Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Warga Afghanistan Jalani Ramadan di Bawah Pemerintah Taliban

 Nur Aivanni
03/4/2022 10:03
Warga Afghanistan Jalani Ramadan di Bawah Pemerintah Taliban
Masyarakat muslim Afghanistan melakukan salat tarawih pertama di Masjid Wazir Akbar Khan, Kabul, Sabtu (2/4).(Ahmad SAHEL ARMAN / AFP))

WARGA Afghanistan di seluruh negeri berbuka puasa pada Sabtu (2/4) ketika Afghanistan menandai bulan Ramadan - yang pertama sejak Taliban merebut kekuasaan tahun lalu.

Sekitar 300 pria, mengenakan shalwar kameez tradisional Afghanistan, berkumpul sebelum matahari terbenam di masjid Wazir Akbar Khan di ibu kota untuk salat malam pada hari pertama Ramadhan.

"Ramadhan ini berbeda dari di bawah rezim sebelumnya," kata jemaah Khairullah, yang menggunakan satu nama seperti yang dilakukan banyak orang Afghanistan, kepada AFP.

"Sekarang kita menjalankan kewajiban Islam kita bersama... di tanah Islam di bawah rezim Islam," ucapnya.

Masjid Wazir Abkar Khan adalah salah satu tempat ibadah terkenal di Kabul, dan menjadi sasaran serangan bom pada Juni 2020 yang menewaskan imam dan beberapa jemaahnya.

Baca juga: Taliban Kibarkan Bendera Raksasa di Kabul

Masjid itu terletak di pusat Kabul di pintu masuk utama ke bekas pusat diplomatik yang dikenal sebagai Zona Hijau yang menampung beberapa kedutaan asing termasuk misi Washington.

Setelah berbuka puasa, para pria itu duduk berbaris di halaman masjid tempat para sukarelawan menyajikan makanan untuk mereka.

Di Provinsi Kandahar, pusat kekuatan de facto Taliban, beberapa pejuang gerakan fundamentalis berbuka puasa di pos pemeriksaan dan masjid.

Warga Afghanistan menandai Ramadhan pada saat negara itu terjerumus ke dalam krisis kemanusiaan yang mendalam.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan lebih dari setengah dari 38 juta penduduk negara itu menghadapi kelaparan saat musim dingin terus berlanjut.

Krisis semakin dalam setelah para donor menghentikan bantuan ketika Taliban merebut kekuasaan Agustus 2021 lalu.

Masyarakat internasional sejauh ini tidak mengakui pemerintah Taliban. Bantuan ekonomi kepada pemerintah Afrghanistan dari negara lain belum masuk.  

"Orang-orang mengharapkan masa-masa indah di bawah emirat Islam tetapi sayangnya itu tidak terjadi," kata Shahbuddin, seorang penduduk Kabul, yang merujuk pada rezim Taliban.

"Dunia harus mengakui pemerintah Taliban, jika tidak kita akan melihat bencana kemanusiaan," ucapnya.

Negara-negara lain bersikeras bahwa kelompok Islam garis keras itu menghormati hak-hak perempuan untuk pendidikan dan bekerja untuk menerima bantuan.

Untuk diketahui, Taliban telah menindak kebebasan perempuan, termasuk melarang mereka dari posisi di pemerintahan dan menutup sekolah menengah perempuan.

Sementara bagi Shahbuddin, kenaikan harga makanan sudah tak tertahankan. "Untuk pertama kalinya saya melihat harga pangan naik begitu tinggi di bulan Ramadan," katanya.

"Orang-orang mengharapkan bahwa di negara Islam harga akan turun selama Ramadan, tapi itu tidak terjadi," tandasnya. (AFP/Nur/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya