Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, sebagian besar negara miskin terpaksa harus menangguhkan program vaksinasi covid-19 karena kekurangan dosis.
Kekurangan sering kali membuat orang yang telah menerima satu dosis vaksin covid-19 harus menunggu terlalu lama sebelum mendapatkan suntikan kedua.
"Kita memiliki sejumlah besar negara yang harus menangguhkan peluncuran vaksin dosis kedua mereka," kata Bruce Aylward, frontman WHO untuk skema Covax internasional yang menyediakan dosis vaksin untuk negara-negara miskin.
"Jika saya tidak salah, lebih dari 30 atau 40 negara yang bisa menjadi sasaran vaksin AstraZeneca dosis kedua, misalnya, yang tidak akan bisa melakukannya," tambahnya.
Negara-negara yang terkena masalah ini tersebar di seluruh anak benua India, Afrika sub-Sahara, Amerika Latin dan Timur Tengah, menurut pakar WHO tersebut.
“Negara-negara di sekitar India, seperti Nepal dan Sri Lanka, telah sangat terpukul dan menghadapi gelombang penyakit yang parah,” tambahnya.
Baca juga : Palestina Tolak Vaksin Covid-19 dari Israel karena Kedaluwarsa pada Juni
Serum Institute of India (SII), yang memproduksi dosis AstraZeneca, seharusnya menjadi tulang punggung rantai pasokan Covax, tetapi India membatasi ekspor untuk memerangi lonjakan virus korona yang menghancurkan.
"Kami sekarang sangat berusaha untuk bekerja dengan AstraZeneca sendiri, serta SII, pemerintah di India untuk memulai kembali pengiriman tersebut sehingga kami dapat memasukkan dosis kedua ke populasi tersebut karena kami menjalankan interval yang lebih lama dari yang kami inginkan dalam hal itu," ujarnya.
Dia mengeluh bahwa hanya negara yang saat ini memiliki sumber daya keuangan, yang memproduksi produk, yang benar-benar memiliki akses ke vaksin.
Pada hari Senin, WHO memperingatkan bahwa virus korona bergerak lebih cepat daripada vaksin, dan janji negara-negara Kelompok Tujuh (G-7) untuk memberikan satu miliar dosis untuk negara-negara miskin tidak cukup.
Di Afrika hanya sekitar 1 persen dari populasi yang divaksinasi penuh, menurut angka WHO.
Hingga Kamis, skema Covax hanya menyediakan 88 juta dosis vaksin, yang tersebar di 131 negara, jauh lebih sedikit dari yang direncanakan semula. (Straitstimes/OL-7)
Pengurus IDI, Iqbal Mochtar menilai bahwa kekhawatiran masyarakat terhadap vaksin berbasis Messenger Ribonucleic Acid (mRNA) untuk covid-19 merupakan hal yang wajar.
Menteri Kesahatan AS Robert F. Kennedy Jr. membuat gebrakan besar dengan mencabut kontrak dan membatalkan pendanaan proyek vaksin berbasis teknologi mRNA, termasuk untuk covid-19.
Sejalan dengan penjelasan Kementerian Kesehatan yang menyebutkan vaksinasi booster covid-19 tetap direkomendasikan.
Pemakaian masker, khususnya di tengah kerumunan mungkin dapat dijadikan kebiasaan yang diajarkan kepada anak-anak.
Perusahaan ini fokus menggunakan teknologi vaksin berdasarkan mRNA pada Desember 2020, vaksin COVID-19 produksi mendapatkan izin penggunaan darurat di amerika serikat.
MEDIAINDONESIA.COM 20 Mei 2025 menurunkan berita berjudul ‘Covid-19 Merebak di Singapura dan Hong Kong, Masyarakat Diminta Waspada’.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved