Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
ANCAMAN kehilangan tanahnya di Tepi Barat, Palestina, membayangi Ali Mohammed Jabbareen selama lebih dari dua dekade. Namun dia sekarang tambah khawatir akibat keputusan pengadilan Israel akhirnya akan memaksanya untuk pergi.
Jabbareen, 60, tinggal di desa Palestina, Jinba, bagian dari daerah Masafer Yatta di Tepi Barat yang dijajah Israel. Daerah ini menjadi pusat pertikaian hukum yang berlarut-larut.
Pada awal 1980-an, tentara mendeklarasikan area seluas 3.000 hektare (7.400 acre) sebagai wilayah militer terbatas dengan menyebutnya Zona Penembakan 918. Tentara mengatakan daerah itu tidak berpenghuni dan mengeklaim siapa pun yang mengaku tinggal di sana tergolong ilegal.
Sekitar 1.000 warga Palestina yang tinggal di sana mengatakan Masafer Yatta merupakan rumah mereka jauh sebelum tentara Israel menginjakkan kaki di Tepi Barat. Pengadilan tinggi Israel memutuskan melawan warga Palestina pekan lalu dengan mengatakan mereka gagal membuktikan klaim atas tempat tinggal permanen sebelum deklarasinya sebagai zona pelatihan militer.
Uni Eropa mengutuk keputusan itu pada Selasa. Putusan itu tidak menyebutkan secara spesifik penggusuran yang biasanya diikuti dengan pembongkaran seperti yang dilakukan di Silwan, Jerusalem timur yang dianeksasi, Selasa.
Baca juga: UE Kecam Keputusan Israel Usir Warga Palestina untuk Zona Militer
Namun Jabbareen khawatir mereka bisa dieksekusi dengan sedikit pemberitahuan. "Kami tidak memiliki informasi tentang pembongkaran itu," katanya kepada AFP sambil melihat melalui pintu yang terbuka dari rumahnya dengan satu kamar ke patroli militer Israel yang menimbulkan debu di jalan tak beraspal di dekatnya. Unit tentara dengan izin untuk menghancurkan rumahnya, "Bisa datang kapan saja," katanya.
Penduduk Masafer Yatta bersiras bahwa mereka tinggal di daerah itu bahkan ketika kendali Tepi Barat berpindah tangan dari periode mandat Inggris hingga Pemerintahan Yordania sejak 1948 sampai 1967, tahun penjajahan Israel dimulai. Komunitas terpencil itu berada di Area C Tepi Barat yang berada di bawah kendali penuh Israel dan berjarak lebih dari satu jam berkendara dari jalan beraspal terdekat.
Beberapa rumah terhubung ke sistem pasokan air atau jaringan listrik. Jabbareen membangun rumahnya menjadi singkapan berbatu di jantung tanah pertaniannya.
Saat ini rumah bagi 12 orang tersebut mencari nafkah dengan memelihara domba dan menanam sayuran. "Ini tanah saya dan mereka ingin mengusir saya darinya," katanya.
Beberapa penduduk Masafer Yatta pertama kali diusir pada 1999. Tahun berikutnya, Asosiasi Hak Sipil di Israel (ACRI) membantu beberapa keluarga menentang pengusiran mereka di pengadilan.
Mereka mendapatkan penangguhan hukuman sementara yang tetap berlaku sambil menunggu keputusan akhir pengadilan tinggi pekan lalu. Roni Pelli dari ACRI mengatakan putusan itu secara inheren cacat. "Desa-desa di Masafar Yatta ialah rumah para pemohon dan mereka tidak memiliki rumah lain."
Baca juga: Israel Bongkar Lima Apartemen, 35 Warga Palestina Jadi Tunawisma
Dia berkeras mengusir mereka terhitung ilegal. Ia mendukung tuduhan lama yang dibuat oleh para kritikus Israel bahwa tentara menggunakan penunjukan zona militer sebagai dalih untuk merebut tanah Tepi Barat.
Kelompok hak asasi manusia Israel, Akevot, yang mengkhususkan diri dalam penelitian arsip negara dan militer, telah memperoleh dokumen dari 1981. Saat itu menteri pertanian dan perdana menteri masa depan Ariel Sharon mengusulkan untuk mendirikan zona tembak. Sharon, dalam dokumen itu, mengatakan deklarasi zona militer pada akhirnya akan memudahkan pengusiran warga Palestina.
Tidak segera jelas penduduk memiliki jalan hukum lebih lanjut atau tidak untuk menangkal penggusuran. Di rumah Jabbareen tampak selimut ditumpuk tinggi ke dinding.
Dia pun menunjuk ke permukiman Yahudi di berada dekatnya dan merenungkan yang dia sebut perlakuan sangat tidak setara di Tepi Barat. Sekitar 475.000 pemukim sekarang tinggal di Tepi Barat dalam komunitas yang dianggap ilegal menurut hukum internasional bersama sekitar 2,7 juta orang Palestina.
Mereka sering diberikan izin untuk membangun struktur permanen dengan sambungan listrik yang layak. Namun banyak warga Palestina ditolak izin bangunannya dan hidup di bawah ancaman penggusuran. "Mereka membangun dengan beton," katanya tentang para pemukim.
"Mereka diberi listrik dan air. Tentara menjaga mereka, tetapi kami kebalikannya." (OL-14)
Sejumlah pesepak bola dan atlet lainnya juga mengunggah pesan solidaritas bagi warga Palestina yang tinggal di wilayah Sheikh Jarrah, Jerusalem Timur.
"Doa saya untuk mereka yang tidak dapat merayakan dengan damai hari ini," kata pemain Fenerbahce itu.
Pogba dan Diallo, keduanya beragama Islam, mengibarkan bendera itu sebagai dukungan untuk Palestina, saat Old Trafford diisi sekitar 10 ribu pendukung.
Penggemar sepak bola Israel pada Rabu (10/8) menemukan negara mereka tidak ada dalam daftar FIFA terkait negara-negara anggota menjelang kompetisi Piala Dunia.
Pihak Palestina tak keberatan dengan kehadiran Timnas sepak bola Israel di Indonesia pada ajang Piala Dunia U-20.
Produsen pakaian olahraga asal Jerman, Puma, akan mengakhiri kesepakatan sponsorship dengan tim sepak bola nasional Israel dalam keputusan yang diambil sebelum dimulainya perang di Gaza.
Menurut Otoritas Barang Antik Israel (IAA), temuan itu diidentifikasi sebagai konstruksi kerajaan periode Kuil Pertama (abad 10-6 SM) serta yang paling indah dan mengesankan hingga saat ini.
Orang Yahudi pada periode Romawi itu dianggap tidak tinggal di pertanian di luar desa atau kota.
Pemain Israel-Arab itu didatangkan Al-Nasr dari klub Tiongkok Guangzhou R & F seharga 2,5 juta euro.
Kerja sama tersebut menjadi kesepakatan pertama yang dilakukan antara negara Arab dan negara Yahudi.
Bagi Skotlandia, dua kekalahan beruntun membuat mereka tersingkir dari puncak klasemen Grup B2 disalip Rep Ceko yang menang 2-0 atas Slovakia.
Seorang anggota keluarga kerajaan Abu Dhabi, Sheikh Hamad bin Khalifa Al-Nahyan, menandatangani perjanjian kemitraan senilai US$92 juta pada Senin dengan pemilik klub, Moshe Hogeg.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved