Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Zelensky Tetapkan Dua Hari Raya Muslim sebagai Libur Nasional

Mediaindonesia.com
09/7/2022 13:50
Zelensky Tetapkan Dua Hari Raya Muslim sebagai Libur Nasional
Seorang anak laki-laki di antara orang-orang yang bersujud di Masjid Ar-Rakhma, Kyiv pada Hari Raya Idul Adha, Agustus 2019.(DOK Pribadi.)

SEMPAT seolah menjadi anak tiri di negeri sendiri, sejak 2020 seiring terpilihnya Volodymyr Zelenskyy sebagai presiden Ukraina, dua hari raya terbesar dalam kalender Islam, Idul Adha dan Idul Fitri, diakui dan dijadikan hari libur nasional. Idul Fitri atau Ramadan atau Oraza Bayram dan Idul Adha atau Qurban Bayram dalam istilah Muslim Ukraina menjadi hari libur nasional mulai 18 Mei 2020. Ini diumumkan secara resmi Zelensky pada Hari Peringatan untuk Korban Genosida Tatar Krimea.

Pada pertemuan yang diadakan dengan perwakilan orang Tatar Krimea tersebut, Zelensky menyatakan dirinya ingin membangun negara agar setiap orang merasa nyaman menjadi warga negara Ukraina. "Saya ingin semua orang merasa nyaman layaknya kebanggaan sebagai warga negara penuh dengan tidak melupakan sejarah dan tradisi rakyat mereka sendiri. Kami ingin mendukung Anda tidak hanya dalam kata-kata tetapi dalam perbuatan di tingkat legislatif," kata Zelensky pada peresmian dua hari suci umat Islam sedunia tersebut.

Islam ialah agama terbesar kedua di Ukraina setelah Kristen. Maklum, penduduk asli semenanjung Krimea Ukraina sebagian besar ialah Muslim.

Pada 2020 atau hanya setahun setelah memegang kursi eksekutif puncak di Ukraina, Zelensky juga memprakarsai pembentukan kelompok kerja di Kantor Presiden untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh orang Tatar Krimea. Menurut presiden, kelompok itu akan fokus pada masalah hukum dan ekonomi, termasuk masalah-masalah yang menjadi agenda persoalan warga Tatar Krimea.

Pemimpin Komunitas Muslim Tatar Krimea, Mustafa Dzhemilev, kala itu mengucapkan terima kasih kepada presiden. Ia mengatakan, warga Muslim Tatar Krime berharap topik Krimea, pengembaliannya ke Ukraina, serta pemulihan integritas wilayah Ukraina tidak akan pernah hilang dari agenda kepemimpinan Ukraina.

Sebagaimana diketahui, pada 2014 Rusia mencaplok Semenanjung Krimea dari Ukraina segera setelah referendum kemerdekaan pada 2014. Hal itu dilakukan Rusia menyusul penggulingan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych sebagai akibat dari protes pro-Uni Eropa Euromaidan.

Majelis Umum PBB kemudian memilih menyatakan tindakan Rusia itu ilegal. Bersama dengan mayoritas negara anggota PBB, Turki tidak mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia. Sejak pencaplokan itu, Tatar Krimea menyatakan banyak penahanan yang tidak dapat dibenarkan dan pelanggaran hak asasi manusia. 

Baca juga: Pemimpin Dunia dari Ukraina hingga Turki Kutuk Pembunuhan Abe

Orang-orang Rus memang selalu menjadi masalah bagi warga Muslim Tatar Krimea. Pada 18-20 Mei 1944, pimpinan rezim Soviet, Josef Stalin, mengumpulkan dan mendeportasi antara 190.000 dan 420.000 Tatar Krimea dari tempat asalnya Krimea ke Asia Tengah alias ribuan kilometer jauhnya. Selama era Perestroika, ketika Uni Soviet semakin terbuka, banyak Muslim Tatar Krimea mulai kembali ke Tanah Air mereka.

Namun setelah pendudukan Rusia atas Krimea pada 2014, ribuan Tatar Krimea kembali harus meninggalkan rumah mereka karena dukungan yang kukuh terhadap kedaulatan Ukraina. Mereka bermukim kembali di daratan Ukraina. Banyak Muslim Tatar Krimea lain yang tetap tinggal menghadapi penganiayaan oleh pemerintah ilegal Rusia di Krimea.

Sekitar 300.000 Tatar Krimea di Ukraina merupakan bagian terbesar dari Muslim Ukraina, yang diperkirakan antara 600.000 dan 2 juta orang. (Kyivpost/Dailysabah/Anadolu Agency/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik