Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DIREKTUR Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva dan para pemimpin organisasi multilateral lainnya pada Kamis (16/9) mendesak negara-negara dengan tingkat vaksinasi COVID-19 yang tinggi untuk meningkatkan pengiriman dosis ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Georgieva dan para kepala Kelompok Bank Dunia, Organisasi Kesehatan Dunia dan Organisasi Perdagangan Dunia menyatakan keprihatinan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa tidak mungkin memvaksin setidaknya 40% populasi di semua negara pada akhir tahun 2021 tanpa tindakan segera.
Kesenjangan yang lebar dalam tingkat vaksinasi di negara maju dan negara berkembang akan menjadi isu utama yang diangkat selama KTT global virtual yang diselenggarakan Amerika Serikat di sela-sela Sidang Umum PBB.
Baca juga: Amnesty Tuding Mesir Lakukan Intimidasi untuk Bungkam Aktivis
Juru bicara IMF Gerry Rice mengatakan kepada wartawan pada Kamis bahwa Presiden Joe Biden telah mengundang Georgieva untuk berbicara di acara 22 September, yang belum diumumkan secara resmi oleh Gedung Putih. Seorang juru bicara Gedung Putih menolak berkomentar.
Reuters melaporkan minggu ini bahwa Amerika Serikat mendorong para pemimpin global untuk mendukung target vaksinasi yang lebih ambisius di KTT itu, yakni mencapai 70% dari populasi dunia divaksin pada saat Sidang Umum 2022.
Para pemimpin itu mengatakan negara-negara dengan tingkat vaksinasi yang tinggi - yang secara kolektif telah membeli lebih dari 2 miliar dosis lebih dari yang dibutuhkan - harus segera menukar jadwal pengiriman jangka pendek mereka dengan program distribusi global untuk membantu mengatasi kesenjangan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Mereka mendesak negara-negara berpenghasilan tinggi untuk memenuhi janji donasi dosis mereka dan melepaskan perusahaan vaksin dari kontrak sehingga dosis tersebut dapat dikirimkan kepada orang yang membutuhkan.
Kelompok ini juga mendesak produsen vaksin untuk memprioritaskan dan memenuhi kontrak mereka dengan COVAX dan AVAT, program distribusi Afrika, dan meningkatkan transparansi dengan berbagi rincian jadwal pengiriman untuk semua pengiriman vaksin.(Ant/OL-4)
Data Kementerian Kesehatan menyebutkan, pada kurun 2018-2023 lebih dari 1,8 juta anak Indonesia belum mendapat imunisasi rutin lengkap. Apa risiko bahayanya?
Ahli neurologi anak dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta R.A. Setyo Handryastuti mengungkapkan bahwa meningitis pada anak, seringkali sulit dideteksi
Dari 1.000 kasus ada 2 sampai 3 pasien cacar air memerlukan perawatan intensif karena infeksi pada paru.
Menurut data Globocan, sedikitnya 50 perempuan di Indonesia meninggal dunia setiap harinya akibat kanker serviks.
Seorang dokter spesialis anak Hapsari, menyarankan penggunaan konsep KLMNOPR untuk mengenali gejala demam berdarah (DB) pada anak.
Vaksinasi adalah cara penting untuk melindungi anak-anak dari berbagai penyakit berbahaya. Namun, banyak orang tua yang khawatir tentang keamanan dan efektivitas
"Kami membutuhkan sekitar 7 miliar dolar AS (Rp98,3 triliun) untuk mengirim cukup vaksin ke negara-negara ini hingga akhir 2021,"
"Tidak ada negara yang istimewa dan harus menyerobot antrean untuk memvaksinasi semua penduduk mereka, sementara beberapa (negara) tetap tidak memiliki pasokan vaksin,"
COVAX merupakan program WHO untuk mempercepat penemuan vaksin covid-19 dan mendistribusikan hasilnya secara setara ke negara-negara dunia.
Diketahui, Covax akan mengirimkan dua miliar dosis vaksin ke negara anggota hingga akhir tahun. Sehingga, terjadi pemerataan distribusi vaksin antara negara kaya dan miskin.
Kolombia menjadi negara pertama di Amerika yang menerima pengiriman vaksin covid-19 melalui program COVAX yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Vaksinasi itu dimulai dari Ghana dan Pantai Gading kemudian diikuti dengan pengiriman ke 18 negara lain.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved