Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

WHO Sebut Kebijakan Nol-Covid-19 Tiongkok Tak Efektif

Cahya Mulyana
11/5/2022 12:30
WHO Sebut Kebijakan Nol-Covid-19 Tiongkok Tak Efektif
Petugas medis dengan mengenakan pelindung diri bekerja di Distrik Jing'an, Shanghai, Tiongkok, yang menerapkan 'lockdown', Senin (9/5).(Hector RETAMAL / AFP)

STRATEGI nol-covid-19 Tiongkok disebut World Health Organization (WHO) tidak efektif. Misalnya, kebijakan keras Tiongkok dengan menerapkan lockdown bagi 25 juta warga Shanghai di rumah selama berminggu-minggu pun gagal meredam kasus covid-19.

Penerapan lockdown seperti di Shanghai pun menyebabkan kemarahan dan protes yang jarang terjadi di negara besar.

“Ketika kami berbicara tentang strategi nol-covid, kami tidak berpikir itu berkelanjutan, mengingat perilaku virus sekarang dan apa yang kami antisipasi di masa depan,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers, Selasa (10/5).

“Kami telah membahas masalah ini dengan para ahli Tiongkok dan kami mengindikasikan bahwa pendekatannya tidak akan berkelanjutan… Saya pikir perubahan akan sangat penting," tambahnya.

Baca juga: Shanghai Kini Fokus pada Vaksinasi Covid-19 untuk Lansi

Shanghai tetap menjadi pusat pandemi virus ini. Namun penguncian turut dilakukan di puluhan kota termasuk di Beijing, yang melaporkan total 37 kasus virus pada 10 Mei.

Katrina Yu dari Al Jazeera tinggal di distrik timur Beijing yang memberlakukan pembatasan selama 2-3 minggu terakhir.

Orang-orang didorong untuk bekerja dari rumah, dan diuji setiap hari untuk covid-19.

"Ini menunjukkan bagaimana pihak berwenang di sini berusaha keras untuk melakukan apa pun yang mereka bisa untuk menghindari penguncian di seluruh kota," katanya.

Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan mengatakan sudah waktunya bagi Tiongkok untuk mempertimbangkan kembali pendekatannya, dengan mengatakan tindakan apa pun untuk memerangi pandemi covid-19 harus menunjukkan penghormatan terhadap individu dan hak asasi manusia.

"Kita perlu menyeimbangkan langkah-langkah pengendalian terhadap dampak pada masyarakat, dampaknya terhadap ekonomi, dan itu tidak selalu merupakan kalibrasi yang mudah,” katanya.

Ryan mencatat bahwa Tiongkok telah mencatat 15.000 kematian sejak virus pertama kali muncul di pusat kota Wuhan pada akhir 2019, jumlah yang relatif rendah dibandingkan dengan hampir satu juta di Amerika Serikat dan lebih dari setengah juta di India.

Tiongkok menanggapi wabah awal itu dengan penguncian selama berbulan-bulan yang kejam, tetapi setelah pencabutan pembatasan, sebagian besar kehidupan kembali normal terlepas dari pembatasan di perbatasan.

Pekan lalu, Presiden Tiongkok Xi Jinping menegaskan kembali komitmen yiongy terhadap nol-covid dan memperingatkan para kritikus akan dihukum.

Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk covid-19, mengatakan bahwa di seluruh dunia tidak mungkin untuk menghentikan semua penularan virus.

“Tujuan kami, di tingkat global, bukan untuk menemukan semua kasus dan menghentikan semua penularan. Itu benar-benar tidak mungkin saat ini. Tetapi yang perlu kita lakukan adalah menurunkan transmisi karena virus beredar pada tingkat yang begitu intens,” jelas Kerkhove. (Aljazeera/Cah/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya