.

Kedelapan, Ukraina memaksa mobilisasi. Sebagai bangsa yang pernah berjuang melawan penjajah, Yuddy menuturkan sikap warga Ukraina tak ubahnya para pejuang sipil Indonesia. Di Ukraina, banyak batalyon sukarelawan dibentuk rakyat untuk bergabung dengan tentara.

Pada 3 Maret 2022, Verkhovna Rada menyetujui keputusan Volodymyr Zelenskyy tentang mobilisasi umum yang memprakarsai draf putaran pertama cadangan. Pada 15 Maret, mobilisasi wajib militer dari babak kedua dimulai.

Pada 15 Agustus, Verkhovna Rada memilih untuk memperpanjang mobilisasi umum di Ukraina hingga 21 November. Pada saat yang sama, pada 1 Oktober, Presiden Ukraina membatalkan draf musim gugur kepada Angkatan Bersenjata. "Dalam hal ini Ukraina justru lebih tertib, karena mobilisasi diusulkan Presiden dan disetujui Verkhovna Rada (DPR Ukraina). Kalau kakek-kakek kita berjuang begitu saja melawan penjajah. Di Ukraina sama saja, tekad mereka merdeka atau mati," pungkasnya. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya