Jumlah Pekerja Anak Meningkat di Dunia

Atikah Ishmah Winahyu
10/6/2021 10:17
Jumlah Pekerja Anak Meningkat di Dunia
Polisi Pantai Gading mencari para pekerja anak yang dipaksa bekera di perkebun kakao di Meagui, Pantai Gading, Afrika.( SIA KAMBOU / AFP)

PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa jumlah pekerja anak meningkat menjadi 160 juta, dari 152 juta pada 2016

Dengan angka tersebut, setara dengan  satu dari 10 anak harus bekerja di seluruh dunia dan jutaan orang lainnya berisiko untuk terpaksa bekerja akibat pandemi Covid-19.

Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan UNICEF menuturkan, peningkatan jumlah pekerja anak merupakan pertama kalinya dan kenaikan terbesar terjadi di Afrika akibat pertumbuhan penduduk, krisis, dan faktor kemiskinan.

"Kami kehilangan pijakan dalam memerangi pekerja anak dan tahun lalu pun tidak membuat perjuangan itu lebih mudah," kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore dalam sebuah pernyataan, menjelang Hari Dunia Menentang Pekerja Anak pada 12 Juni.

"Sekarang, memasuki tahun kedua penguncian global, penutupan sekolah, gangguan ekonomi, dan anggaran nasional yang menyusut, keluarga dipaksa untuk membuat pilihan yang memilukan,” imbuhnya.

PBB telah menjadikan 2021 sebagai Tahun Internasional untuk Penghapusan Pekerja Anak, dengan mengatakan tindakan mendesak diperlukan untuk memenuhi tujuan mengakhiri praktik tersebut pada 2025.

“Tetapi keuntungan besar yang dibuat sejak 2000, ketika 246 juta anak bekerja, sedang dibalik dan jumlahnya bisa naik kembali menjadi 206 juta pada akhir 2022 jika pemerintah memperkenalkan langkah-langkah penghematan atau gagal melindungi yang rentan,” tuturnya.

PBB mengatakan bahwa pekerja anak sekarang mungkin bekerja lebih lama atau dalam kondisi yang lebih buruk karena guncangan ekonomi terkait pandemi Covid-19 dan penutupan sekolah

Sementara itu, lebih banyak lagi yang mungkin dipaksa masuk ke dalam bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.

Laporan tersebut menyoroti peningkatan jumlah anak berusia 5-11 tahun yang menjadi pekerja anak,.

Justru  sekarang jumlahnya lebih dari setengah dari total angka global. Peningkatan jumlah pekerja anak membuat anak dalam kondisi yang membahayakan dan sangat rentan terhadap kesehatan dan keamanan mereka.

“Inilah yang dapat kami ukur sebelum pandemi,” kata Claudia Cappa, salah satu penulis laporan dan penasihat senior di UNICEF.

"Jika kita melihat dampak Covid-19, ini memberi kita alasan tambahan untuk khawatir,” tambahnya.

Cappa mengatakan bahwa jumlah pekerja anak bisa turun 15 juta jika diatasi dengan langkah-langkah mitigasi, seperti hibah anak universal serta jika sekolah gratis dan berkualitas baik sampai usia minimum untuk bekerja dipastikan.

Peningkatan investasi dalam pembangunan perdesaan dan pekerjaan yang layak di bidang pertanian, sebuah sektor yang menyumbang 70% pekerja anak, juga merupakan kunci, menurut Direktur Jenderal ILO Guy Ryder.

"Perkiraan baru ini adalah peringatan. Kami tidak bisa berdiam diri sementara generasi baru anak-anak terancam," kata Ryder.

"Kita berada pada momen yang sangat penting dan banyak bergantung pada bagaimana kita meresponsnya. Ini adalah waktu untuk memperbarui komitmen dan energi, untuk berbelok dan memutus siklus kemiskinan dan pekerja anak,” tandasnya. (Aiw/Straitstimes/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya