Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
RAKYAT Iran memberikan suara pada Jumat (18/6) dalam pemilihan presiden. Ulama ultrakonservatif Ebrahim Raisi dipandang pasti akan meraih kemenangan setelah semua saingan serius dilarang mencalonkan diri.
Setelah kampanye yang lesu, jumlah pemilih diperkirakan akan turun ke titik terendah baru di negara yang kelelahan oleh sanksi ekonomi AS. Sanksi AS menghancurkan harapan banyak orang Iran untuk masa depan yang lebih cerah.
Pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei, memberikan suara pertama di Teheran dan kemudian mendesak hampir 60 juta pemilih Iran yang memenuhi syarat untuk mengikutinya sebelum penutupan pemungutan suara yang dijadwalkan pada tengah malam. "Semakin cepat Anda melakukan tugas dan kewajiban ini, semakin baik," kata pria berusia 81 tahun itu. Katanya, pemungutan suara berfungsi membangun masa depan rakyat Iran.
Gambar-gambar pemilih yang mengibarkan bendera mendominasi liputan TV pemerintah. Namun beberapa menyuarakan kemarahan atas yang mereka lihat sebagai pemilihan yang telah diatur.
"Apakah saya memilih atau tidak, seseorang telah terpilih," ejek pemilik toko Teheran Saeed Zareie tentang pemeriksaan prapemilihan yang melarang semua kecuali tujuh dari lebih dari 600 calon presiden. "Mereka mengatur pemilihan untuk media."
Antusiasme semakin diredam oleh kelesuan ekonomi akibat inflasi yang melonjak dan kehilangan pekerjaan serta diperparah oleh pandemi covid. "Saya bukan politikus. Saya tidak tahu apa-apa tentang politik," kata mekanik mobil Teheran Nasrollah.
"Saya tidak punya uang. Semua keluarga sekarang menghadapi masalah ekonomi. Bagaimana kami bisa memilih orang-orang yang melakukan ini pada kami? Itu tidak benar."
Kelompok oposisi Iran di luar negeri dan beberapa pembangkang di dalam negeri telah mendesak boikot pemungutan suara yang mereka lihat sebagai kemenangan rekayasa untuk Raisi, kepala peradilan berusia 60 tahun, untuk memperkuat kontrol ultrakonservatif.
Tetapi banyak yang mengantre untuk memberikan suara di sekolah, masjid, dan pusat komunitas. Beberapa membawa bendera nasional Iran berwarna hijau, putih dan merah.
Seorang ibu konservatif mengenakan cadar hitam seluruh tubuh datang dengan dua putranya yang masih kecil mengenakan seragam kamuflase Korps Pengawal Revolusi Islam. Banyak yang mengatakan mereka mendukung Raisi yang telah menjanjikan gerakan antikorupsi dan membangun jutaan rumah susun untuk keluarga berpenghasilan rendah.
Seorang perawat bernama Sahebiyan mengatakan dia mendukung Raisi untuk perjuangannya melawan korupsi dan dengan harapan dia akan memajukan negara dan menyelamatkan orang-orang dari deprivasi ekonomi, budaya, dan sosial. (AFP/OL-14)
Pada Selasa, Dewan Penjaga Iran menyetujui tujuh orang untuk mencalonkan diri dalam pemilihan pada 18 Juni untuk menggantikan Rouhani.
Pada usia 20 tahun, ia diangkat menjadi jaksa untuk distrik Karaj dan kemudian Provinsi Hamadan. Sebelum 1985 ia dipromosikan menjadi wakil jaksa Teheran.
Bagi pendukung setianya, dia harapan terbaik Iran untuk melawan Barat dan membawa bantuan dari krisis ekonomi yang mendalam.
Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko sepakat menormalkan hubungan dengan Israel pada 2020.
Iran selalu membantah mencari senjata atom meskipun mengingkari beberapa komitmen nuklirnya setelah Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian itu pada 2018.
ultrakonservatif Ebrahim Raisi memenangi pemilihan presiden (pilpres) Iran dengan mayoritas suara, menurut pengumuman resmi pertama di TV pemerintah Iran.
Di tempat kedua dengan selisih lebar ialah ultrakonservatif Mohsen Rezai, mantan komandan Korps Pengawal Revolusi Islam, yang meraih 11,8%.
Amnesty menyerukan negara-negara anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk mengambil langkah-langkah nyata untuk mengatasi krisis impunitas sistematis di Iran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved