Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
KORBAN tewas akibat banjir dan tanah longsor berhari-hari di India dan Nepal mencapai lebih dari 100 orang pada Rabu (20/10). Beberapa keluarga hanyut atau tertimbun longsoran lumpur dan batu di rumah mereka.
Para ahli mengatakan bahwa mereka merupakan korban dari cuaca yang semakin tidak terduga dan ekstrem dalam beberapa tahun terakhir di Asia Selatan. Ini disebabkan oleh perubahan iklim dan diperburuk oleh deforestasi, pembendungan, dan pembangunan yang berlebihan.
Di Uttarakhand di India utara, para pejabat mengatakan bahwa 46 orang telah meninggal dalam beberapa hari terakhir dengan 11 orang hilang. Sedikitnya 30 dari mereka tewas dalam tujuh insiden terpisah di wilayah Nainital pada Selasa pagi, setelah hujan deras memicu serangkaian tanah longsor dan menghancurkan beberapa bangunan.
Tayangan televisi dan video media sosial menunjukkan penduduk mengarungi air setinggi lutut di dekat danau Nainital, tempat wisata, dan Sungai Gangga meluap di Rishikesh. Banjir hampir menyapu seekor gajah di dekat Cagar Alam Harimau Corbett, rumah bagi 164 kucing besar dan 600 gajah. Dalam video yang menjadi viral, hewan itu berhasil melawan arus yang kuat dan berenang ke tempat yang aman.
Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Lebih dari 100 Juta Orang Afrika
Uttarakhand melaporkan curah hujan 178.4 mm dalam 18 hari pertama Oktober, hampir 500% lebih banyak dari rata-rata, menurut data Departemen Meteorologi India. Daerah Mukteshwar negara bagian melaporkan curah hujan 340.8 mm dalam 24 jam hingga Selasa pagi, terbesar sejak stasiun cuaca didirikan di sana pada 1897.
Departemen Meteorologi India memperkirakan curah hujan di negara bagian itu akan mengalami penurunan signifikan mulai Rabu. "Lima dari korban tewas berasal dari satu keluarga yang rumahnya terkubur oleh tanah longsor besar," kata pejabat setempat Pradeep Jain.
Rekaman udara dari daerah yang terkena dampak menunjukkan sungai dan desa yang meluap sebagian terendam oleh air banjir. "Ada kerugian besar akibat banjir, tanaman telah hancur," kata Kepala Menteri Uttarakhand Pushkar Singh Dhami setelah mensurvei kerusakan pada Selasa malam. "Penduduk setempat menghadapi banyak masalah, jalan-jalan tergenang air, jembatan-jembatan hanyut,” tambahnya.
Di Kerala di selatan, Kepala Menteri Pinarayi Vijayan mengatakan bahwa jumlah korban tewas telah mencapai 39 orang. Negara bagian pantai itu diguyur hujan lebat sejak Jumat lalu dan ribuan orang telah dipindahkan ke lokasi yang lebih aman. Lebih dari 200 rumah hancur dan hampir 1.400 rusak.
Kerala juga mengalami peningkatan bencana alam, termasuk pada 2018 ketika hampir 500 orang tewas akibat banjir terburuk dalam satu abad. Para pemerhati lingkungan menyalahkan peningkatan cuaca ekstrem di Laut Arab yang memanas serta pembangunan berlebihan di pegunungan Ghats Barat. Setelah jeda singkat, peramal cuaca memperingatkan akan terjadinya lebih banyak hujan lebat dalam beberapa hari mendatang dengan peringatan dikeluarkan di beberapa tempat di Kerala.
Jendela pada setidaknya tiga bendungan di seluruh negara bagian dibuka pada Selasa termasuk Idukki, salah satu yang terbesar di Asia, meskipun ketua Dewan Listrik Negara B Ashok mengatakan tidak perlu panik. Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan dalam sebuah tweet bahwa dia sedih dengan hilangnya nyawa.
Baca juga: 24 Orang Tewas akibat Longsor dan Banjir di India
Negara bagian Uttarakhand di Himalaya sangat rentan terhadap banjir, tetapi para ahli mengatakan bencana ini menjadi lebih umum karena hujan menjadi semakin tidak menentu dan gletser mencair. Para ahli juga menyalahkan penggundulan hutan dan pembangunan bendungan pembangkit listrik tenaga air. (Straitstimes/OL-14)
Peristiwa tanah longsor tersebut terjadi sekitar pukul 19.45 WIB, Rabu malam. Kedua korban pada saat kejadian sedang bermain tenda-tendaan bersama dua anak lainnya.
Ribuan jalan dan bangunan telah rusak dan terendam oleh banjir yang deras di Korea Selatan, dengan laporan kerusakan lahan pertanian dan kematian ternak yang meluas.
Dua orang pekerja bangunan tertimbun longsor saat sedang menggali fondasi rumah di kawasan Padasuka, Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Jawa Barat, Jumat (18/7) malam.
Dinas PUPR Depok bersama warga telah melakukan upaya penanganan darurat sementara di beberapa titik.
Antisipasi lainnya yang dapat dilakukan yakni dengan membuat bronjong dan turap mandiri,
Bencana dipicu hujan deras yang terjadi dalam waktu cukup lama.
Asisten pembangunan DKI diminta agar merapikan dan mengelola dengan baik sepanjang sungai Ciliwung. Dengan begitu, bisa dijadikan tempat warga menikmati kota pada akhir pekan
Berdasarkan pendataan BPBD Kota Cimahi, ada 11 rumah dan satu sekolah yang terdampak banjir di Kelurahan Utama
TOPAN Wipha menyebabkan hujan deras dan banjir besar di Filipina pada akhir pekan lalu.
Penghargaan dari Bupati Sukabumi ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas upaya BWA bersama ratusan NGO dan relawan yang terlibat dalam aksi penanganan tanggap darurat bencana.
Sejumlah pemukiman warga terendam banjir akibat hujan lebat yang terjadi serta adanya tanggul yang jebol.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved