PENEMBAKAN oleh pasukan rezim Suriah, Kamis (15/7), menewaskan sembilan warga sipil, termasuk tiga anak, di wilayah Idlib di barat laut negara itu. Kematian itu terjadi di tengah meningkatnya pelanggaran kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh Turki dan Rusia pada Maret 2020.
Sejak Juni, pasukan pemerintah telah meningkatkan penyerangan terhadap kelompok pemberontak yang mendominasi wilayah Idlib. Kelompok itu pun menanggapi dengan menargetkan posisi rezim di daerah sekitarnya.
Pada Kamis, penembakan rezim di pinggiran kota Fuaa di Idlib utara menewaskan enam warga sipil, termasuk seorang anak, kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris. Sebagian besar korban adalah pekerja tambang, kata pemantau perang.
Dalam serangan terpisah di desa Idlib di Iblin, lebih dari 35 kilometer (22 mil) selatan dari Fuaa, penembakan rezim menewaskan tiga orang lain, termasuk dua anak. Awal bulan ini, penembakan rezim di Idlib selatan menewaskan sembilan orang, termasuk lima orang dalam keluarga yang sama.
Wilayah Idlib, yang berbatasan dengan Turki di utara dan merupakan rumah bagi lebih dari tiga juta orang, menjadi bagian terakhir dari Suriah yang dikendalikan oleh kelompok pemberontak atau jihadis.
Rezim Suriah, yang didukung oleh Rusia dan Iran, telah bersumpah untuk merebut kembali daerah itu. Ada penyusutan kekuasaan di daerah itu dalam tekanan dari serangan darat dan udara yang mematikan berturut-turut.
Meskipun pertempuran sporadis di sepanjang gencatan senjata, sebagian besar gencatan senjata telah bertahan dan mencegah serangan besar yang diperingatkan oleh kelompok-kelompok pemberi bantuan. Perang telah menewaskan hampir 500.000 orang sejak dimulai pada 2011 dengan penindasan brutal terhadap demonstrasi damai. (AFP/OL-14)